Kawasan Muaro Jambi Dihidupkan Lagi sebagai Pusat Pendidikan
Dana lebih dari Rp 1,5 triliun digunakan untuk mengekskavasi dan memugar candi dan menapo (gundukan bata berstruktur candi) untuk siap dimanfaatkan sebagai kampus.
Oleh
IRMA TAMBUNAN
·3 menit baca
MUARO JAMBI, KOMPAS — Kawasan Cagar Budaya Nasional Muaro Jambi dihidupkan lagi sebagai pusat pendidikan agama, filsafat, arsitektur, seni, serta kedokteran dan obat-obatan. Mewujudkan rencana itu, pemerintah pusat menganggarkan Rp 1,5 triliun dan Pemerintah Provinsi Jambi mengalokasikan Rp 260 miliar.
Gubernur Jambi Al Haris mengatakan, seluruh dana itu untuk mengekskavasi dan memugar candi dan menapo (gundukan bata berstruktur candi) untuk siap dimanfaatkan sebagai kampus. Jika menilik masa lalunya dari abad VII hingga XIV, kawasan itu merupakan pusat pendidikan agama Buddha beserta sejumlah bidang studi strategis lainnya.
”Bahkan, Candi Muaro Jambi ini diakui sebagai pusat pendidikan terbesar di Asia pada masanya,” ujarnya, sewaktu menghadiri perayaan Waisak di Candi Kedaton, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi, Minggu (22/5/2022). Acara itu diikuti sekitar 2.000 umat Buddha.
Pada 7 April lalu, Presiden Joko Widodo, Nyonya Iriana, bersama sejumlah menteri telah meninjau Candi Kedaton. Presiden juga sempat menyinggung kawasan ini sebagai jejak peradaban Indonesia. Lokasi itu pernah menjadi pusat pendidikan terbesar di Asia pada abad VII. Tidak hanya yang berkaitan dengan teologi, tetapi di kawasan ini, dulunya juga menjadi pusat pendidikan bagi kedokteran dan obat-obatan, filsafat, arsitektur, seni, dan lain-lainnya.
Presiden mengatakan, pemerintah melalui Kemendikbudristek akan kembali memulai restorasi di beberapa titikdari total luas 3.980 hektar kawasan tersebut. Luas itu 20 kali lebih besar dibandingkan Candi Borobudur dan dua kali Kompleks Candi Angkor Wat di Kamboja.
Tercatat sebelas candi utama yang ditemukan di Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN). Sebagian candi telah dipugar. Namun, di sekitar kawasan tersebut diperkirakan terdapat 82 menapo masih di dalam gundukan tanah.
Bekas-bekas kanal dan parit di Candi Muaro Jambi merupakan konsep arsitektur tata kota zaman dulu yang menakjubkan. Parit selebar 2-3 meter dibuat mengelilingi candi dan berfungsi sebagai pembatas, sedangkan kanal selebar 6-10 meter dibuat mengular membelah candi-candi yang fungsinya sebagai jalur transportasi. Kanal pun menyambung dengan Sungai Batanghari.
Direktur Perfilman, Musik, dan Media Baru Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Ahmad Mahendra mengatakan, untuk membangun kampus dalam kompleks percandian Muaro Jambi tidak terpaku pada gambaran kampus bergedung. ”Bangunan candi dan kompleks yang luas itu dikelola sebagai ruang untuk berjalannya pendidikan,” katanya.
Perayaan Waisak
Untuk pertama kalinya, perayaan Waisak seluruh umat Buddha di Jambi dipusatkan di Candi Kedaton. Pada waktu-waktu terdahulu, perayaan Waisak berlangsung di kompleks Candi Gumpung yang berjarak satu kilometer dari Kedaton.
Menurut Ketua Perkumpulan Umat Buddha Jambi, Rudy Chang, itu menjadi tanda dukungan umat atas rencana pemerintah merestorasi Candi Muaro Jambi. ”Di Jambi seluruh umat dari berbagai perkumpulan berkumpul. Ini menjadi bentuk persatuan kami untuk mendukung upaya pemerintah menghidupkan kembali candi ini sebagai masa lalunya,” katanya.
Ketua Panitia Perayaan Waisak 2022, Kaudy, jumlah umat yang datang diperkirakan 2.000 orang. Mereka berasal dari 28 vihara. Ada juga umat dari Jakarta, Bogor, dan daerah lainnya.
Ditambahkan Rudy, perayaan Waisak yang menyatukan seluruh umat Buddha dari beragam perkumpulan itu telah berjalan sejak 2017. Perayaan di candi sempat ditiadakan selama masa pandemi.
Dalam kebaktian, pesan Dammadesana disampaikan Bhante Dammavudo Thera yang menekankan persatuan dan belas kasih pada sesama. Ia pun mengilustrasikan kepada para umat perihal kedua telapak tangan yang tidak memiliki guratan serupa. Perbedaan guratan pada kedua telapak itu menandakan setiap orang bisa berbeda. Tetapi, bukan menjadi penghalang untuk bersatu dan menebarkan belas kasih.