Sebanyak 17 sampel darah atau 77 persen mengandung partikel plastik ukuran mikroskopis. Temuan ini memberi peringatan tentang pentingnya mengurangi penggunaan plastik.
Oleh
AHMAD ARIF
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Untuk pertama kalinya, ilmuwan menemukan pencemar partikel plastik di dalam darah manusia sehingga dikhawatirkan berdampak buruk pada kesehatan. Temuan ini memberi peringatan tentang pentingnya mengurangi penggunaan plastik.
Laporan penelitian ini diterbitkan di jurnal Environment International pada Kamis (24/3/2022) dengan penulis pertama Heather A Leslie dari Department of Environment and Health Faculty of Science Vrije Universiteit Amsterdam.
Dalam penelitian ini Leslie dan tim menganalisis sampel darah dari 22 donor anonim yang merupakan orang dewasa yang sehat. Sebanyak 17 sampel darah ini atau 77 persen mengandung partikel plastik ukuran mikroskopis. Dalam sampel ini rata-rata ditemukan 1,6 mikrogram bahan plastik yang diukur untuk setiap mililiter darah dengan konsentrasi tertinggi lebih dari 7 mikrogram.
Penelitian ini harus jadi pendorong bagi semua pihak untuk mengurangi konsumsi plastik.
Pola jenis dan konsentrasi polimer bervariasi per sampel. Setengah dari sampel mengandung PET, plastik yang biasa digunakan dalam botol minuman, sementara sepertiga mengandung polistirena, bahan yang digunakan untuk mengemas makanan dan produk lainnya. Seperempat sampel darah mengandung polietilena, yang biasanya dipakai untuk membuat kantong plastik.
Beberapa sampel darah mengandung dua atau tiga jenis plastik. Tim menggunakan jarum suntik baja dan tabung kaca untuk menghindari kontaminasi dan menguji tingkat latar belakang mikroplastik menggunakan sampel kosong.
Leslie dan tim menyebutkan, dengan terserapnya cemaran plastik ke dalam aliran darah hal ini berpotensi mengendap di sejumlah organ seperti saluran empedu atau ginjal. Hal ini masih membutuhkan kajian empiris lebih lanjut untuk mengetahui dampaknya pada kesehatan.
Diet plastik
Peneliti limbah plastik dari Pusat Riset Oseanografi-Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Reza Cordova, Jumat (25/3) mengatakan, temuan ini sangat penting, karena menjadi yang pertama yang membuktikan bahwa plastik bisa terserap dalam darah manusia. Sebelumnya, Reza dan sejumlah peneliti lain di Indonesia telah menemukan adanya pencemaran partikel plastik pada pencernaan ikan hingga garam.
”Penelitian plastik dalam darah ini mendukung penelitian sebelumnya dan menambah temuan potensi bahaya pencemaran plastik ke ekosistem dan manusia. Sebelumnya plastik sudah ditemukan di paru-paru, feses, usus, bahkan plasenta bayi yang baru lahir,” katanya.
Reza menambahkan, ditemukannya PET sebagai partikel pencemar yang paling banyak ditemukan dalam daerah sampel juga perlu perhatian karena plastik ini sehari-hari kita gunakan. ”Asalnya sudah jelas, PET dari botol air kemasan,” katanya.
Sebelumnya, para peneliti di Universitas Kopenhagen juga telah menemukan ratusan zat kimia dalam air yang disimpan dalam botol plastik yang dapat digunakan kembali. Beberapa zat ini berpotensi berbahaya bagi kesehatan manusia. Temuan ini dipublikasikan di Journal of Hazardous Materials volume 429 edisi Februari 2022.
Sedangkan partikel polyethylene atau PE yang juga banyak ditemukan dalam penelitian Leslie dan tim berasal dari kantong plastik sekali pakai. ”Yang mengejutkan, juga ditemukan gugus polymer butadiene group. Ini asalnya banyak dari ban kendaraan. Berarti sesuai dengan penelitian mikroplastik di udara, yang kami publikasikan sebelumnya,” kata Reza.
Menurut Reza, penelitian ini harus jadi pendorong bagi semua pihak untuk mengurangi konsumsi plastik. ”Ancamannya ada didepan mata,” katanya.
Guru Besar Departemen Pengelolaan Sumber Daya Perairan IPB University Etty Riani menambahkan, bahan plastik termasuk bahan berbahaya dan beracun (B3), sehingga bisa bersifat karsinogenik juga. Selain itu, di dalam plastik juga ada bahan tambahan seperti logam berat dan phtalat yang juga akan membahayakan kesehatan mahkluk hidup, termasuk manusia.
"Sehingga jika pada nano plastik yang terserap ke dalam darah tersebut masih ada bahan aditif-nya akan semakin meningkatkan bahayanya," kata dia.
Sebagaimana Reza, Etty juga mengajak semua pihak untuk mengurangi konsumsi plastik. "Yang juga harus selalu diupayakan bagaimana agar plastik didaur ulang, sehingga limbahnya menjadi minimal," kata dia.
Etty menambahkan, upaya untuk mengurangi konsumsi plastik ini harus melibatkan semua kalangan, terutama masyarakat. "Masyarakat harus sadar akan bahaya dan sadar untuk melakukan diet hemat plastik dan tidak membuang sampah sembarangan," kata dia.
Sebelumnya, Etty dan Reza telah beberapa kali menerbitkan kajian tentang pencemaran plastik di perairan Indonesia. Penelitian terbaru mereka yang diterbitkan di jurnal Marine Pollution Bulletin edisi Februari 2022 menunjukkan tingginya pencemaran plastik, baik berukuran makro maupun mikro, di Sungai Citarum bagian tengah, yang terutama bersumber dari industri tekstil, selain dari limbah rumah tangga.
Menurut Etty, tingginya pencemaran plastik makro dan terutama plastik mikro di aliran Sungai Citarum ini telah berimplikasi serius terhadap biota setempat. Penelitian Etty sebelumnya menemukan berbagai kerusakan pada organ tubuh ikan, seperti insang, ginjal, hati, limpa, otak, dan jantung.