Menonton Pertandingan Olahraga Tingkatkan Kesehatan dan Mutu Hidup
Menonton pertandingan olahraga dapat meningkatkan kesehatan, produktivitas, dan kualitas hidup seseorang.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Selama ini olahraga jadi sumber relaksasi bagi banyak orang. Namun, menonton pertandingan olahraga, terutama partai besar, juga lebih dari sekadar hiburan. Hasil studi menunjukkan menonton pertandingan olahraga meningkatkan kesehatan, produktivitas, dan mutu hidup seseorang.
Studi terbaru terkait manfaat menonton pertandingan olahraga ini dilakukan tim peneliti yang dipimpin Associate Professor Shintaro Sato dari Fakultas Ilmu Olahraga Universitas Waseda, Jepang. Hasil studi ini dipublikasikan secara daring pada 22 Maret 2024 di Sports Management Review.
Dalam studi ini, tim peneliti menggunakan pendekatan multimetode yang menggabungkan analisis data sekunder, laporan mandiri, dan pengukuran neuroimaging. Ini bertujuan untuk memahami hubungan antara menonton olahraga dan kualitas hidup masyarakat.
”Tantangan signifikan dalam riset mutu hidup, yakni sifat subyektif dari prosedur pengukuran, berpotensi mengarah pada temuan yang bias. Karena itu, penelitian kami berfokus pada pengukuran bersifat subyektif dan obyektif,” ujar Sato dikutip dari situs resmi Universitas Waseda, Minggu (21/4/2024).
Dalam studi pertama, para peneliti menganalisis data publik berskala besar mengenai pengaruh menonton olahraga pada 20.000 penduduk Jepang. Hasil riset ini mengonfirmasi pola peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup yang dilaporkan terkait menonton olahraga secara teratur.
Dalam studi kedua, survei secara daring dilakukan melibatkan 208 peserta. Survei ini untuk melihat apakah kaitan antara menonton olahraga dan kesejahteraan bervariasi, tergantung jenis olahraga yang diamati. Ini sekaligus menilai mutu hidup peserta survei sebelum dan sesudah menonton pertandingan.
Tantangan signifikan dalam riset mutu hidup, yakni sifat subyektif dari prosedur pengukuran, berpotensi mengarah pada temuan yang bias.
Hasil temuan ini menggarisbawahi bahwa olahraga yang banyak dilakukan di Jepang, seperti bisbol, memberikan dampak lebih signifikan pada peningkatan mutu hidup seseorang dibandingkan dengan olahraga yang kurang populer, seperti golf.
Aspek paling inovatif
Namun, aspek paling inovatif dari penelitian ini muncul pada penelitian ketiga. Dalam studi ketiga ini, tim peneliti menggunakan teknik neuroimaging untuk mengamati perubahan aktivitas otak seseorang setelah menonton olahraga.
Dengan menggunakan prosedur pengukuran neuroimaging MRI multimodal, aktivitas otak dari 14 partisipan Jepang berbadan sehat dianalisis saat mereka menonton video pertandingan olahraga.
Hasilnya, menonton pertandingan olahraga memicu aktivasi sirkuit penghargaan (reward circuits) di otak yang menunjukkan perasaan bahagia atau senang.
Selain itu, temuan penting muncul dalam analisis gambar struktural. Penelitian itu mengungkapkan, individu yang melaporkan menonton pertandingan olahraga lebih sering menunjukkan volume materi abu-abu yang lebih besar di wilayah yang terkait dengan sirkuit penghargaan.
Dengan demikian, menonton olahraga secara teratur dapat secara bertahap menyebabkan perubahan pada struktur otak.
Menurut Sato, pengukuran kualitas hidup yang subyektif ataupun obyektif dipengaruhi secara positif oleh keterlibatan menonton pertandingan olahraga. Dengan menginduksi perubahan struktural dalam sistem penghargaan otak dari waktu ke waktu, hal ini menumbuhkan manfaat jangka panjang bagi individu.
”Menjaga kesehatan, rutin menonton pertandingan olahraga, terutama olahraga populer, seperti bisbol atau sepak bola, dapat menjadi obat yang efektif bagi mereka yang ingin meningkatkan mutu hidup secara keseluruhan,” ungkapnya.
Asisten Profesor dari Universitas Teknologi Nanyang, Keita Kinoshita, yang juga terlibat dalam studi ini, menambahkan, studi ini memiliki implikasi mendalam dan kontribusi teoretis terhadap literatur manajemen olahraga. Selama ini, literatur yang ada masih berfokus pada penggemar olahraga.
Riset ini mempertimbangkan populasi umum lebih besar terlepas dari hubungannya dengan berolahraga secara langsung. Penelitian ini dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap praktik manajemen olahraga dan pengambilan kebijakan untuk kesehatan masyarakat.