Orangtua Perlu Tahu Gejala dan Penanganan Awal Alergi pada Anak
Alergi dapat menyebabkan beberapa gejala ringan hingga berat yang dapat membuat kondisi anak memburuk.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Orangtua perlu mengetahui gejala dan penanganan awal alergi pada anak. Sebab, alergi dapat menyebabkan gejala ringan hingga berat yang dapat memperburuk kondisi anak jika tidak segera ditangani.
Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) Anang Endaryanto mengemukakan, alergi merupakan penyakit yang tidak bisa cepat sembuh dan kasus alergi baru juga meningkat. Bahkan, jumlah kasus alergi yang sembuh tidak bisa mengimbangi jumlah kasus alergi baru.
”Bagi orangtua, penyakit alergi sering menimbulkan frustrasi karena sifatnya menahun, berulang, dan diturunkan secara genetik sehingga sulit dikoreksi,” ujarnya dalam seminar media terkait alergi pada anak secara daring, Selasa (19/3/2024).
Anang menjelaskan, jenis alergi pada anak memiliki reaksi yang berbeda atau menyimpang dari kebiasaan normal. Hal ini disebabkan sistem kekebalan anak yang alergi memiliki sensitivitas terhadap protein asing. Umumnya, jenis alergi pada anak masuk dalam tiga kategori besar, yakni disebabkan oleh makanan, debu rumah, dan bulu binatang.
Faktor risiko alergi pada anak juga memiliki keterkaitan dengan faktor genetik atau riwayat keluarga. Bahkan, risiko alergi pada anak masih ada sekitar 5-15 persen meskipun kedua orangtua tidak memiliki riwayat alergi. Sebaliknya, risiko alergi pada anak semakin besar hingga 50-60 persen bila kedua orangtua tercatat memiliki riwayat alergi.
Dampak alergi pada anak yang bisa menyebabkan beberapa gejala ringan hingga berat membuat orangtua perlu mengetahui deteksi dini dan penanganan awal. Saat ini, Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) juga telah membuat kartu deteksi dini untuk mengetahui dan mengidentifikasi bayi berisiko alergi dari faktor keluarga.
Peran orangtua juga sangat penting karena banyak hasil penelitian yang menunjukkan alergi memiliki dampak pada peradangan dan perkembangan otak. Bahkan, alergi juga bisa berdampak terhadap kecerdasan dan produktivitas anak di masa depan.
”Masyarakat harus mampu mendeteksi apakah anaknya alergi atau tidak. Hal ini bisa diketahui melalui gejala, pemeriksaan klinis, dan berlanjut pada tes alergi. Kemudian, orangtua juga harus memiliki kemampuan deteksi jenis alergi, seperti makanan serta mengontrol jenis penyebabnya,” tutur Anang.
Menurut Anang, orangtua bisa mulai mendeteksi bila anak mengalami gejala yang berlangsung cukup lama dan tak kunjung sembuh. Kemudian, gejala tersebut sering berulang dengan penyebab yang sama, misalnya setelah mengonsumsi makanan, berada di dekat hewan berbulu, atau terpapar debu rumah.
Guna memastikan penyebab alergi yang berkaitan dengan konsumsi makanan, orangtua bisa melakukan pantang makan kepada anak. Bila dalam tiga minggu secara konsisten gejala menghilang, orangtua perlu memberikan kembali makanan yang diduga menjadi penyebab alergi tersebut kepada anak. Anak dipastikan alergi terhadap makanan tersebut bila dalam satu minggu muncul gejala alergi kembali.
Penghambat kesembuhan
Anang mengatakan, terdapat beberapa hal yang bisa menghambat kesembuhan anak atau seseorang terhadap alergi. Pertama, yaitu kurangnya komunikasi yang efektif antara pasien dan dokter. Di sisi lain, pasien juga tidak melaksanakan petunjuk dokter dengan baik.
Kedua, hal yang bisa menghambat kesembuhan alergi ialah sikap pasien yang tertarik untuk menggunakan obat baru dan selalu mencoba obat dengan efektivitas tinggi. Bila tidak sembuh, pasien kerap berpendapat bahwa dokter tidak mengerti kebutuhan pengobatan alergi dan tidak serius menyembuhkan mereka.
”Alergi harus cepat dikenali dan diintervensi. Bila sudah diintervensi dengan memenuhi standar harus dievaluasi. Penanganan alergi di Indonesia harus integratif dan komprehensif agar tidak mengancam masa depan anak,” katanya.
Sekretaris Umum Pengurus Pusat IDAI Hikari Ambara Sjakti menambahkan, alergi memang masih sering menjadi masalah di Indonesia dan informasinya sangat beragam. Oleh karena itu, semua pihak perlu memberikan informasi yang baik dan benar sehingga kesehatan anak Indonesia bisa lebih terjaga dengan baik.