Saat Badai Omicron, Anak yang Dirawat di RS Lima Kali Lebih Banyak ketimbang Delta
Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika Serikat melaporkan, anak usia empat tahun atau lebih muda yang dirawat di rumah sakit selama gelombang Omicron lima kali lebih banyak dibandingkan saat gelombang Delta.
Oleh
AHMAD ARIF
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Omicron terbukti menyerang anak-anak jauh lebih keras daripada varian virus sebelumnya. Di Amerika Serikat, jumlah anak usia empat tahun atau lebih muda yang dirawat di rumah sakit selama gelombang Omicron lima kali lebih banyak dibandingkan saat gelombang Delta. Laporan ini disampaikan Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) Amerika Serikat dalam Mortality Weekly Reportpada Rabu (16/3/2022).
Dalam penelitian ini, para peneliti yang dipimpin oleh Kristin Marks dari CDC Covid-19 Emergency Response Team menganalisis tingkat rawat inap untuk anak-anak berusia empat tahun ke bawah di 14 negara bagian yang berpartisipasi dalam Covid-Net, Jaringan Pengawasan Rawat Inap Terkait Covid-19.
Studi tersebut membandingkan rawat inap pediatrik selama gelombang Delta pada 27 Juni hingga 18 Desember 2021 dengan dengan rawat inap yang terjadi ketika Omicron menjadi jenis yang dominan, dari 19 Desember 2021 hingga 31 Januari 2022.
Peneliti merekomendasikan strategi untuk mencegah Covid-19 di antara bayi dan anak kecil.
Tingkat rawat inap tertinggi selama periode Omicron adalah 14,5 anak per 100.000, sekitar lima kali puncak selama periode Delta, yaitu 2,9 per 100.000. Sementara tingkat rawat inap selama gelombang Omicron tetap lebih tinggi pada setiap kelompok usia di antara anak-anak.
Kajian ini menemukan, bayi di bawah enam bulan yang dirawat sebanyak 68,1 per 100.000 selama gelombang Omicron dan 11,1 selama gelombang Delta. Anak-anak enam bulan hingga dua tahun sebanyak 16,9 per 100.000 selama periode Omicron dan 3,3 per 100.000 selama periode Delta. Anak balita 2-4 tahun sebanyak 4,7 per 100.000 selama gelombang Omicron dan 1,4 per 100.000 selama gelombang Delta.
Dari temuan ini, jumlah bayi di bawah enam bulan yang dirawat di rumah sakit karena Covid-19 mencapai enam kali lebih banyak selama periode Omicron daripada selama Delta. Meski demikian, tingkat kematian di rumah sakit tetap sama selama kedua gelombang, dengan ”hanya” 0,5 persen anak-anak yang meninggal karena Covid-19.
Sekalipun jumlah pasien anak meningkat, lama perawatan dan keparahannya lebih kecil dibandingkan saat gelombang Delta. Laporan ini menyebutkan, anak-anak rata-rata membutuhkan perawatan dua hari di rumah sakit dengan Delta, dibandingkan 1,5 hari untuk Omicron. Selanjutnya, 27 persen anak kecil yang dirawat di rumah sakit dengan Delta berakhir di ICU, dibandingkan 21 persen untuk Omicron.
Dengan data ini, peneliti merekomendasikan strategi untuk mencegah Covid-19 di antara bayi dan anak kecil. Ini termasuk vaksinasi pada populasi yang saat ini memenuhi syarat, seperti wanita hamil, anggota keluarga, serta pengasuh bayi dan anak kecil.
Peningkatan ”croup”
Riset terpisah menemukan, lonjakan Omicron menyebabkan komplikasi Covid-19 pada anak kecil yang sebelumnya tidak diketahui, yaitu croup atau laringotrakeitis, gangguan pernapasan karena virus. Beberapa kasus ternyata sangat parah sehingga membutuhkan rawat inap dan dosis obat lebih banyak dibandingkan dengan croup yang disebabkan virus lain.
Gejala baru Omicron pada anak ini dilaporkan pertama kalinya dalam jurnal Pediatrics dari American Academy of Pediatrics pada 8 Maret 2022. Laporan yang ditulis dokter di Rumah Sakit Anak Boston, AS, ini didasarkan pada pengamatan terhadap 75 anak yang datang ke unit gawat darurat (UGD) rumah sakit dengan croup dan Covid-19 pada periode 1 Maret 2020 hingga 15 Januari 2022.
Beberapa kasus ternyata sangat parah, membutuhkan rawat inap dan dosis obat yang lebih banyak dibandingkan dengan croup yang disebabkan oleh virus lain. Lebih dari 80 persen gejala croup ini terjadi selama periode Omicron.
”Ada penggambaran yang sangat jelas saat Omicron menjadi varian dominan, di antaranya kami mulai melihat peningkatan jumlah pasien croup (pada anak),” kata Ryan Brewster, penulis pertama laporan ini, dari Department of General Pediatrics Boston Children’s Hospital.