Sihir Taylor Swift, Gelang Persahabatan dan Kesehatan Mental Swifties
Taylor Swift memberikan pengaruh positif bagi kesehatan mental fans. Tidak hanya musik, tetapi juga dari pengalamannya.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Jutaan orang di dunia bak tersihir oleh Taylor Swift. Lewat musik juga penampilan, pelantun ”Cruel Summer” itu menyentuh banyak orang. Lebih dari sekadar popularitas musiknya, banyak penelitian mengungkapkan berbagai pengaruh dari Taylor Swift.
Itu termasuk bagaimana Taylor Swift bisa memengaruhi kesehatan mental para fansnya, yang kerap disebut Swifties. Pengaruh itu tidak hanya dari lagunya, tetapi juga penampilan, pakaian, dan gelang persahabatan yang dibuat Swifties untuk ditukar dengan Swifties lainnya saat konser.
Hal itu dirasakan Anna Sisilia (30), pekerja asal Bandung. Ia mengaku ada salah satu lagu Swift yang berhasil membantunya bangkit dari keterpurukan yang ia rasakan.
”Beban keluarga yang berat selama ini menghambat saya untuk mengejar mimpi. Namun, ketika saya dengarkan lagu You’re on Your Own, Kid, saya menjadi yakin suatu saat ada waktu buat mengejar impian saya. Sampai sekarang saya masih meneteskan air mata kalau mendengar lagu itu,” katanya.
Dikutip dari The Science Times, keajaiban di balik musik Taylor Swift, disebutkan oleh Alli Spotts-De Lazzer, terapis dan spesialis kesehatan mental dari California, disebabkan karena besarnya rasa memiliki yang dirasakan para penggemar.
Terinspirasi dari lirik lagu ”You’re on Your Own, Kid”, para penggemar bahkan memiliki tradisi untuk bertukar gelang persahabatan ketika datang ke konser Taylor.
Keajaiban di balik musik Taylor Swift, disebutkan oleh Alli Spotts-De Lazzer, terapis dan spesialis kesehatan mental dari California, disebabkan karena besarnya rasa memiliki yang dirasakan para penggemar.
Dalam lagu itu, terdapat lirik, cause there were pages turned with the bridges burned/ Everything you lose is a step you take/ So make the friendship bracelets, take the moment and taste it/ You’ve got no reason to be afraid. Karena ada halaman yang dibalik dengan pembatas yang terbakar/ Semua yang hilang merupakan langkah yang kamu ambil/ Jadi, buatlah gelang persahabatan, luangkan waktu dan rasakan/ Kamu tidak punya alasan untuk merasa takut.
Lazzer menyampaikan, musik dari Taylor Swift juga berhasil membantu beberapa orang untuk mengatasi masalahnya. Hasil riset yang dilakukan oleh The O2 di London, Inggris, terhadap 2.000 individu berusia 14-25 tahun menemukan, sebanyak 80 persen anak muda mengatakan bahwa siaran langsung dan musik dari Taylor Swift berdampak positif pada suara hati dan kesehatan mereka.
Secara umum, dampak positif dari Taylor Swift menempati urutan teratas dari artis lain yang mencapai 32 persen. Itu lebih besar dari dampak yang diberikan oleh Ed Sheeran, sebesar 28 persen.
Tidak hanya itu, 61 persen anak muda juga mengaku bahwa komunitas penggemar Taylor Swift, yang disebut Swifties, memiliki pengaruh positif dalam kehidupan mereka.
Emosional
Lazzer dalam artikel lain yang ditulis di Psychology Today mengatakan, lagu-lagu Taylor Swift menjadi sumber kenyamanan bagi banyak orang. Lagu-lagu itu juga dapat meningkatkan kesadaran emosional bagi pendengarnya.
”Lirik Swift memvalidasi pengalaman emosional dari pendengarnya. Lirik itu tampaknya mengajarkan banyak hal kepada orang-orang tentang mengekspresikan perasaan mereka sendiri. Saya percaya ini adalah manfaat yang signifikan bagi seseorang karena ketidakmampuan untuk mengidentifikasi dan mendiskusikan perasaan erat kaitannya dengan kesehatan jiwa yang buruk,” tuturnya.
Selain itu, secara pribadi, Taylor Swift juga kerap menyampaikan pelajaran hidup yang dinilai cukup sederhana, tetapi berharga. Ketika Swift memberikan pidato saat mendapatkan gelar doktor kehormatan di bidang seni murni dari New York University (NYU) pada 2022, ia mengatakan, belajarlah untuk hidup berdampingan dengan rasa ngeri.
Rasa ngeri itu tidak dapat dihindari seumur hidup. Pembicaraan tersebut bagi sejumlah orang menjadi afirmasi untuk bisa melawan pikiran negatif dan penilaian yang buruk pada diri sendiri.
Meski begitu, dampak negatif dari Taylor Swift ternyata juga dilaporkan. Laporan itu terutama terjadi pada penggemar seusai hadir dalam konser The Eras Tour. Jenna Tocatilan (25) dari New York menyampaikan kepada majalah Time bahwa amnesia pascakonser terjadi pada dirinya.
Ia tidak mengingat secara sesaat apa yang ia lihat ketika datang ke konser Taylor Swift. Padahal, ia telah lama bermimpi untuk bisa bertemu langsung dengan bintang yang ia gemari tersebut.
Ahli saraf, Dean Burnett, yang juga peneliti di Universitas Cardiff, Inggris, dalam Dailymail menyampaikan, banyak emosi dapat terjadi pada satu waktu ketika seseorang datang di konser seseorang yang digemari dan dikelilingi oleh ribuan orang dengan semangat yang sama.
”Selain melelahkan bagi otak, itu berarti semua hal yang dialami akan memiliki kualitas emosional yang tinggi. Pada saat yang bersamaan, tidak ada emosi yang menonjol. Kelebihan beban ini dapat mempersulit pembentukan ingatan,” katanya.