Diplopia atau gangguan penglihatan ganda mengganggu kemampuan melihat, keseimbangan, dan gerakan. Ada berbagai penyebab, baik penyakit ataupun cedera. Tidak selalu bisa dihindari. Namun, ada cara untuk mengatasi.
Oleh
ATIKA WALUJANI MOEDJIONO
·4 menit baca
Pebalap Spanyol, Marc Marquez, dikabarkan mengalami diplopia pasca kecelakaan parah pada sesi pemanasan di Sirkuit Mandalika, Minggu (20/3/2022) pagi. Dalam kecelakaan itu, tubuh Marquez terlempar ke udara, kemudian terjatuh ke aspal area run-off. Ia mengalami benturan keras di kepala. Sebelumnya, Sabtu sore, Marquez dua kali terjatuh dalam sesi kualifikasi pertama (Kompas.id, 20/3/2022).
Marquez mulai mengeluhkan masalah penglihatan setelah kecelakaan. Dikabarkan, dokter di Spanyol mendiagnosis Marquez mengalami diplopia atau gangguan penglihatan ganda. Tahun 2011, Marquez pernah menderita diplopia setelah kecelakaan di Sirkuit Sepang, Malaysia (Kompas.com, 22/03/2022).
Sebuah artikel di Medical News Today, 6 Januari 2022, menyebutkan, penderita diplopia melihat suatu benda menjadi ganda, padahal hanya ada satu. Gambar ganda bisa muncul berdampingan (horizontal), bertumpuk (vertikal) atau terjadi bersamaan (diagonal). Kondisi itu dapat mempengaruhi keseimbangan, gerakan dan, kemampuan melihat.
Setiap mata membentuk gambar lingkungannya sendiri, kemudian otak akan menggabungkan gambar yang didapat dari kedua mata sehingga terlihat sebagai satu gambaran utuh. Mata harus bekerja sama untuk menciptakan persepsi yang mendalam. Apa pun yang mengganggu proses ini, baik kerusakan saraf ataupun otot, dapat menyebabkan diplopia.
Ada dua macam diplopia. Yakni, penglihatan ganda monokular, ketika penglihatan ganda terlihat dengan satu mata, sedangkan satu mata lain ditutup. Adapun penglihatan ganda binokular terjadi hanya saat kedua mata terbuka. Jika satu mata ditutup, penglihatan ganda akan hilang.
Penyebab
Penyebab penglihatan ganda monokular antara lain astigmatisma, yakni bentuk kornea mata melengkung atau tidak beraturan. Penyebab lain, keratokonus (penipisan kornea sehingga menonjol keluar seperti kerucut), mata kering, kelainan retina, serta katarak.
Sementara penyebab umum penglihatan ganda binokular adalah juling (strabismus). Umumnya terjadi pada anak-anak, bisa hilang saat dewasa, tapi bisa kambuh lagi. Namun, juling tidak selalu menyebabkan diplopia.
Juling tidak selalu menyebabkan diplopia.
Penyebab lain diplopia adalah gangguan tiroid yang mengakibatkan oftalmopati Graves, di mana mata tampak menonjol karena lemak dan jaringan menumpuk di belakang mata. Penyumbatan pembuluh darah akibat stroke juga bisa memicu diplopia karena gangguan pada otak atau saraf pengontrol otot mata. Demikian juga aneurisma, tonjolan di pembuluh darah yang dapat menekan saraf otot mata.
Diplopia juga dapat terjadi akibat insufisiensi konvergensi, yakni mata tidak bekerja sama dengan benar, myasthenia gravis (melemahnya otot tubuh akibat gangguan pada saraf dan otot termasuk otot pengontrol mata), infeksi, sindrom Guillain-Barre yang menyebabkan saraf melemah, sklerosis ganda, diabetes, tumor dan kanker otak.
Cedera pada mata yang menyebabkan darah dan cairan terkumpul di sekitar mata dapat memberi tekanan pada mata atau otot dan saraf di sekitarnya sehingga terjadi diplopia. Demikian pula cedera kepala yang menyebabkan kerusakan pada otak, saraf, otot, atau rongga mata. Tak mengherankan, Marquez didiagnosis diplopia setelah mengalami kecelakaan parah.
Penglihatan ganda bisa bersifat sementara. Keracunan alkohol dan obat-obatan seperti benzodiazepin, opioid, atau obat anti kejang tertentu serta gegar otak terkadang dapat menyebabkan diplopia sementara. Mata lelah atau mata tegang juga memicu penglihatan ganda sementara.
Pengobatan diplopia tergantung pada penyebabnya. Pada kasus astigmatisma, kacamata korektif atau lensa kontak bisa mengatasi kelengkungan kornea, operasi laser untuk memperbaiki kornea, pembedahan untuk katarak, operasi untuk memperbaiki otot mata, pemberian tetes mata untuk mata kering. Selain itu, penambahan prisma pada kacamata membantu menyelaraskan gambar yang didapat dari setiap mata.
Menurut artikel di WebMD, 30 Maret 2020, hampir 70 persen kasus sembuh dengan pengobatan dan operasi. Untuk menegakkan diagnosis, dokter mungkin akan menggunakan lebih dari satu tes. Selain pemeriksaan fisik, bisa dilakukan tes darah, tes pencitraan seperti pemindaian tomografi terkomputerisasi (CT Scan) dan pencitraan resonansi magnetik (MRI).
Latihan mata
Penelitian Michael Gallaway dari Fakultas Optometri Universitas Salus, Amerika Serikat, dan kolega yang diterbitkan di Optometry and Vision Science, Januari 2017, menyatakan, latihan mata bisa memperbaiki masalah penglihatan, termasuk insufisiensi konvergensi.
Tim menganalisis 218 catatan pasien selama 18 bulan di dua tempat praktik pribadi. Para pasien adalah penderita diplopia akibat gegar otak. Diagnosis paling umum adalah insufisiensi konvergensi dan insufisiensi akomodatif. Terapi penglihatan direkomendasikan untuk 80 persen pasien. Terapi itu menunjukkan hasil baik di sebagian besar kasus yang menyelesaikan pengobatan.
Terapi penglihatan adalah program visual yang diresepkan dokter mata. Yakni, memfokuskan pandangan mata pada target tertentu setinggi mata atau lengan. Gambar diupayakan tetap tampak sebagai gambar tunggal. Kemudian gambar digerakkan ke arah hidung secara perlahan. Ketika gambar terlihat sebagai dua gambar, artinya mata berhenti bekerja sama.
Fokuskan kembali agar gambar tampak satu gambar. Kemudian gambar didekatkan kembali ke arah hidung dan dijaga agar gambar tampak tunggal. Target umum jarak benda tanpa penglihatan ganda adalah 10 sentimeter.
Sejauh ini tidak ada cara untuk mencegah diplopia dari katarak atau penyebab lain. Untuk menghindari cedera akibat kecelakaan, kenakan sabuk pengaman saat berkendaraan di mobil, helm saat mengendarai sepeda motor. Gunakan kacamata pelindung atau pelindung kepala saat berolahraga atau melakukan aktivitas yang dapat melukai mata. Pada penderita diabetes, kendalikan gula darah untuk mengurangi kemungkinan kerusakan saraf.