Penderita Alergi Memiliki Risiko Infeksi Covid-19 Lebih Rendah
Perilaku orang dengan kondisi alergi diduga turut memengaruhi rendahnya risiko mereka terkena Covid-19.
JAKARTA, KOMPAS — Studi skala besar berbasis populasi menemukan bahwa orang dengan kondisi alergi, seperti demam, radang atau iritasi, dan eksim atopik, justru memiliki risiko infeksi Covid-19 yang lebih rendah terutama jika mereka juga menderita asma. Faktor perilaku diduga turut berkontribusi terhadap faktor risiko ini.
Penelitian terhadap orang dewasa di Inggris ini dipublikasikan secara daring di jurnal pernapasan Thorax yang dirilis pada Rabu (1/12/2021).
Penelitian tersebut menemukan, etnis Asia, obesitas, kepadatan rumah tangga, dan sosialisasi di dalam ruangan dengan rumah tangga lain secara independen terkait dengan peningkatan risiko infeksi Covid-19. Bertentangan dengan sejumlah penelitian lain, kajian ini juga menemukan bahwa usia yang lebih tua, jenis kelamin laki-laki, dan kondisi mendasar lainnya tidak terkait dengan peningkatan risiko infeksi.
”Semakin banyak bukti menunjukkan bahwa setidaknya beberapa faktor risiko terjadinya Covid-19 mungkin berbeda dengan yang menjadi predisposisi penyakit parah dan kebutuhan akan perawatan intensif,” tulis Hayley Holt dari Queen Mary University of London yang menjadi penulis pertama kajian ini.
Untuk mengeksplorasi lebih lanjut dan mengumpulkan kontribusi demografi, sosial ekonomi, gaya hidup, diet, perawatan medis, dan kondisi yang mendasarinya terhadap risiko Covid-19, para peneliti mengumpulkan informasi terperinci tentang faktor risiko infeksi potensial di antara orang dewasa Inggris antara Mei 2020 dan Februari 2021.
Semakin banyak bukti menunjukkan bahwa setidaknya beberapa faktor risiko terjadinya Covid-19 mungkin berbeda dengan yang menjadi predisposisi penyakit parah dan kebutuhan akan perawatan intensif
Semua peserta diminta memberikan informasi usia mereka, keadaan rumah tangga, pekerjaan, gaya hidup, berat badan, tinggi badan, kondisi medis lama, penggunaan obat, status vaksinasi, diet dan asupan suplemen ketika mereka bergabung dengan penelitian. Informasi yang sama juga diminta pada bulan-bulan berikutnya.
Dari 16.081 orang yang memenuhi syarat, 15.227 menyelesaikan setidaknya satu kuesioner tindak lanjut selama 30 hari atau lebih setelah bergabung dengan penelitian. Sebanyak 14.348 orang menyelesaikan kuesioner terakhir pada atau sebelum 5 Februari 2021.
Usia rata-rata peserta adalah 59 tahun, 70 persen perempuan, dan 95 persen mengidentifikasi asal etnis mereka sebagai kulit putih. Secara keseluruhan, 446 peserta (hampir 3 persen) memiliki setidaknya satu episode infeksi Covid-19 yang dikonfirmasi melalui tes usap (PCR) selama masa penelitian dan 32 orang dirawat di rumah sakit.
Para peneliti memperhitungkan serangkaian faktor yang berpotensi memengaruhi, seperti usia, jenis kelamin, lamanya partisipasi dalam penelitian, etnisitas, frekuensi pengujian, dan beragam faktor lain, termasuk asupan makanan dan berat badan. Mereka kemudian menganalisis faktor-faktor tertentu yang muncul secara independen terkait dengan naiknya risiko Covid-19.
Hasilnya, orang-orang Inggris dengan latar belakang etnis Asia lebih dari dua kali lebih mungkin terinfeksi daripada rekan kulit putih mereka. Demikian pula kepadatan rumah tangga, bersosialisasi dengan rumah tangga lain pada minggu sebelumnya, jumlah kunjungan ke tempat umum dalam ruangan, peran yang dihadapi masyarakat selain dalam perawatan kesehatan dan sosial, dan kelebihan berat badan/obesitas memiliki hubungan dengan peningkatan risiko.
Baca juga: Obesitas Versus Covid-19
Semakin besar jumlah orang yang berbagi rumah tangga dan semakin tinggi jumlah kunjungan ke tempat umum dalam ruangan, semakin tinggi pula kemungkinan terinfeksi. Sebaliknya, mereka yang memiliki penyakit atopik (dipicu oleh alergen) yang meliputi eksim/dermatitis dan hay fever/rinitis alergi, secara independen dikaitkan dengan kemungkinan 23 persen lebih rendah terkena infeksi dibandingkan mereka yang tidak memiliki penyakit atopik atau asma.
Selain itu, mereka yang memiliki penyakit atopik dan asma, risikonya bahkan lebih rendah, yaitu 38 persen. Asosiasi ini berlaku bahkan setelah memperhitungkan penggunaan inhaler steroid.
Mengonsumsi obat imunosupresan juga dikaitkan dengan kemungkinan 53 persen lebih rendah dari infeksi Covid-19 meskipun ini mungkin mencerminkan perlindungan yang lebih besar dari infeksi oleh pasien ini.
Sebaliknya, usia, jenis kelamin, kondisi medis lainnya, diet, dan penggunaan suplemen tidak terkait dengan risiko infeksi.
Baca juga: Seng Bisa Bantu Pemulihan dari Covid-19
Karena ini adalah studi observasional, maka hasilnya tidak dapat menentukan penyebabnya. Para peneliti mengakui beberapa keterbatasan dalam penelitian mereka, termasuk di antaranya tidak ada pengawasan tes usap dan ketergantungan pada hasil tes rutin yang biasanya dipicu oleh gejala sehingga berpotensi melewatkan orang-orang dengan infeksi tanpa gejala. Peserta juga menjadi sukarelawan sehingga beberapa etnis minoritas, terutama orang kulit hitam, etnis Afrika dan Karibia, kurang terwakili dalam penelitian ini.
Meski demikian, para peneliti menyimpulkan, studi prospektif berbasis populasi yang besar ini menunjukkan bahwa ada tumpang tindih yang terbatas antara faktor risiko Covid-19 dan yang masuk ke unit perawatan intensif dan kematian, seperti yang dilaporkan dalam kelompok yang dirawat di rumah sakit.
Faktor perilaku
Faktor perilaku diduga bisa memengaruhi risiko Covid-19. Misalnya, mereka yang memiliki alergi menjadi lebih hati-hati dan menjalankan protokol kesehatan lebih baik.
Studi yang dilakukan Fajar Ariyanti dari UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, dan tim yang dipublikasikan di jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional menemukan, faktor yang secara signifikan berhubungan dengan risiko Covid-19 di Indonesia dalam aktivitas sehari-hari adalah jenis kelamin, sikap, dan perilaku pencegahan Covid-19. Peneliti menyimpulkan, risiko tertular Covid-19 dapat dinilai dari aktivitas sehari-hari yang dilakukan selama puncak pandemi.
Kajian ini menggunakan desain potong lintang dengan melibatkan 315 responden secara non-probability sampling dari bulan September sampai Oktober 2020. Penelitian ini menunjukkan bahwa persentase risiko orang terinfeksi Covid-19 berdasarkan aktivitas sehari-harinya adalah 15,56 persen berisiko rendah, 63,81 persen berisiko sedang-rendah, 17,14 persen berisiko sedang, dan 3,9 persen berisiko sedang-tinggi.