Walau sudah memberikan bansos, Risma meminta semua warga desa untuk tetap tinggal memberdayakan desa.
Oleh
STEPHANUS ARANDITIO
·3 menit baca
MANGGARAI TIMUR, KOMPAS — Menteri Sosial Tri Rismaharini memberikan bantuan sosial ke penduduk Desa Golo Wune, Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur, Minggu (25/2/2024). Dalam kesempatan ini, warga setempat juga diminta memanfaatkan berbagai potensi ekonomi desa dengan maksimal.
Desa Golo Wone terletak sekitar delapan jam perjalanan darat dari Labuan Bajo di Manggarai Barat. Perjalanan ke desa ini melewati jalan yang berkelok-kelok membelah perbukitan. Jalan yang masih bebatuan membuat bantuan sulit masuk ke desa ini. Bantuan kali ini dibawa dengan menggunakan mobil gardan ganda(4WD).
Risma membawa bantuan berupa 100 paket sembako senilai Rp 500.000 yang dibagikan kepada penderita tengkes 10 orang, disabilitas 10 orang, bayi dan anak balita 30 orang, kelompok rentan dan lanjut usia 50 orang, dan bantuan untuk wanita rawan sosial ekonomi pada satu keluarga penerima manfaat.
Saya harus bertanggung jawab di hadapan Tuhan dengan sumpah jabatan saya.
Walau sudah memberikan bansos, Risma meminta semua warga desa untuk tetap tinggal di desa mereka memanfaatkan semua sumber daya alam yang ada. Sebab, di desa yang subur ini para warga memiliki tanaman kopi, nira, pertanian, dan peternakan. Namun, banyak generasi muda yang berhenti menjadi petani, meninggalkan desa untuk merantau ke kota.
”Kita bisa usaha di sini. Kita bisa cari makan di sini. Gak usah jauh-jauh. Kita bisa ciptakan makanan itu. Bibitnya bisa saya bantu. Peralatan pertaniannya saya bantu,” kata Risma di hadapan ratusan warga Desa Golo Wune, Kabupaten Manggarai Timur, NTT, Minggu (25/2/2024).
Kelompok tani yang mengeluh membutuhkan alat bantu traktor untuk membajak sawah pun langsung direspons Kemensos dengan memberikan empat unit traktor. Selain itu, Kemensos juga memberikan kursi roda sebanyak 4 buah, tongkat penuntut 4 buah, dan tongkat penuntut adaptif untuk tunanetra 2 buah. Nilainya mencapai lebih dari Rp 12 juta.
Tak hanya itu, Kemensos juga menjanjikan program padat karya bagi warga desa. Dimulai dengan perbaikan jalan akses desa hingga saluran irigasi. Semua akan dilakukan dengan biaya dari Kemensos, tetapi melibatkan warga bergotong royong agar semua merasa memiliki dan akan terus merawatnya.
”Semua ini saya berikan, tetapi bapak-bapak, anak-anak muda jangan tinggalkan kampung ini, ya,” ucapnya.
Kedatangan Risma ke desa ini disebabkan oleh pemberitaan media massa nasional yang mengungkit kisah Maria Evin, seorang wanita rawan sosial ekonomi yang tinggal di sebuah gubuk bersama keempat anaknya. Kepadanya, Kemensos memberikan bantuan modal usaha tenun dan ternak.
Tidak menerima laporan
Saat berdialog dengan warga desa, Risma menegur kinerja pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) karena laporan tentang masalah kesejahteraan di desa ini justru didengarnya dari media, bukan dari pendamping PKH. Padahal, pendamping PKH bertugas memastikan program bantuan diimplementasikan dengan baik.
”Saya tidak pernah terima laporan dari kalian (PKH). Maaf, saya dapatkan ini dari media. saya ke sini karena ada laporan, bukan semata-mata karena saya mau ke sini. Saya harus bertanggung jawab di hadapan Tuhan dengan sumpah jabatan saya,” kata Risma.
Penjabat Bupati Manggarai Timur Boni Hasudungan Siregar mengakui, pihaknya memiliki keterbatasan anggaran dan sumber daya sehingga desa ini jarang tersentuh bantuan. Pihaknya akan segera mendata ulang semua warga agar masuk dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) agar bantuan sosial yang diberikan ke depan menjadi tepat sasaran.
”Kemampuan pemerintah daerah memang terbatas, nanti kami data ulang, tadi Ibu Menteri menyampaikan yang penting pemda siapkan datanya nanti kita ajukan ke Kemensos,” kata Boni.
Kepala Desa Golo Wenu, Yohanes Ngajang, berharap, semua bantuan yang belum diberikan dan sudah dijanjikan Kemensos hari ini bisa segera diwujudkan. ”Saya siap melaksanakannya semoga bisa terealisasi dan kami menanti itu semua di desa kami,” kata Yohanes.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2022 menunjukkan, NTT termasuk dalam provinsi termiskin di Indonesia dengan persentase kemiskinan mencapai 20,23 persen. NTT menempati posisi ketiga setelah Papua dan Papua Barat.