Fungsi Ekosistem Terumbu Karang Dapat Pulih dalam Waktu Empat Tahun
Restorasi terumbu karang di Sulawesi Selatan dapat memulihkan kembali ekosistem hanya dalam jangka waktu empat tahun.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebagian besar terumbu karang di dunia, termasuk Indonesia, dalam kondisi rusak dan masih terancam akibat berbagai aktivitas manusia. Namun, hasil studi terbaru menunjukkan upaya restorasi terumbu karang di Sulawesi Selatan dapat memulihkan kembali fungsi ekosistem hanya dalam waktu empat tahun.
Hasil studi terbaru yang dilaporkan dalam jurnal Current Biology pada 8 Maret 2024 memberikan harapan terhadap pemulihan terumbu karang. Sebab, upaya restorasi ini tidak hanya meningkatkan tutupan karang, tetapi juga jumlah terumbu karang dan mengembalikan fungsi ekosistem dengan jangka waktu relatif cepat.
”Kami menemukan bahwa terumbu karang yang dipulihkan dapat tumbuh dengan kecepatan sama seperti terumbu karang yang sehat hanya dalam waktu empat tahun setelah transplantasi karang,” ujar Ines Lange dari Universitas Exeter, Inggris, seperti dikutip dari Sciencedaily, Rabu (13/3/2024).
Lange menuturkan, restorasi ini sangat penting karena terumbu karang merupakan habitat bagi kehidupan laut dan secara efisien melindungi pulau di dekatnya dari energi gelombang dan erosi. Di sisi lain, ia tidak memperkirakan jangka waktu pemulihan ini bisa amat cepat hanya dalam waktu empat tahun.
Penelitian Lange dan timnya dilakukan melalui Program Restorasi Terumbu Karang Mars di Sulawesi Selatan, Indonesia. Proyek ini bergantung pada transplantasi karang dan penambahan substrat untuk memulihkan terumbu yang rusak parah akibat penangkapan ikan dengan bahan peledak 30 hingga 40 tahun lalu.
Tanpa campur tangan manusia, terumbu karang tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Hal ini disebabkan terdapat puing-puing karang lepas yang menghalangi larva karang muda untuk bertahan hidup.
Terumbu karang yang dipulihkan dapat tumbuh dengan kecepatan sama seperti terumbu karang yang sehat hanya dalam waktu empat tahun setelah transplantasi karang.
Upaya restorasi ini kemudian dilakukan dengan menambahkan jaringan struktur baja berlapis pasir yang berkesinambungan untuk menggabungkan kembali puing-puing dan memperkuat struktur transplantasi fragmen karang.
Guna mengetahui jangka waktu pemulihan, peneliti mengukur anggaran karbonat dari 12 lokasi yang telah direstorasi pada waktu berbeda hingga empat tahun lalu. Anggaran karbonat merupakan suatu ukuran laju produksi karbonat dalam terumbu karang.
Transplantasi
Berdasarkan analisis data, pertumbuhan pesat karang yang ditransplantasi telah mendukung pemulihan tutupan karang dan produksi karbonat. Tercatat hanya dalam waktu empat tahun, anggaran karbonat bersih telah meningkat tiga kali lipat sehingga setara dengan anggaran di lokasi pengendalian yang sehat.
”Karang terus-menerus menambahkan kalsium karbonat ke dalam kerangka terumbu, tetapi terus dikikis oleh beberapa ikan dan bulu babi. Pertumbuhan terumbu karang yang positif penting untuk mengimbangi kenaikan permukaan laut, melindungi garis pantai dari badai dan erosi, serta menyediakan habitat bagi hewan karang,” tutur Lange.
Hasil studi tersebut menunjukkan, tindakan pengelolaan aktif dapat membantu meningkatkan ketahanan terumbu. Hal ini sekaligus mengembalikan fungsi ekosistem yang penting bagi kehidupan laut dan komunitas lokal dalam waktu yang relatif singkat.
Peneliti pun berharap terumbu karang yang dipulihkan secara alami akan menghasilkan lebih banyak spesies karang yang beragam. Namun, mereka mencatat bahwa apa yang akan terjadi di suatu lokasi di seluruh dunia akan bergantung pada banyak faktor, termasuk kondisi lingkungan dan teknik restorasi.
”Seperti yang sering terjadi, tidak ada solusi yang bisa diterapkan untuk semua aspek. Namun, kami berharap contoh positif ini dapat digunakan sebagai inspirasi bagi proyek restorasi terumbu karang lainnya di seluruh dunia,” kata Lange.
Peneliti di Lancaster Environment Centre, Lancaster University, Inggris, yang turut terlibat dalam studi ini, Tim Lamon menambahkan, hasil studi ini memberikan dorongan bahwa kini semua pihak memiliki alat yang efektif untuk membantu menumbuhkan kembali terumbu karang beserta fungsi ekosistemnya.