Curah Hujan Ekstrem di Padang Mengalahkan Rekor 154 Tahun di Jakarta
Curah hujan di Kota Padang pada Kamis (7/3/2024) tercatat ekstrem, mencapai 394,6 milimeter per hari.
JAKARTA, KOMPAS — Sedikitnya 21 warga meninggal dan lima orang hilang akibat bencana banjir dan longsor yang melanda sejumlah daerah di Sumatera Barat sejak Jumat (8/3/2024). Hal ini dipicu tingginya curah hujan di wilayah itu dengan yang tertinggi terjadi di Kota Padang.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat tingginya curah hujan di Sumatera Barat dengan yang tertinggi terjadi di Kota Padang, mencapai 394,6 milimeter per hari, pada Kamis hingga Jumat (7-8/3/2024).
Menurut Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Andri Ramdhani, di Jakarta, Senin, berdasarkan pemetaan di Sumatera Barat, hujan intensitas sedang sampai lebat mendominasi mayoritas wilayah provinsi ini pada Kamis hingga Jumat pekan lalu.
”Hujan dengan intensitas sangat lebat umumnya terjadi di wilayah bagian pantai barat Sumatera Barat,” katanya. Hujan dikategorikan sangat lebat jika memiliki intensitas atau curah sebesar 100-150 milimeter (mm) per hari,” ujarnya.
Andri menambahkan, hujan intensitas ekstrem juga terekam di delapan stasiun pengamatan di provinsi ini. Hujan dikategorikan ekstrem jika memiliki curah di atas 150 mm per hari.
Catatan BMKG menyebutkan, hujan dengan intensitas ekstrem yang tertinggi terekam di Pos Bandar Buat, Kota Padang, mencapai 394,6 mm per hari. Berikutnya, hujan dengan intensitas 368,4 mm per hari terekam di Stasiun Meteorologi Minangkabau, Padang Pariaman.
Hujan dengan intensitas sangat lebat umumnya terjadi di wilayah bagian pantai barat Sumatera Barat.
Hujan dengan intensitas 328 mm per hari terekam di Pos Sasak, Padang Pariaman, dan di Pos Terusan, Pesisir Selatan, sebesar 320 mm per hari.
Baca juga: Banjir, Alarm dari Alam
Menurut Andri, intensitas hujan di Kota Padang dan sebagian wilayah Sumatera Barat ini kemungkinan merupakan yang tertinggi di Indonesia. Curah hujan juga melebihi rekor curah hujan yang pernah terjadi di DKI Jakarta pada pengujung tahun 2019.
Melebihi rekor Jakarta
Data menunjukkan, intensitas hujan di Kota Padang lebih tinggi dibandingkan rekor hujan tertinggi sepanjang 154 tahun sejarah pencatatan di Jakarta sebesar 377 mm per hari yang terekam di Halim, Jakarta Timur, pada 31 Desember 2019.
Intensitas hujan di Jakarta saat itu memicu banjir besar yang berdampak terhadap 31.200 warga di pengujung tahun itu.
Menurut ahli iklim BMKG, Siswanto, pencatatan intensitas hujan di Jakarta mulai dilakukan sejak tahun 1840-an oleh Belanda, tetapi datanya mulai rapi sejak tahun 1866.
Curah hujan tertinggi di Jakarta sebelumnya tercatat mencapai 367 mm per hari di Sunter pada tahun 2015. Hujan ekstrem di Jakarta saat itu dikategorikan sebagai anomali cuaca karena terus menghangatnya udara permukaan sebagai dampak perubahan iklim.
Kenaikan suhu akibat perubahan iklim mengubah pola hujan. Studi Siswanto di jurnal Royal Meteorological Society (2015) menyebut, pada 1866-2010, jumlah hari hujan di Jakarta berkurang, tetapi proporsi curah hujan lebat melebihi 50 mm per hari dan 100 mm per hari pada total hujan tahunan naik signifikan.
Jadi, meskipun akumulasi curah hujan tahunan menurun, frekuensi hujan ekstrem skala jam atau harian meningkat.
Menurut kajian Siswanto yang dipublikasikan di jurnal Meteorological Society of Japan pada Februari 2022, kenaikan suhu permukaan di Jakarta dan sekitarnya 1 derajat celsius dalam 100 tahun terakhir itu meningkatkan kemampuan udara menahan air hingga 14 persen, dua kali lipat dari yang dipahami secara global.
Anomali suhu laut
Kepala Stasiun Meteorologi Minangkabau, Padang Pariaman, Desindra Deddy Kurniawan dalam laporannya menyebutkan, berdasarkan citra satelit, keberadaan awan konvektif di wilayah Sumatera Barat terlihat sejak Kamis pukul 15.00.
Keberadaan awan konvektif itu terus berkembang hingga memasuki wilayah Kota Padang pada pukul 17.00 dengan suhu puncak awan mencapai minus 80 derajat celsius. Kondisi ini menunjukkan adanya awan konvektif yang dapat memicu hujan lebat disertai petir di wilayah tersebut.
