Subvarian BA.2 Picu Lonjakan Kasus Global, Indonesia Perlu Waspada
Kasus Covid-19 global kembali meningkat, seiring dengan penyebaran subvarian BA.2 Omicron. Indonesia mesti meningkatkan kewaspadaan karena subvarian ini lebih menular.
JAKARTA, KOMPAS—Kasus Covid-19 global kembali meningkat, seiring dengan penyebaran subvarian BA.2 Omicron. Sekalipun kasus di Indonesia menurun, namun kewaspadaan perlu ditingkatkan karena subvarian ini lebih menular.
Laporan epidemiologi mingguan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Sabtu (19/3/2022) menyebutkan, terjadi peningkatan jumlah global kasus baru sebagai akibat dari peningkatan di 3 dari 6 Wilayah WHO, yaitu Pasifik Barat (29 persen), Afrika (12 persen), dan Eropa ( 2 persen).
Sementara di tingkat global, negara-negara yang melaporkan peningkatan kasus baru terbesar meliputi Vietnam (65 persen), Korea Selatan (44 persen), Belanda (42 persen), dan Jerman (22 persen).
Data Universitas Johns Hopkins di Baltimore menunjukkan, kondisi penularan Covid-19 di Asiatelah tumbuh menjadi 48 persen dari total global, naik dari 21 persen selama puncak Omicron pada Januari. Padahal, angka ini belum termasuk kenaikan kasus di China, yang telah melaporkan kembali korban jiwa setelah setahun sebelumnya tanpa ada kematian karena Covid-19.
Baca juga : Saat Badai Omicron, Anak yang Dirawat di RS Lima Kali Lebih Banyak ketimbang Delta
Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI Tjandra Yoga Aditama, di Jakarta, Minggu (20/3/2022) mengatakan, ada banyak faktor yang membuat kembali naiknya kasus Covid-19.
"Kita harus tunggu analisa ilmiah yang lengkap, tetapi ada yang memperkirakan bahwa bukan tidak mungkin karena pelonggaran pembatasan, mungkin juga karena varian BA.2, atau mungkin juga karena variasi epidemiologis yang memang belum menetap polanya," katanya.
Tjandra mengingatkan, kenaikan kasus di beberapa negara ini harus perhatian di Indonesia yang mulai melonggarkan pembatasan."Tentu kita bersyukur bahwa kasus kita menurun dari hari ke hari, hanya perlu kita sadari jumlah tes juga turun," ujarnya.
Data Kementerian Kesehatan mencatat, jumlah kasus di Indonesia bertambah 5.992 orang sedangkan kasus aktif menurun 10.046 kasus. Sementara korban jiwa bertambah 139 orang. Tren penambahan kasus dan kematian ini cenderung menurun.
" Risiko kenaikan kasus kembali di Indonesia tetap ada. Karena itu jumlah tes WGS (whole genome sequencing) harus cukup banyak untuk identifikasi penyebaran varian. Selain tentu surveilan kasus," kata dia.
Faktor BA.2
Data GISAID dalam 30 hari terakhir mengungkapkan, 99 persen varian yang dianalisis genomnya merupakan varian Omicron dan 0,1 persen terkait dengan varian Delta. Pada 18 Maret 2022, sebagian besar urutan Omicron yang diterbitkan di GISAID adalah sublineage BA.1 (45,3 persen) dan BA.1.1 (37,8 persen), sedangkan BA.2 menyumbang 16,6% dan BA.3 untuk 0,03 persen.
Risiko kenaikan kasus kembali di Indonesia tetap ada. Karena itu jumlah tes WGS ( whole genome sequencing) harus cukup banyak untuk identifikasi penyebaran varian. Selain tentu surveilan kasus.
Subvarian BA.2 telah meningkat secara substansial sejak sekitar 10 minggu terakhir. Bahkan, di beberapa negara yang mengalami lonjakan kasus seperti Vietnam, Belanda Hongkong juga mengalami lonjakan penyebaran BA.2. Sedangkan di Korea Selatan, subvarian BA.1.1 menjadi dominan, walaupun seminggu sebelumnya proporsi sublineage BA.2 telah berlipat ganda dari 12,5 persen menjadi 26 persen.
Para peneliti percaya salah satu faktor utama di balik meningkatnya kasus Covid-19 di berbagai negara adalah penyebaran subvarian BA.2 Omicron. Eric Topol, profesor kedokteran molekuler di Scripps Research Institute di California kepada The British Medical Journal (BMJ) pada Jumat (18/3) menyebutkan, lonjakan kembali kasus bukan hanya karena subvarian BA.2.
“Saya akan mengaitkan ini dengan 'triad BA.2.' Varian ini memiliki 30 persen lebih mudah menular daripada BA.1, tetapi penyebaranluas lebih disebabkan dengan langkah-langkah mitigasi yang longgar dan memudarnya kekebalan vaksin. Semuanya saling terkait dan jelas akan mengarah pada lonjakan yang lebih luas, termasuk di Amerika Serikat,” ungkapnya.
Menurut Topol, kenaikan kembali kasus Covid-19 akan semakin memperpanjang pandemi dan bahkan dapat memicu terbentuknya varian baru di bulan-bulan mendatang.
Survei serologi
Tjandra mengingatkan, survei serologi Coviod-19 di Indonesia yang menunjukkan 86,6 persen penduduk kita mempunyai antibodi bukan jaminan aman dari kenaikan kasus kembali. Salah satu buktinya, kenaikan kasus Covid-19 saat ini kembali terjadi di Inggris.
Baca juga : 86,6 Persen Penduduk Indonesia Memiliki Antibodi SARS-CoV-2
Pada 14 Maret 2022 Inggris Raya melaporkan hasil survei serologi antibodi Covid-19, yaitu sebanyak 98,4 persen di Inggris sudah memiliki antibodi, sedangkan di Wales 98,3 persen, Irlandia Utara 98,1 persen, dan di Skotlandia 98.3 persen.
Menurut Tjandra, Inggris rutin melakukan survei serologi sejak dua tahun terakhir. Namun sekarang Inggris menggunakan batas 179 ng/ml untuk dinyatakan sebagai positif, ini setara dengan nilai 100 BAU/ml standar unit WHO.
"Angka batas ini dinaikkan dari batas sebelumnya 42 ng/ml, maksudnya supaya memberi interpertasi yang lebih baik. Ini menunjukkan pentingnya penentuan batas cut off untuk menyatakan positif," tuturnya.
Dengan batas 179 ng/ml itu artinya kalau positif memberi proteksi 67 persen lebih rendah risiko mendapat infeksi Covid-19 varian Delta, sesudah seseorang mendapat dua kali vaksinasi dengan Pfizer atau AstraZeneca, dibandingkan dengan mereka yang belum divaksin atau belum pernah sakit.
"Jadi inilah arti sebenarnya suatu survei antibodi yang positif yang dilakukan di Inggris. Akan baik kalau diumumkan juga hal serupa dalam bentuk bagaimana interpertasi untuk data kita di Indonesia, apalagi kita menggunakan berbagai jenis vaksin di masyarakat," ucapnya.
Tjandra mengingatkan, sampai saat ini belum jelas hubungan antara hasil survei serologi antibodi dan kasus Covid-1. "Yang jelas kasus Covid-19 di Inggris naik lagi, tadinya pernah turun dari 219.290 pada 4 Januari 2022 menjadi hanya 31.010 pada 20 Februari 2022, tapi lalu naik tinggi menjadi 170.814 pada 14 Maret 2022," katanya.