Revitalisasi Kawasan Muaro Jambi Prioritaskan Pelestarian Budaya
Revitalisasi KCBN Muaro Jambi diharapkan meningkatkan kesejahteraan warga dan pelestarian nilai-nilai budaya. Revitalisasi ini menjadi yang terbesar kedua di Indonesia setelah pemugaran Candi Borobudur.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Revitalisasi Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muaro Jambi di Provinsi Jambi diharapkan mengoptimalkan pemanfaatan kawasan itu, termasuk untuk meningkatkan kesejahteraan warga di sekitarnya. Namun, revitalisasi tetap memprioritaskan pelestarian nilai-nilai budaya di kawasan yang pernah menjadi pusat pendidikan terbesar di Asia Tenggara pada abad ke-7 tersebut.
Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Hilmar Farid mengatakan, revitalisasi KCBN Muaro Jambi membawa sejumlah perubahan. Secara fisik, lanskap yang dulu dirancang seperti taman wisata diubah menjadi konsep cagar budaya.
Di sekitar candi akan dibangun museum. Kanal-kanal kuno yang mengelilingi kawasan itu juga direvitalisasi. Kanal tersebut bisa dimanfaatkan untuk menunjang sektor wisata di lokasi itu.
Revitalisasi diharapkan mendukung pemajuan kebudayaan dan pembangunan masyarakat di Jambi. ”Pelestarian nilai budaya yang diutamakan. Yang (faktor) penunjang, itu justru untuk memperkuat narasi budayanya,” ujarnya dalam diskusi daring ”Revitalisasi Muaro Jambi sebagai Warisan Nusantara”, Kamis (7/3/2024).
Pembangunan museum, misalnya, dilakukan di lokasi yang cukup jauh dari candi. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi penemuan baru di sekitar candi.
”Kami sudah periksa di bawahnya (lokasi pembangunan museum) dan tidak ada potensi temuan baru di sana. Jadi, ini aman dari segi pelestarian. Pemanfaatan candi dengan kepentingan pelestariannya tidak boleh bertentangan,” ucapnya.
Sistem pengelolaan KCBN Muaro Jambi juga diubah dengan membentuk Badan Layanan Umum (BLU) museum dan cagar budaya. Badan ini akan mengelola tiket masuk, merancang program, dan berbagai kegiatan pendukung pengembangan kawasan tersebut.
Hilmar menuturkan, sejumlah program pengembangan diperlukan untuk mengaktivasi nilai-nilai budaya. Sejumlah kegiatan telah digelar, salah satunya Kenduri Swarnabhumi. ”Kegiatan ini mempertemukan tapak-tapak sejarah di sepanjang Sungai Batanghari. Ini semua gunanya untuk memperkuat narasi budaya,” ucapnya.
Kegiatan lainnya adalah Pasar Dusun Karet yang memajang produk masyarakat desa di sana. Kegiatan ini membuka peluang bagi warga setempat memasarkan produk kreativitasnya sehingga berkontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat.
Revitalisasi terbesar kedua
Hilmar mengatakan, revitalisasi KCBN Muaro Jambi melingkupi kawasan seluas sekitar 4.000 hektar. Revitalisasinya menjadi yang terbesar kedua di Indonesia setelah pemugaran Candi Borobudur di Jawa Tengah pada 1973.
Situs Muaro Jambi yang merupakan peninggalan bercorak Buddha dirawat dan dikelola oleh masyarakat Jambi yang mayoritas beragama Islam.
”Praktis ini seperti kota tersendiri. Sampai hari ini masih ada temuan baru di lapangan, belum semuanya kita kupas. Dari segi skala dan nilai sejarahnya sangat luar biasa. Itu yang menjadi pertimbangan pertama (untuk direvitalisasi),” ujarnya.
Menurut Hilmar, pengembangan KCBN Muaro Jambi berpotensi memperkuat identitas bangsa, ketahanan budaya, dan pariwisata. Ia mencontohkan, dalam hal kebangsaan, situs Muaro Jambi yang merupakan peninggalan bercorak Buddha dirawat dan dikelola oleh masyarakat Jambi yang mayoritas beragama Islam.
”Ini bukti Bhinneka Tunggal Ika dalam praktik. Jadi, enggak banyak teori, retorika, tetapi dilaksanakan masyarakat turun-temurun. Itu alasan kuat mengapa memilih Muaro Jambi sebagai fokus untuk pelestarian cagar budaya tahun ini,” ujarnya.
Revitalisasi KCBN Muaro Jambi perlu melibatkan banyak pihak, termasuk masyarakat setempat. Hal ini penting agar warga tidak sekadar jadi penonton dalam pengembangan kawasan tersebut.
”Ini adalah upaya terbesar setelah Candi Borobudur pada 50 tahun lalu. Kita berharap Muaro Jambi juga punya status yang hebat di masa mendatang. Namun, masih ada tantangan ke depan dan ini tidak akan selesai 1-2 tahun. Harus ada keberlanjutan,” ucapnya.
Dukungan fasilitas
Gubernur Jambi Al Haris menuturkan, pengembangan KCBN Muaro Jambi perlu dibarengi dengan perbaikan fasilitas dan infrastruktur di sekitarnya. Akses jalan menuju kawasan itu, misalnya, relatif sempit sehingga perlu diperlebar.
”Selain itu, dibutuhkan area parkir yang cukup representatif. Parkir yang ada kecil sekali, sementara candi yang akan dikunjungi cukup banyak,” katanya.
Menurut Haris, revitalisasi KCBN Muaro Jambi akan menumbuhkan kesadaran masyarakat pada nilai-nilai budaya. Ia menyebutkan, warga di sekitar candi mulai tertarik untuk mempelajari sejarah candi sehingga menambah wawasan budaya masyarakat.
”Candi ini menjadi daya pikat luar biasa. Tentu tidak boleh hanya sebatas bangga, tetapi warga ikut melestarikannya,” ujarnya.
Kepala Desa Kemingking Luar, Kabupaten Muaro Jambi, Dedi Rahmad, berharap revitalisasi KCBN Muaro Jambi dapat mendongkrak perekonomian masyarakat. Kemingking Luar merupakan salah satu desa yang menjadi lokasi kawasan candi.
”Kami sudah punya beberapa rencana. Bagaimana kanal-kanal kuno bisa dimanfaatkan sebagai sumber ekonomi masyarakat. Namun, tetap harus memperhatikan nilai-nilai budaya dan tradisi yang ada di sana,” katanya.