Kurangi Risiko Alergi Makanan dengan Konsumsi Serat
Makanan dengan kandungan serat yang tinggi baik dikonsumsi oleh anak yang memiliki alergi. Makanan dengan tinggi serat dapat mencegah risiko dari alergi.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Prebiotik dari makanan dengan tinggi serat memilki manfaat untuk menjaga kesehatan pencernaan serta mencegah risiko alergi. Manfaat tersebut dapat diperoleh secara maksimal dengan mengonsumsi berbagai jenis serat makanan.
Dokter Spesialis Anak Konsultan Alergi imunologi Pusat Kesehatan Ibu dan Anak Nasional (PKIAN) RS Anak dan Bunda Harapan Kita Endah Citraresmi di Jakarta, Selasa (23/8/2022), mengatakan, gaya hidup modern dalam mengonsumsi makanan dapat memperburuk kondisi alergi yang dialami seorang anak. Masyarakat kini lebih banyak mengonsumsi makanan tinggi lemak, tetapi rendah serat.
”Makanan yang tinggi serat merupakan prebiotik yang bermanfaat bagi kesehatan. Beberapa bukti pun menunjukkan bahwa pemberian prebiotik akan memberikan manfaat dalam pencegahan alergi serta terapi untuk alergi,” katanya.
Sumber prebiotik yang dapat dikonsumsi, antara lain, sayuran, buah, gandum utuh, kacang polong, dan kacang merah. Setiap hari, seseorang setidaknya perlu mengonsumsi serat 15-38 gram. Konsumsi serat ini pun sebaiknya didapatkan dari beragam makanan karena tidak ada satu jenis serat makanan yang cukup untuk membangun sistem imun tubuh.
Endah menuturkan, sebaiknya setiap orang mengonsumsi lima porsi buah dan sayur setiap hari untuk memenuhi kebutuhan serat harian. Ketika mengonsumsi buah disarankan untuk juga mengonsumsi kulitnya karena mengandung lebih banyak serat.
Buah dan sayur yang diolah menjadi jus hanya mengandung sedikit serat, bahkan tidak lagi mengandung serat. Ketika mengonsumsi serat yang tinggi sebaiknya disertai dengan konsumsi air putih yang banyak. Hal itu karena serat menyerap air dalam tubuh.
Makanan yang tinggi serat merupakan prebiotik yang bermanfaat bagi kesehatan. Beberapa bukti pun menunjukkan bahwa pemberian prebiotik akan memberikan manfaat dalam pencegahan alergi serta terapi untuk alergi.
Menurut Endah, kecukupan asupan serat menjadi krusial pada anak yang mengalami alergi. Anak dengan alergi biasanya mengalami masalah nutrisi, baik akibat dari reaksi alergi, seperti gangguan saluran cerna ataupun akibat menghindari makanan yang memicu terjadinya alergi. Serat dibutuhkan untuk mencegah risiko alergi.
Di Indonesia, konsumsi serat di masyarakat masih rendah. Data Riset Kesehatan Dasar 2018 menunjukkan 95,5 persen penduduk Indonesia di atas lima tahun masih kurang mengonsumsi serat. Penelitian lain menyebutkan, sembilan dari sepuluh anak kekurangan asupan serat.
Rata-rata anak Indonesia usia 1-3 tahun hanya memenuhi seperempat dari kebutuhan hariannya atau rata 4,7 gram serat per hari. Merujuk pada angka kecukupan gizi, kebutuhan serat anak sekitar 19 gram per hari.
”Dengan mengonsumsi serat dalam jumlah cukup bisa bermanfaat bagi kesehatan anak, seperti memperbaiki keseimbangan sistem imunitas tubuh, mengurangi inflamasi akibat alergi, dan mengoptimalkan kinerja mikrobiota dalam saluran cerna dalam menyerap nutrisi makanan,” kata Endah.
Ia mengatakan, ketidakseimbangan komposisi dan fungsi mikrobiota saluran cerna dalam tubuh dapat meningkatkan risiko alergi pada anak. Keragaman mikrobiota saluran cerna pada anak dengan alergi lebih sedikit dibandingkan dengan anak yang tidak memiliki alergi.
Maka, konsumsi makanan dengan serat tinggi sangat penting, Makanan dengan tinggi serat dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan mikrobiota dalam saluran cerna. ”Orangtua dapat memilih jenis makanan yang tidak memicu alergi, tetapi pastikan asupan gizi tetap seimbang, termasuk asupan serat. Banyak alergi muncul akibat makanan yang sebenarnya penting sehingga perlu memilih makanan pengganti yang tepat,” ujar Endah.
Ia mengatakan, alergi makanan yang paling banyak ditemukan pada anak di Indonesia, yakni alergi pada telur, kacang tanah, kedelai, gandum, dan makanan laut. Biasanya alergi pada makanan muncul ketika anak sudah mulai mengonsumsi makanan sejak anak mendapatkan makanan pendamping ASI (MPASI) pada usia di atas enam bulan.
Orangtua sebaiknya memahami gejala dari alergi agar penanganan bisa segera dilakukan. Gejala yang umumnya muncul akibat alergi, seperti gatal-gatal, bentol di seluruh tubuh, dan pembengkakan pada mata ataupun bibir.
”Segera bawa anak ke fasilitas kesehatan dan segera lakukan pemeriksaan untuk tes alergi ketika gejala muncul. Tes alergi bisa dilakukan pada usia berapa pun,” kata Endah.
Psikologis
Psikolog anak dari Tiga Generasi Brawijaya Klinik Kemang Anastasia Satriyo menyampaikan, dampak lain yang juga perlu diperhatikan dari alergi pada anak ialah dampak psikologis. Anak dengan alergi lebih rentan mengalami kecemasan. Kecemasan tersebut mulai dari kecemasan ringan, kecemasan tinggi, hingga gangguan kecemasan (generalized anxiety disorder).
Selain berdampak pada anak, orangtua yang memiliki anak dengan alergi juga rentan mengalami kecemasan yang tinggi. Emosi takut, khawatir, dan cemas secara intens dialami oleh orangtua dengan anak yang mengalami alergi.
”Ketika ada acara, seperti ulang tahun, travelling, dan kegiatan hiburan lain, itu justru menjadi tantangan bagi orangtua dengan anak yang memiliki alergi. Karena itu, orangtua perlu melatih dan mengelola emosinya dengan baik sehingga dampak psikologi pada anak juga bisa berkurang,” ujar Anastasia.