Rehabilitasi Virtual Bermanfaat untuk Pemulihan Stroke
Rehabilitasi virtual via konferensi video dapat dimanfaatkan untuk pemulihan stroke. Program ini dapat meningkatkan kondisi fisik dan mobilitas pasien.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Buruknya akses layanan rehabilitasi stroke berkelanjutan menjadi salah satu tantangan dalam pemulihan penyakit tidak menular tersebut. Penelitian terbaru di University of British Columbia, Kanada, menyebutkan, rehabilitasi virtual melalui konferensi video dengan ahli terapi fisik dapat dimanfaatkan untuk pemulihan stroke.
Dalam riset ini, peneliti mengamati perkembangan sejumlah pasien yang pernah mengalami stroke dalam 18 bulan terakhir. Pasien mengikuti delapan sesi rehabilitasi virtual melalui konferensi video dengan ahli terapi fisik terlatih. Laporan hasil penelitian tersebut telah dipublikasikan di Physical Therapy & Rehabilitation Journal pada Maret 2024.
Rehabilitasi virtual menjadi salah satu solusi menjawab kendala rehabilitas stroke, terutama bagi pasien yang tinggal di perdesaan atau daerah terpencil. Sebab, kendala geografis dan akses menuju layanan rehabilitasi sering menjadi pemicu kurang optimalnya proses pemulihan stroke.
Salah satu penulis laporan penelitian itu, Ada Tang, mengatakan, setelah mengikuti rehabilitasi virtual, kondisi fisik pasien stroke mengalami kemajuan. ”Selain merasa bertambah kuat secara fisik, mobilitas mereka juga meningkat,” ujarnya dilansir dari Sciencedaily.com, Sabtu (30/3/2024).
Kemajuan dalam rehabilitasi stroke sangat dibutuhkan. Sebab, stroke sering sekali memengaruhi kemampuan seseorang dalam menggerakkan tubuh. Hal ini menyebabkan penurunan kualitas hidup dan kesehatan mental. Selain itu, pasien stroke juga rentan terjatuh sehingga berisiko terluka dan mengalami hal-hal buruk lainnya.
Di tengah tingginya risiko tersebut, kebutuhan pemulihan stroke sering tidak terpenuhi. Masa rawat inap untuk pemulihan semakin pendek. Apalagi, tidak semua daerah memiliki fasilitas rehabilitasi memadai.
Program manajemen terapi secara mandiri bertujuan membantu masyarakat dengan berbagai keterbatasan yang dimiliki.
Peneliti Centre for Chronic Disease Prevention and Management (CCDPM) di University of British Columbia, Brodie Sakakibara, mengatakan, rehabilitasi virtual memungkinkan semakin banyak orang yang selamat dari stroke. Hal ini juga diharapkan memotivasi pasien untuk pulih karena disediakan metode rehabilitasi yang mudah diakses.
”Cara ini mengatasi kendala-kendala geografis. Program ini memanfaatkan teknologi, keahlian terapis klinis, dan motivasi individu untuk meningkatkan pemulihan stroke,” ucapnya.
Akan tetapi, manfaat terapeutik tidak akan bertahan jika terapi tambahan tidak dipertahankan. Oleh sebab itu, sangat penting untuk menggabungkan rehabilitasi pasca-stroke dan program pemberdayaan dengan terus berolahraga serta berlatih aktivitas fisik.
Peneliti lainnya dalam riset itu, Sarah Park, menyebutkan, program manajemen terapi secara mandiri bertujuan membantu masyarakat dengan berbagai keterbatasan yang dimiliki. Program ini juga melatih keterampilan baru bagi pasien setelah keluar dari perawatan medis.
”Program rehabilitasi virtual, dengan tingkat manajemen mandiri, pada akhirnya dapat meningkatkan kontinum perawatan bagi pasien yang bertransisi kembali ke masyarakat. Hal ini akan membantu meningkatkan kualitas hidup mereka secara keseluruhan,” ucapnya.