Angin Puting Beliung, Bencana Alam Kedua Tersering di Indonesia
Jumlah kejadian angin puting beliung yang tercatat di Indonesia mencapai 11.456 kali, kedua tertinggi setelah banjir.
Oleh
STEPHANUS ARANDITIO
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Angin puting beliung merupakan bencana alam kedua terbanyak yang terjadi di Indonesia setelah banjir. Mitigasi bencana harus dipersiapkan agar peristiwa yang bisa terjadi sewaktu-waktu ini tidak menimbulkan kerusakan dan korban yang masif.
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), jumlah kejadian puting beliung yang tercatat di Indonesia mencapai 11.456 kali, kedua tertinggi setelah banjir yang mencapai 14.235 kejadian. Fenomena cuaca ekstrem ini mengakibatkan 480 orang meninggal, 49 orang hilang, 4.008 terluka, dan 401.903 mengungsi.
Dalam buku Risiko Bencana Indonesia dijelaskan angin puting beliung bisa terjadi di semua tempat di Indonesia. Namun, Nusa Tenggara, Sumatera, Sulawesi, dan Jawa, khususnya Jawa Barat, menjadi daerah yang paling rawan terjadi angin puting beliung.
Oleh karena angin puting beliung bisa muncul kapan saja dan susah untuk diprediksi, masyarakat yang tinggal di sejumlah daerah tersebut harus mampu mempersiapkan diri.
Di Jawa Barat, angin jenis ini sudah dipetakan rawan terjadi di Banjar, Ciamis, Garut dan Tasik, Sukabumi, dan Sumedang. Peristiwa angin puting beliung di Rancaekek, Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Rabu (21/2/2024), menjadi salah satunya.
”Informasi peta risiko cuaca ekstrem ini sudah ada lengkap di laman InaRisk.bnpb.go.id,” kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari saat dihubungi di Jakarta, Kamis (22/2/2024).
Fenomena angin puting beliung di Jawa Barat tidak hanya terjadi sekali ini. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat, kejadian serupa juga terjadi pada 5 Juni 2023 di Desa Bojongmalaka, Desa Rancamanyar, dan Kelurahan Andir, Kecamatan Baleendah, Bandung.
Selain itu, kejadian angin puting beliung juga pernah terjadi di wilayah Bandung pada Oktober di Banjaran dan pada Desember di Ciparay. Bahkan, tahun 2024, sebelum di Rancaekek, sudah terjadi sekali angin puting beliung di Parongpong, Bandung Barat, pada 18 Februari.
Sebelum terjadinya fenomena cuaca ekstrem puting beliung di Rancaekek, BMKG mengeluarkan peringatan dini cuaca ekstrem untuk periode 1-6 jam pada 21 Februari 2024 mulai pukul 11.30 hingga pukul 16.40 sebanyak empat kali. Informasi ini sudah disampaikan melalui berbagai saluran publik.
Sadar bencana
Karena angin puting beliung bisa muncul kapan saja dan sulit diprediksi, masyarakat yang tinggal di sejumlah daerah tersebut harus mampu mempersiapkan diri. Mitigasi awal yang harus dilakukan mulai dari mempelajari definisi, karakteristik, hingga tanda-tanda gejala awal angin puting beliung.
Sebelum puting beling terjadi, masyarakat harus memangkas ranting pohon besar dan menebang pohon yang sudah rapuh serta tidak memarkir kendaraan di bawah pohon besar. Atap rumah diupayakan terbuat dari bahan yang kokoh. Siapkan juga lokasi pengungsian sementara.
Sikap sadar bencana harus ditanamkan pada masyarakat agar selalu mengikuti informasi cuaca. Jika tidak penting sekali, hindari bepergian saat langit tampak awan gelap dan menggantung.
Saat angin puting beliung terjadi, berlindunglah ke bangunan yang kokoh dan aman, jangan berteduh di bawah pohon, baliho atau papan reklame, jalur kabel listrik, dan sejenisnya. Atau, jika memungkinkan, segera jauhi lokasi kejadian.
Jika di dalam kendaraan, segera keluar dari kendaraan dan cari tempat berlindung. Jika sedang berada di dalam ruangan tertutup, segera tutup semua pintu dan jendela dengan rapat, matikan seluruh aliran listrik di bangunan tersebut, dan mencari tempat yang aman serta hindari di dekat pintu atau jendela.
Ancaman puting beliung biasanya berlangsung 5-10 menit atau lebih sehingga jangan terburu-buru keluar dari tempat perlindungan yang aman jika angin kencang belum benar-benar reda. Di Rancaekek kemarin, angin puting beliung terjadi sekitar pukul 15.30-16.00.
”Kejadian ini cukup menimbulkan ikutan dampak angin kencang hingga sekitar wilayah Jatinangor. Kondisi angin di sekitar Jatinangor terukur pada saat jam kejadian mencapai 36,8 kilometer per jam,” kata Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Andri Ramdani.
Sekarang, pascabencana, masyarakat dan pemerintah harus bersama-sama mengidentifikasi kerusakan material dan korban. Kemudian mendirikan lokasi pengungsian, mengobati yang terluka, disusul dengan penyaluran bantuan.
Adapun Badan Penganggulangan Bencana Daerah Jawa Barat mencatat, sebanyak 735 keluarga dan 116 bangunan terdampak angin puting beliung di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang. Selain itu, juga ada 32 warga yang terluka, 20 di antaranya harus dirawat di rumah sakit.