Perguruan Tinggi Vokasi Mulai Buka Program Doktor Terapan
Pendidikan vokasi yang maju mendukung kemajuan bangsa. Pendidikan vokasi kini dikembangkan hingga doktor terapan.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perguruan tinggi vokasi di Indonesia telah memiliki program studi yang lengkap dari jenjang diploma, sarjana, magister, hingga doktor terapan. Adanya program studi pendidikan vokasi hingga doktor terapan ini selaras dengan kebutuhan dunia kerja dan industri yang membutuhkan para praktisi yang mampu mengantisisipasi tantangan masa dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta inovasi.
”Tidak hanya untuk memenuhi amanah UU Pendidikan Tinggi Tahun 2012 yang menyatakan perguruan tinggi vokasi atau PTV sampai jenjang doktor terapan. Pembukaan program studi doktor terapan di PTV ini juga untuk menghasilkan praktisi atau ahli di bidang industri yang tidak hanya mampu mengatasi permasalahan yang terjadi saat ini, tapi juga mampu mengantisipasi tantangan di masa depan,” kata Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Kiki Yuliati saat peluncuran Program Doktor Terapan di Jakarta, Selasa (20/2/2024).
Berdasarkan Pangkalan Data Pendidikan Tinggi per Desember 2023, ada 48 perguruan tinggi (PT) yang memiliki program studi (prodi) magister terapan. Dari jumlah tersebut, sebanyak 25 prodi dilaksanakan di politeknik, baik negeri maupun swasta.
Adapun program doktor selama ini dilaksanakan di perguruan tinggi akademik, baik milik pemerintah maupun swasta. Program doktor tersebar di 773 perguruan tinggi. Mulai tahun 2024, program doktor terapan dibuka di PTV, baik di politeknik maupun sekolah vokasi yang ada di perguruan tinggi akademik.
Menurut Kiki, belajar dari Inggris, meskipun tidak secara khusus disebut program doktor terapan, ada program doktor berbasis industri. Bahkan, ada program doktor dengan model challenge based curriculum atau kurikulum berbasis tantangan. Pada program ini, kurikulum didesain untuk membangun proses pembelajaran. Program ini melatih mahasiswa agar dapat mengantisipasi tantangan yang akan dihadapi, bukan mengatasi tantangan yang sudah ada.
Dosen dan mahasiswa belum mempunyai jawaban atau solusi dari persoalan industri atau dunia kerja. Tetapi mereka bersama-sama meneliti dan belajar mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menyiapkan solusi atas tantangan yang baru akan dihadapi.
Kebutuhan industri
Menurut Kiki, di Indonesia sudah harus ada program doktor terapan. Kebutuhan ini bukan sekadar untuk mendukung dosen di PTV maupun peneliti bisa studi lanjut hingga doktor terapan lalu meraih guru besar. Namun, para profesional dan praktisi di industri pun membutuhkan penguasaan iptek dan teori. Kecakapan ini dibutuhkan agar mereka dapat mengantisipasi apa yang akan terjadi di industri dan siap merancang teknologinya demi mendukung pengembangan bisnis.
Program doktor terapan di tahap pertama siap dilaksanakan di lima politeknik, terutama untuk mendukung industri hospitality dan rekayasa (engineering). Politeknik yang siap menerima mahasiswa doktor terapan adalah Politeknik Negeri Elektronika Negeri Surabaya (PENS), Politeknik Negeri Ujung Pandang, Politeknik Negeri Sriwijaya, Politeknik Negeri Bali, dan Politeknik Negeri Malang.
Ketika pelaku industri masuk ke perguruan tinggi, kebanyakan prodi S-3 akademik.
Sementara itu, Pelaksana Tugas Direktur Kelembagaan dan Sumber Daya Pendidikan Tinggi Vokasi Kemendikbudristek Muhamad Fajar Subkhan mengatakan, peluncuran program doktor terapan mulai tahun 2024 menjadi momen penting dan strategis dalam pengembangan PTV, sekaligus membuka citra (image) dan pola pikir PTV. Adanya program doktor terapan diharapkan dapat memberikan manfaat untuk meningkatkan keterampilan praktis, pengakuan akademik, jaringan profesional yang luas, serta peluang karir yang lebih baik bagi lulusan vokasi.
”Kebutuhan industri untuk riset terapan yang mumpuni bisa dideleagsikan kepada dosen dan mahasiswa doktor terapan. Ini akan menghasilkan inovasi yang dahsyat dan kebutuhan industri untuk riset dan pengembangan yang menghasilkan inovasi yang dapat diterapkan diwadahi di dunia kelembagaan PTV,” kata Fajar.
Direktur PENS Ali Ridho Barakbah bersyukur perjuangan panjang bersama sejak tahun 2012 untuk mewujudkan program doktor terapan di PTV akhirnya bisa terwujud di tahun ini. Hal ini didukung, antara lain, dengan kesiapan instrumen akreditasi dan pengusulan prodi terapan yang disiapkan sejak 2023.
Ali mengatakan, tahun ini program S-3 terapan di PENS dibuka untuk Prodi Sistem Fisik Siber guna menyambut fenoma Revolusi Indutri 4.0. Apalagi, perkembangan industri di Indonesia dalam 5-10 tahun terakhir tidak lagi hanya sebagai pengikut, tetapi sudah mulai dengan pengembangan teknologi lanjut.
”Ketika pelaku industri masuk ke perguruan tinggi, kebanyakan prodi S-3 akademik. Hal ini tidak terkait dengan apa yang terjadi di industri. Ketika ke PTV, prodi masih terbatas di magister terapan. Begitu terkait teknologi lanjut, ada kebutuhan untuk sampai doktor terapan,” kata Ali.
Menurut Ali, di tahap awal program doktor terapan di PENS akan menerima 10 mahasiswa. Mahasiswa doktor tersebut akan didukung dengan beasiswa dari pemerintah.
”Pendidikan vokasi itu istimewa. Kalau negara mau berkembang maju, pendidikan vokasi harus kuat karena link and match industri harus kuat. Ciri khas negara maju, kesenjangan atau gap antarindustri dan pendidikan harus kecil. Tapi di kita pendidikan vokasi masih minimal, jadi perlu ekspansi, termasuk dengan membuka program doktor terapan,” kata Ali.
Direktur Politeknik Negeri Bali I Nyoman Abdi mengatakan, peluncuran program doktor terapan akan meningkatkan kepercayaan masyarakat pada PTV dalam meningkatkan daya saing bangsa. Politeknik ini memiliki magister terapan perencanaan pariwisata dan meluluskan 79 magister. Mereka banyak berprofesi sebagai direktur/general manager serta manajer-manajer industri pariwisata.
”Dengan adanya doktor terapan, para lulusan di PNB tidak perlu melanjutkan kembali pendidikannya jauh-jauh ke luar negeri atau beralih ke program doktor akademik,” kata Abdi.