Lapisan Es Greenland Terus Menyusut, Digantikan Bebatuan dan Semak Belukar
Seluas 28.707 kilometer persegi lapisan es dan gletser di Greenlad telah mencair.
Oleh
AHMAD ARIF
·4 menit baca
Memanasnya suhu udara di Greenland hingga 3 derajat celsius dalam tiga dekade terakhir telah menyebabkan 28.707 kilometer persegi lapisan es dan gletser di kawasan ini menghilang, berubah menjadi bebatuan tandus, lahan basah, dan semak belukar. Suhu yang lebih ekstrem diprediksi bakal mempercepat menghilangnya lapisan es di kawasan ini.
Penyusutan ini disampaikan tim ilmuwan yang telah melacak perubahan jangka panjang di Greenland dari tahun 1980-an hingga tahun 2010-an. Temuan mereka dipublikasikan di jurnal Scientific Reports, Selasa (13/2/2024). Michael Grimes dari School of Geography and Water Leeds University menjadi penulis utama laporan ini.
Menurut laporan ini, suhu udara yang lebih hangat menyebabkan es menyusut, yang pada gilirannya berdampak pada kenaikan suhu permukaan tanah. ”Dengan menganalisis citra satelit resolusi tinggi, kami dapat menghasilkan catatan rinci tentang perubahan tutupan lahan yang sedang terjadi,” kata Jonathan Carrivick, ilmuwan Bumi di Faculty of Environment Leeds University yang menjadi salah satu penulis studi tersebut.
Greenland adalah bagian dari wilayah Arktik. Ini adalah pulau terbesar di dunia, luasnya sekitar 2,1 juta km persegi. Sebagian besar daratannya tertutup es dan gletser dan merupakan rumah bagi hampir 57.000 orang.
Sejak tahun 1970-an, wilayah ini mengalami pemanasan dua kali lipat dibandingkan dengan rata-rata global. Di Greenland, rata-rata suhu udara tahunan antara tahun 2007 dan 2012 lebih hangat 3 derajat celsius dibandingkan dengan rata-rata suhu udara tahun 1979 hingga 2000.
Berdasarkan perhitungan tim peneliti, lapisan es dan gletser yang menyusut telah mencapai 28.707 kilometer persegi. Luasan laporan es yang hilang itu telah mencakup sekitar 1,6 persen total es dan tutupan gletser di Greenland.
Menurut temuan tim peneliti, hilangnya es tidak hanya terkonsentrasi di sekitar tepi gletser yang ada saat ini, tetapi juga di utara dan barat daya Greenland. Hilangnya es dalam jumlah besar juga terjadi di wilayah barat, barat laut tengah, dan tenggara.
Selama tiga dekade, jumlah lahan dengan vegetasi yang tumbuh di atasnya meningkat sebesar 87.475 km persegi, lebih dari dua kali lipat selama periode penelitian. Peningkatan tajam vegetasi terlihat di wilayah barat daya, timur, dan timur laut. Peningkatan terbesar pada vegetasi lahan basah yang lebat terjadi di sekitar Kangerlussuaq di barat daya dan di daerah terpencil di timur laut.
Di Greenland, rata-rata suhu udara tahunan antara tahun 2007 dan 2012 lebih hangat 3 derajat celsius dibandingkan dengan rata-rata suhu udara tahun 1979 hingga 2000.
Analisis yang dilakukan oleh para peneliti mengungkapkan bahwa vegetasi telah meningkat sepanjang gradien garis lintang antara 63 derajat Lintang Utara dan 69 derajat Lintang Utara dan menurun di utaranya.
Carrivick berkata, ”Kami telah melihat tanda-tanda bahwa hilangnya es memicu reaksi lain yang akan mengakibatkan hilangnya es lebih lanjut dan lebih lanjut ’penghijauan’ Greenland, di mana menyusutnya es memperlihatkan batuan gundul yang kemudian dihuni oleh tundra dan akhirnya semak belukar.” Pada saat yang sama, air yang dilepaskan dari es yang mencair memindahkan sedimen dan lumpur, yang akhirnya membentuk lahan basah dan lahan berawa.
Memicu pemanasan
Hilangnya es memengaruhi suhu permukaan daratan karena fenomena albedo, yaitu ukuran seberapa reflektif suatu permukaan. Salju dan es merupakan pemantul yang baik dari energi matahari yang mengenai permukaan bumi dan membantu menjaga bumi tetap dingin. Ketika es menyusut, batuan dasar akan terbuka, yang kemudian menyerap lebih banyak energi matahari sehingga meningkatkan suhu permukaan tanah.
Demikian pula, ketika es mencair, jumlah air di danau meningkat. Air menyerap lebih banyak energi matahari dibandingkan salju dan hal ini juga meningkatkan suhu permukaan tanah.
Analisis tersebut menunjukkan peningkatan hampir empat kali lipat lahan basah di seluruh Greenland, khususnya di bagian timur dan timur laut. Lahan basah merupakan sumber emisi metana.
Para peneliti juga mengembangkan model untuk memprediksi wilayah-wilayah di Greenland yang kemungkinan akan mengalami perubahan ”yang nyata dan dipercepat” di masa depan.
Michael Grimes, penulis utama laporan, menambahkan, perluasan vegetasi yang terjadi bersamaan dengan menyusutnya gletser dan lapisan es secara signifikan mengubah aliran sungai, sedimen, dan nutrisi ke perairan pantai.
Perubahan ini sangat penting, terutama bagi masyarakat adat yang praktik perburuan tradisionalnya bergantung pada stabilitas ekosistem yang rentan ini. ”Selain itu, hilangnya massa es di Greenland merupakan kontributor besar terhadap kenaikan permukaan laut global, sebuah tren yang menimbulkan tantangan besar, baik saat ini maupun di masa depan,” tuturnya.