Anak yang tertular flu Singapura dengan gejala ringan bisa dirawat di rumah dengan istirahat, nutrisi, dan minum cukup.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pola penyebaran penyakit tangan, kaki, dan mulut atau yang dikenal dengan flu Singapura dipengaruhi oleh cuaca dan iklim. Penularan penyakit itu meningkat di musim pancaroba seperti saat ini. Untuk itu, masyarakat harus waspada. Meski penyakit ini tergolong ringan, tingkat penularannya sangat tinggi.
Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Piprim Basarah Yanuarso di Jakarta, Selasa (2/4/2024), mengatakan, kasus flu Singapura cukup banyak ditemui di Indonesia. Meski begitu, masyarakat, terutama orangtua, tidak perlu panik karena gejala penyakit ini cenderung ringan.
”Gejala flu Singapura atau yang kita kenal juga dengan HFMD (hand, foot, dan mouth disease) tergolong ringan. Namun, memang penyakit ini sangat menular. Jadi, tetap harus waspada,” katanya.
Piprim menyampaikan, vaksin untuk flu Singapura kini belum tersedia di Indonesia. Namun, apabila penularan flu Singapura menjadi persoalan nasional, kajian lebih lanjut akan dilakukan sebagai pertimbangan atas rekomendasi IDAI untuk penggunaan vaksin flu Singapura.
Gejala flu Singapura atau yang kita kenal juga dengan HFMD ( hand, foot, dan mouth disease) tergolong ringan. Namun, memang penyakit ini sangat menular. Jadi, tetap harus waspada.
Berdasarkan data Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons Kementerian Kesehatan, per pekan ke-11 tahun 2024 setidaknya sudah ada 5.461 kasus flu Singapura di Indonesia. Adapun dari beberapa laporan dinas kesehatan di daerah, sebanyak 738 kasus dilaporkan di Banten dan 45 kasus di Depok.
Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Infeksi Penyakit Tropik IDAI yang juga Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin Edi Hartoyo menyampaikan, pola penyebaran penyakit flu Singapura dipengaruhi oleh cuaca dan iklim. Biasanya, penularan akan tinggi di musim peralihan atau musim pancaroba.
”Di Indonesia, HFMD ini banyak terjadi di masa peralihan, antara musim hujan dan panas, atau sebaliknya. Itu juga kenapa insidensi kasus naik di musim peralihan,” ucapnya.
Edi mengatakan, flu Singapura atau penyakit tangan, kaki, dan mulut bukan merupakan penyakit baru. Penyebarannya sudah lama ditemukan di sejumlah negara, seperti Malaysia, Taiwan, dan Singapura.
Penyakit ini memiliki ciri yang khas, yaitu adanya gejala lesi pada bagian mulut, telapak tangan, dan telapak kaki. Hal itu pula yang menjadi dasar penyakit ini disebut juga dengan penyakit tangan, kaki, dan mulut.
Penyakit flu Singapura bisa menular pada semua usia, tetapi penyakit ini lebih banyak ditemukan pada bayi dan anak usia kurang dari lima tahun. Penyebabnya adalah virus Coxsackie yang bisa menular akibat kontak langsung dengan pasien lewat droplet, air liur, dan feses, serta kontak tidak langsung lewat barang, handuk, makanan, dan minuman yang telah terkontaminasi.
Gejala ringan
Gejala dari penyakit ini umumnya ringan, seperti demam, rasa lelah, nyeri tenggorokan, dan penurunan napsu makan. Pada anak-anak, penurunan napsu makan dan susah makan dapat terjadi apabila lesi pada bagian mulut pecah menjadi sariawan. Pada kondisi ini, anak menjadi enggan untuk makan sehingga berat badannya akan turun.
”Karena gejalanya ringan, penyakit ini biasanya bisa sembuh sendiri. Tata laksana dilakukan dengan istirahat cukup, memastikan nutrisinya baik, dan asupan cairan cukup. Pengobatan yang diberikan sesuai gejala klinis, seperti antiseptik untuk daerah mulut,” tutur Edi.
Anak yang tertular flu Singapura dengan gejala ringan bisa dirawat di rumah dengan memastikan istirahat, nutrisi, dan minum yang cukup. Masa infeksi dari penyakit ini berkisar 3-5 hari sehingga anak yang tertular cukup beristirahat di rumah sekitar satu minggu.
”Jadi, tidak harus dirawat sampai dua minggu, bahkan sampai tutup sekolah atau sekolah online. Anak cukup istirahat di rumah sekitar tujuh hari untuk mencegah kontak dengan orang lain karena penyakit ini memang infeksius (cepat menular). Setelah tujuh hari mungkin lesi masih ada, tetapi itu sudah tidak menular,” ujar Edi.
Meski begitu, ia menuturkan, orangtua tetap perlu waspada jika gejala yang muncul menjadi berat. Kasus flu Singapura yang memburuk jarang terjadi. Gejala akan memburuk apabila terjadi komplikasi. Itu bisa terjadi jika demam tinggi lebih dari 39 derajat celsius. Komplikasi dapat pula terjadi pada sistem saraf yang menyebabkan meningitis dengan gejala nyeri kepala, kejang, dan koma.
Selain itu, hal terpenting lain yang harus dilakukan adalah dengan memastikan upaya pencegahan dilakukan dengan optimal. Penularan penyakit kaki, tangan, dan mulut bisa dicegah dengan menjaga kebersihan dan sanitasi, baik lingkungan maupun individu, Itu bisa dilakukan dengan rajin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir serta mendesinfeksi peralatan makan, mainan, dan handuk yang mungkin terkontaminasi.
”Nutrisi yang baik, asupan cairan yang cukup, dan banyak istirahat juga penting sebagai mekanisme pertahanan tubuh yang baik. Jadi, apabila mekanisme pertahanan tubuh baik, secara otomatis bisa melawan virus yang masuk ke tubuh,” tutur Edi.