Tidak seperti di Amerika, pemerintah sudah menetapkan kategori cuaca ekstrem di Indonesia hanya puting beliung.
Oleh
STEPHANUS ARANDITIO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau BMKG menyatakan bahwa peristiwa cuaca ekstrem di wilayah Bandung dan Sumedang, Jawa Barat, pada Rabu (21/2/2024) tergolong sebagai puting beliung, bukan tornado. Masyarakat diminta tetap tenang, tetapi selalu waspada terhadap bencana.
Diskursus ini muncul setelah peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyampaikan pernyataan di media sosial bahwa yang terjadi di Jawa Barat adalah tornado. Sementara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sudah menetapkan kategori cuaca ekstrem di Indonesia hanya puting beliung.
Hal ini tertuang dalam Peraturan Kepala BNPB Nomor 02 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana yang merupakan turunan dari Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Dalam aturan tersebut, puting beliung didefinisikan sebagai angin kencang yang datang secara tiba-tiba, mempunyai pusat, bergerak melingkar menyerupai spiral hingga menyentuh permukaan bumi, dan akan hilang dalam waktu singkat berkisar tiga sampai lima menit.
Istilah tornado biasa dipakai di wilayah Amerika dan ketika intensitasnya meningkat lebih dahsyat dengan kecepatan angin hingga ratusan kilometer per jam.
Peraturan Kepala BMKG Nomor Kep 009 Tahun 2010 merinci, puting beliung adalah angin kencang yang berputar yang keluar dari awan kumulonimbus dengan kecepatan lebih dari 34,8 knot atau 64,4 kilometer kilometer per jam dan terjadi dalam waktu singkat. Sementara peristiwa di Bandung dan Sumedang kemarin berkecepatan 36,8 kilometer per jam.
”Di Indonesia, fenomena yang mirip tersebut diberi istilah puting beliung, dengan karakteristik kecepatan angin dan dampak yang relatif tidak sekuat tornado besar yang terjadi di wilayah Amerika,” kata Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto, Kamis (22/2/2024).
Selain itu, ada pula puting beliung di laut atau perairan yang dikenal dengan istilah waterspout. Fenomena ini ditandai dengan angin kencang yang berputar keluar dari awankumulonimbus dengan kecepatan 34,8 knot atau 64,4 kilometer kilometer per jam dan terjadi dalam waktu singkat di perairan.
Sementara itu, istilah tornado biasa dipakai di wilayah Amerika dan ketika intensitasnya meningkat lebih dahsyat dengan kecepatan angin hingga ratusan kilometer per jam dengan dimensi sangat besar mencapai puluhan kilometer. Peristiwa ini dapat menimbulkan kerusakan yang jauh lebih luar biasa daripada di Jawa Barat.
Guswanto meminta semua pihak untuk menggunakan istilah yang tidak menimbulkan kepanikan di masyarakat. Cukup menggunakan istilah yang sudah familiar di masyarakat agar proses mitigasi dan penanggulangan bisa lebih mudah.
”Kami mengimbau bagi siapa pun yang berkepentingan untuk tidak menggunakan istilah yang dapat menimbulkan kehebohan,” ucapnya.
Berdasarkan data BNPB, jumlah kejadian puting beliung yang tercatat di Indonesia sudah mencapai 11.456 kali, kedua tertinggi setelah banjir yang sebanyak 14.235 kejadian. Fenomena cuaca ekstrem ini mengakibatkan 480 orang meninggal, 49 orang hilang, 4.008 orang terluka, dan 401.903 orang mengungsi.
Dalam buku Risiko Bencana Indonesia dijelaskan, puting beliung bisa terjadi di semua tempat di Indonesia. Namun, Nusa Tenggara, Sumatera, Sulawesi, dan Jawa, khususnya Jawa Barat, menjadi daerah yang paling rawan terjadi angin puting beliung.
Di Jawa Barat, angin jenis ini sudah dipetakan rawan terjadi di Banjar, Ciamis, Garut, Tasikmalaya, Sukabumi, dan Sumedang. Peristiwa puting beliung di Rancaekek, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Rabu kemarin menjadi salah satunya.
Adapun Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jawa Barat mencatat, 735 keluarga dan 116 bangunan terdampak puting beliung di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang. Selain itu, 32 warga terluka, 20 orang di antaranya harus dirawat di rumah sakit.
”Warga yang dirawat di Rumah Sakit Daerah Cicalengka 10 orang, di Rumah Sakit Kesehatan Kerja Provinsi Jabar 9 orang, dan di Rumah Sakit Asri Medical Centre 1 orang,” ucap Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Yuli Irnawati.