Penggunaan Krim Pelurus Rambut Bisa Picu Kerusakan Ginjal
Penggunaan asam glioksilik sebagai pengganti formaldehida dalam produk pelurus dan pelembut rambut bisa merusak ginjal.
Kandungan asam glioksilik pada krim pelurus dan pelembut rambut bisa memicu kerusakan ginjal. Asam glioksilik merupakan pengganti formaldehida pada produk serupa yang sudah terbukti memiliki risiko kesehatan dan dilarang di sejumlah negara. Namun, asam glioksilik yang dianggap lebih aman, nyatanya juga berisiko.
Temuan penggunaan krim pelurus dan pelembut rambut yang memicu kerusakan ginjal itu ditemukan pada seorang pasien perempuan berumur 26 tahun di Perancis. Pasien tersebut mengalami kerusakan ginjal yang berulang setiap selesai melakukan perawatan rambut menggunakan krim pelurus yang mengandung bahan kimia asam glioksilik (glyoxylic acid).
Sebelumnya, dia tidak memiliki masalah kesehatan. Namun, setiap selesai menjalani perawatan rambut, dia langsung muntah, diare, demam, dan sakit punggung. Selama perawatan rambut itu, dia juga merasa kulit kepalanya terbakar dan sesudah itu muncul bisul di kepala.
Baca juga: Gagal Cantik akibat Salah Pilih Kosmetik
Selain itu, dokter juga menemukan peningkatan kadar kreatinin dalam darah pasien yang menunjukkan bahwa kerja atau fungsi ginjalnya terganggu. Urine pasien juga mengandung darah, tetapi tidak ditemukan adanya tanda infeksi lain. Sistem saluran kemih pasien, mulai dari ginjal, kandung kemih, ureter, hingga uretra juga tidak tersumbat.
Laporan dokter yang menangani kasus tersebut dan dipublikasikan di The New England Journal of Medicine, 21 Maret 2024, menyebut asam glioksilat adalah senyawa yang kemungkinan menyebabkan terbakarnya kulit kepala dan memborok. Dari uji pada tikus juga diketahui asam ini diserap kulit hingga mencapai ginjal dan kemudian rusak saat dipecah oleh tubuh.
Dua pelanggan menanti proses penghilangan pigmen di Salon di Manado, Sulawesi Utara, Desember 2021.
Dokter dan peneliti yang menangani kasus ini yang dipimpin Thomas Robert dari Rumah Sakit de la Conception, Marseille, Perancis, seperti dikutip dari Livescience, 27 Maret 2024, menuliskan ”… menunjukkan secara meyakinkan bahwa penggunaan krim pelurus rambut yang mengandung asam glioksilik secara topikal (pemakaian luar tubuh) dapat menyebabkan kerusakan ginjal.”
Karena itu, profesor kedokteran dan farmasi di Universitas Maryland, Amerika Serikat, Joshua David King, yang tidak terlibat dalam studi menilai, ”Tampaknya bijaksana untuk melarang penggunaan asam glioksilik dalam produk-produk kecantikan dan meminta produsen untuk menemukan senyawa lain yang lebih aman,” katanya.
Produk bermasalah
Krim pelurus dan penghalus rambut adalah produk perawatan kosmetik yang populer untuk mengubah sementara bentuk serat rambut seseorang menjadi lurus dan tidak mudah kusut. Produk ini umumnya digunakan dengan cara dioleskan pada seluruh rambut dan kemudian ”disegel” menggunakan panas, seperti alat pengering atau pelurus rambut.
Secara historis, produk-produk pelurus dan pelembut rambut ini beberapa kali mengalami masalah. Semula produk ini mengandung formaldehida, yaitu senyawa kimia beracun yang dapat dilepaskan ke udara sebagai gas setelah dipanaskan. Menghirup formaldehida bisa menimbulkan sensasi terbakar pada mata dan hidung, mual, sesak napas, hingga meningkatkan risiko kanker jika terpapar dalam waktu lama dan dosis tinggi.
Jika kristal kalsium oksalat monohidrat terakumulasi cukup tinggi, bisa memicu kerusakan ginjal.
Sejumlah negara, seperti Brasil, Kanada, dan Uni Eropa, telah melarang penggunaan formaldehida dan turunannya, seperti formalin, sebagai bahan aktif pada krim pelurus dan pelembut rambut. April 2024 ini, Badan Pengawasan Obat dan Makanan AS (FDA) diperkirakan juga akan melakukan pelarangan yang sama.
Di Indonesia, penggunaan formaldehida masih diperbolehkan dengan syarat tertentu. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 17 Tahun 2022 tentang Perubahan atas Peraturan BPOM Nomor 23 Tahun 2019 tentang Persyaratan Teknis Bahan Kosmetika menyebut seluruh kosmetika yang mengandung formaldehida harus mencantumkan peringatan ”mengandung formaldehyde” jika kadar formaldehidanya lebih dari 0,05 persen.