Baca juga: 21 Warga Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sumbar, 5 Lainnya Hilang
Menurut Desindra, gelombang Madden-Julian Oscillation, yang biasanya berkontribusi pada hujan tinggi sedang tidak berada di wilayah barat Indonesia sehingga tidak berkontribusi terhadap pembentukan awan hujan di Sumatera Barat.
Namun, indikator anomali suhu laut menunjukkan kenaikan suhu 1-3 derajat celsius. Hal ini memicu potensi penguapan atau penambahan massa uap air di Samudra Hindia barat Sumatera sehingga menambah jumlah massa uap air.
Analisis angin lapisan 3000 kaki menunjukkan ada pertemuan massa udara (konvergensi) dan terjadi perlambatan kecepatan angin secara signifikan di wilayah Sumatera Barat. Hal ini mengakibatkan penumpukan massa udara di Sumatera Barat dan mendukung pertumbuhan awan konvektif di wilayah itu.
Sementara analisis kelembaban udara bersumber dari data Stasiun Meteorologi Minangkabau pada 7 Maret 2024 menunjukkan udara berada dalam keadaan basah pada lapisan rendah hingga tinggi. Hal ini menunjukkan potensi pembentukan awan konvektif di wilayah Sumatera Barat.
Desindra menyimpulkan, hujan ekstrem di Kota Padang dan sekitarnya akibat pertemuan massa udara disertai perlambatan kecepatan angin secara signifikan. ”Suhu muka laut di perairan barat Sumatera Barat hangat dan kelembaban udara tinggi pada lapisan rendah hingga lapisan tinggi,” ujarnya.
Berdasarkan data citra satelit dan citra radar, hujan intensitas lebat berlangsung dalam durasi lama mulai dari siang hingga malam hari. Kondisi tersebut menyebabkan wilayah tangkapan hujan tidak mampu menampung curah hujan yang sangat tinggi sehingga terjadi banjir dan longsor.
Menelan korban jiwa
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari mengatakan, kejadian banjir dan longsor di Sumatera Barat sejak Kamis lalu menimbulkan korban jiwa.
Secara total, kejadian bencana tersebut menelan 19 korban jiwa, 2 orang luka-luka, dan 7 orang hilang. Bencana ini juga berdampak terhadap puluhan ribu jiwa. Belakangan dilaporkan korban jiwa menjadi 21 orang dan 5 orang hilang.
Berdasarkan informasi dari Pusat Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BNPB, 10.150 keluarga atau 35.299 jiwa di Kota Padang terdampak banjir. Di Kabupaten Pesisir Selatan, 16 korban meninggal, 7 orang hilang, dan 25.794 keluarga terdampak banjir.
Adapun di Kabupaten Padang Pariaman tercatat 3 orang meninggal, 2 warga luka-luka, dan 800 keluarga atau 2.958 jiwa terdampak.
Di Kota Solok, 238 keluarga atau 813 jiwa terdampak. Di Kabupaten Limapuluh Kota, 24 keluarga atau 100 jiwa terdampak. Di Kabupaten Agam, 36 keluarga atau 144 jiwa terdampak.
Baca juga: Bagaimana Banjir Bisa Meningkatkan Risiko Kematian sekalipun Sudah Berlalu
Sementara di Kabupaten Solok, sebanyak 10 keluarga terdampak. Di Kabupaten Pasaman Barat, sebanyak 31 keluarga terdampak, dan di Kabupaten Pasaman, sebanyak 191 keluarga terdampak.
”Kejadian banjir dan longsor memaksa warga untuk mengungsi. Di wilayah Kota Padang, 3.734 jiwa mengungsi; di Kabupaten Pesisir Selatan, 29.483 keluarga atau 76.178 jiwa mengungsi; dan di Kabupaten Agam, 49 keluarga atau 209 jiwa mengungsi,” kata Muhari.
Banjir dan longsor menyebabkan kerugian material di wilayah Sumatera Barat, yakni 37.265 unit rumah terdampak. Sebanyak 666 rumah rusak, 3 rumah hanyut, 26 jembatan rusak, 45 tempat ibadah terendam, 25 sekolah terendam.
Selain itu, 13 ruas jalan terdampak, 2 fasilitas irigasi rusak, 113 hektar lahan terdampak, serta 5 unit fasilitas umum terdampak bencana banjir dan longsor.
Berdasarkan informasi dari petugas Pusdalops Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Barat, Gilang, penanganan banjir dan longsor terus dilakukan. Hingga Minggu, akses jalan raya untuk masuk-keluar warga ke Desa Kotamenara di Kabupaten Padang Pariaman masih tertutup longsor sepanjang 50 meter.
Banjir di Kabupaten Agam, Kabupaten Pesisir, dan Kota Solok berangsur surut. Di Kabupaten Pesisir Selatan dan Kota Padang, sebagian besar area terdampak banjir masih digenangi air. Di Kabupaten Limapuluh Kota, banjir berangsur urut. Pembersihan rumah dan fasilitas umum yang terendam telah dilakukan.