Bukan Tornado, Kecepatan Puting Beliung di Bandung 36 Kilometer Per Jam
Puting beliung yang melanda Bandung pada Rabu (21/2/2022) memiliki kecepatan dan radius lebih kecil dari tornado.
Oleh
AHMAD ARIF
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Puting beliung melanda wilayah Bandung dan Sumedang, Jawa Barat, pada Rabu (21/2/2024). Ratusan bangunan pun rusak. Kecepatan angin di kawasan Institut Teknologi Bandung Jatinangor itu terekam 36,8 kilometer per jam, jauh di bawah kecepatan tornado.
”Fenomena yang terjadi di Rancaekek (Bandung) kemarin adalah puting beliung,” kata Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Guswanto, Kamis (22/2/2024).
Puting beliung adalah angin yang berputar dengan kecepatan maksimal 63 kilometer (km) per jam dan bergerak lurus dengan lama kejadian maksimum lima menit. Skala wilayahnya berkisar 5-10 km, setara dengan diameter awan kumulonimbus sebagai induknya.
Menurut Guswanto, rekaman Automatic Weather Station (AWS) BMKG di Kampus Institut Teknologi Bandung (ITB) Jatinangor, yang berjarak 5 km dari lokasi kejadian, menunjukkan, kecepatan angin 36 km per jam. ”Jadi, itu bukan tornado sebagaimana biasa terjadi di Amerika Serikat (AS),” ujarnya.
Keterangan yang disampaikan Guswanto ini membantah pernyataan peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Erma Yulihastin, dalam cuitannya di X, yang kemudian dikutip sejumlah media.
Erma sebelumnya menyatakan, ”Struktur tornado Rancaekek, Indonesia, dibandingkan dengan tornado yang biasa terjadi di belahan bumi utara Amerika Serikat. Memiliki kemiripan 99,99 persen.”
Menurut Guswanto, pusaran angin disebut tornado jika kecepatannya minimal 70 km per jam. Efek tornado juga berbeda dengan puting beliung. Tornado punya skala kekuatan angin lebih tinggi dan radius lebih luas dibandingkan dengan puting beliung.
”Puting beliung atau angin lesus merupakan sebutan lokal untuk pusaran angin yang terjadi di Indonesia. Fenomena ini bukan hal yang baru,” katanya.
Ia menyebutkan, pada tanggal 5 Juni 2023 juga pernah terjadi puting beliung di Bandung yang menyebabkan 141 rumah rusak. ”Jadi, puting beliung ini sudah sering terjadi, biasanya di awal musim hujan atau menjelang akhir musim hujan,” ujarnya.
Menurut Hadi Rahmat Hardjasasmita dari Humas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat, sebagaimana dilaporkan Kompas.id (Kamis, 22/2/2024), sebanyak 735 keluarga dan 116 bangunan terdampak puting beliung di Kabupaten Bandung dan Sumedang, Jawa Barat, Rabu (21/2/2024). Sedikitnya 32 warga terluka akibat kejadian ini.
Bencana ini terjadi sekitar pukul 16.00. Putaran angin kencang berukuran besar muncul di area persawahan. Pusarannya makin besar dan merusak bangunan, rumah, pohon, hingga membalikkan truk.
Dari pendataan hingga Rabu malam, daerah terdampak adalah Cicalengka, Rancaekek, dan Cileunyi di Bandung. Sementara di Sumedang, wilayah terdampak berada di Jatinangor dan Cimanggung.
Guswanto mengatakan, sebelum kejadian ini, BMKG telah mengeluarkan peringatan dini cuaca ekstrem untuk wilayah Jawa Barat. Peringatan dini itu didiseminasikan pada tanggal 21 Februari 2024 mulai pukul 11.30 hingga pukul 16.40 sebanyak empat kali untuk wilayah terdampak kejadian cuaca ekstrem.
”Namun, kami tidak bisa memberikan peringatan dini spesifik untuk puting beliung karena skalanya yang kecil dan waktu terbentuknya sangat cepat sehingga sulit terpantau radar,” katanya.
Kondisi cuaca
BMKG juga memantau adanya sirkulasi siklonik di Samudra Hindia barat Pulau Sumatera yang mengakibatkan terbentuknya area netral poin dengan area pertemuan dan perlambatan angin (konvergensi) serta belokan angin (shearline) berada di sekitar wilayah Jawa Barat. Kondisi ini mampu meningkatkan pertumbuhan awan di sekitar wilayah konvergensi dan belokan angin tersebut.
Indeks labilitas yang berada pada kategori labil sedang hingga tinggi di sebagian wilayah Jawa Barat berpotensi meningkatkan aktivitas pertumbuhan awan konvektif pada skala lokal.