Risiko dan pelarangan yang sudah terjadi di sejumlah negara membuat produsen kosmetik mengganti penggunaan formaldehida dengan asam glioksilik. Senyawa asam glioksilik ini memiliki fungsi yang sama untuk meluruskan dan melembutkan rambut, tetapi dinilai lebih aman. Namun laporan anekdotal (berdasar pengalaman pribadi) justru menunjukkan asam glioksilik ini bisa merusak ginjal.
Sebelum kasus pasien perempuan di Perancis, laporan serupa juga muncul di Israel. Studi yang dipimpin Alon Bnaya dan dipublikasikan di American Journal of Kidney Diseases, Juli 2023, menunjukkan 26 pasien di Israel mengalami kerusakan ginjal akut setelah melakukan pelurusan rambut.
Dari seluruh pasein itu, dua pasien mengalami kerusakan ginjal berulang setelah menjalani pelurusan rambut berulang dan tiga pasien memerlukan cuci darah sementara. Selain itu, 11 pasien menggunakan produk yang mengandung turunan asam glikolat (glycolic acid), yaitu senyawa yang dipecah di hati atau liver menjadi asam glioksilik.
Baca juga: Paparan Formalin di Tempat Kerja Bisa Memicu Masalah Kognitif
Untuk lebih memahami hubungan antara asam glioksilat dan kerusakan ginjal, tim peneliti Perancis melakukan uji laboratorium dengan menggunakan tikus.
Seperti diungkapkan Robert dan Emmanuel Letavernier, dokter ahli ginjal (nefrologis) dari Universitas Sorbonne di MedicalResearch.com, 28 Maret 2024, mereka mengoleskan produk pelurus rambut yang mengandung 10 persen asam glioksilik dan biasa digunakan di salon kecantikan ke punggung lima ekor tikus. Untuk perbandingan, mereka juga mengoleskan petroleum jelly kepada lima tikus lainnya.
Pelanggan salon mendapatkan layannan perawatan rambut di London, Juli 2021.
Keesokan harinya, peneliti menemukan bahwa tikus yang diolesi asam glioksilik memiliki kristal ”memanjang” dari senyawa kalsium oksalat monohidrat dalam urine mereka. Kristal ini mirip dengan yang ditemukan pada orang yang mengonsumsi alkohol beracun etilen glikol, yaitu alkohol yang banyak digunakan untuk produk rumah tangga dan industri. Namun, tikus yang diolesi petroleum jelly tidak mengalami kondisi itu.
Peneliti berhipotesis bahwa setelah menembus kulit, asam glioksilik dengan cepat diubah menjadi glioksilat (glyoxylate). Berikutnya, di hati (liver) dan organ lain, glioksilat itu dimetabolisme menjadi oksalat (oxalate) yang jika bertemu dengan kalsium dalam urine akan membentuk kristal kalsium oksalat monohidrat.
”Jika kristal kalsium oksalat monohidrat terakumulasi cukup tinggi, bisa memicu kerusakan ginjal dan menimbulkan gejala seperti dilaporkan,” tambah John Bucher, pensiunan peneliti di Institut Kesehatan Nasional AS (NIH), yang tidak terlibat dalam studi.
Selain itu, tikus yang terpapar krim pelembut dan pelurus rambut itu memilki kadar kreatinin jauh lebih tinggi dalam darahnya pada dalam waktu 28 jam sejak paparan. Ginjal tikus-tikus ini juga mengandung kalsium oksalat monohidrat. Namun, kedua kondisi itu tidak ditemukan pada tikus yang hanya diolesi petroleum jelly.
Baca juga: Mewaspadai Menjamurnya Bisnis Kecantikan
”Kristal berbentuk jarum (kalsium oksalat monohidrat) ini dapat melukai ginjal pada tingkat mikroskopis. Jika paparan kristal ini cukup besar, bisa menyebabkan gagal ginjal,” tambah King.
Dalam kasus di Perancis itu, fungsi ginjal pasien perempuan bisa membaik ’dengan cepat’ sehingga dalam kasusnya, efek dari penggunaan produk yang mengandung asam glioksilik itu hanya berlangsung sebentar. Meski demikian, dokter yang merawatnya percaya bahwa kasus ini menjadi peringatan akan potensi bahaya asam glioksilik pada produk pelurus dan pelembut rambut.
Karena itu, produk kosmetika yang menggunakan asam glioksilik sebagai pengganti formaldehida sebaiknya juga dihindari hingga benar-benar ada bukti kuat yang menunjukkan keamanan produk tersebut. Cantik memang penting, tetapi jangan sampai usaha membuat cantik itu justru meningkatkan risiko kesehatan.