Badai Berkecepatan 300 Kilometer Per Jam Berisiko Melanda Bumi
Ada peningkatan potensi badai Kategori 6 meskipun terdapat upaya membatasi peningkatan suhu 1,5 derajat celsius.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perubahan iklim yang berdampak terhadap peningkatan suhu muka air laut telah berpotensi meningkatkan risiko badai dengan skala tinggi dan merusak. Bahkan, para peneliti memperkirakan peningkatan risiko badai hingga Kategori 6 atau kecepatan lebih dari 300 kilometer per jam akibat dari suhu Bumi yang semakin memanas.
Selama lebih dari 50 tahun, Pusat Badai Nasional AS (NHC) telah menggunakan Skala Angin Saffir-Simpson untuk memberikan informasi terkait risiko kerusakan bangunan akibat badai. NHC memberikan label badai pada skala dari Kategori 1 (kecepatan angin antara 74-95 mil per jam/mph) hingga Kategori 5 (kecepatan angin 158 mph atau lebih besar).
Ilmuwan iklim Michael Wehner dari Lawrence Berkeley National Laboratory (Berkeley Lab), Amerika Serikat, dan James Kossin dari First Street Foundation kemudian mencoba melihat dampak dari perubahan iklim terhadap peningkatan risiko badai berskala tinggi.
Laporan lengkap tentang peningkatan risiko badai dengan skala tinggi ini telah terbit di Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS), 5 Februari 2024. Dalam laporan ini, peneliti juga memperkenalkan Kategori 6 yang merupakan badai dengan kecepatan angin lebih besar dari 192 mph atau 307 kilometer per jam (kpj).
Michael Wehner mengemukakan, tujuan dari studi tersebut adalah untuk melihatkemungkinan bahwa kategori dalam Skala Saffir-Simpson terlalu rendah untuk risiko badai ke depan. Perkiraan badai yang terlalu rendah ini menjadi semakin bermasalah di dunia karena Bumi terus memanas akibat dampak dari perubahan iklim.
”Pemanasan global antropogenik secara signifikan telah meningkatkan suhu permukaan laut dan udara troposfer. Pada wilayah tersebut, badai, siklon tropis, dan topan akan terbentuk serta menyebar sehingga memberikan energi panas tambahan untuk intensifikasi badai,” ujarnya dikutip dari situs resmi Lawrence Berkeley Laboratory, Kamis (8/2/2024).
Tim peneliti melakukan analisis data historis badai tahun 1980-2021.Hasil analisis menemukan terdapat lima badai yang diklasifikasikan sebagai Kategori 6 atau kecepatan lebih dari 307 kilometer per jam dan semuanya terjadi dalam rentang waktu sembilan tahun terakhir.
Risiko bahaya angin dari badai yang saat ini ditetapkan sebagai Kategori 5 telah meningkat dan akan terus membesar akibat perubahan iklim.
Peneliti menentukan batas atas hipotetis badai Kategori 5 dengan melihat perluasan rentang kecepatan angin di antara badai kategori rendah. Selain itu, para peneliti juga melakukan simulasi untuk mengeksplorasi bagaimana pemanasan iklim akan berdampak pada intensifikasi badai.
Hasil permodelan tersebut menunjukkan bahwa dengan pemanasan global sebesar 2 derajat celsius di atas tingkat praindustri, risiko badai Kategori 6 akan meningkat hingga 50 persen di dekat wilayah Filipina. Potensi badai ini juga meningkat dua kali lipat di Teluk Meksiko dan risiko tertinggi dapat terjadi di wilayah Asia Tenggara, Filipina, dan Teluk Meksiko.
”Dari hasil simulasi, terdapat peningkatan potensi terjadinya badai Kategori 6 meskipun terdapat upaya membatasi peningkatan suhu 1,5 derajat celsius diatas suhu praindustri pada akhir abad ini sesuai Persetujuan Paris (Paris Agreement),” tuturnya.
Fenomena yang sama
Badai, badai tropis, dan topan pada dasarnya merupakan fenomena cuaca yang sama. Hal yang membedakan fenomena tersebut hanyalah istilah di berbagai letak geografis. Sebagai contoh, badai di Samudra Atlantik utara dan Samudra Pasifik timur laut disebut angin topan, peristiwa di Samudra Pasifik barat laut disebut topan, dan kejadian di Samudra Pasifik selatan dan Hindia disebut siklon tropis.
James Kossin menjelaskan, perubahan dalam penyampaian pesan terkait kategori badai ini sangat penting untuk memberikan informasi yang lebih baik kepada masyarakat. Pesan ini secara umum juga sama untuk wilayah dengan peningkatan risiko badai yang aktif.
”Masalah ini tidak akan selesai hanya dengan cara menambahkanbadai skala Kategori 6 ke dalam Skala Saffir-Simpson. Namun, harus ada juga kesadaran semua pihak tentang bahaya peningkatan risiko badai besar akibat pemanasan global,” katanya.
Ia menekankan bahwa hasil penelitian tersebut tidak dimaksudkan untuk mengusulkan perubahan pada Skala Saffir-Simpson. Akan tetapi, tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kesadaran bahwa risiko bahaya angin dari badai yang saat ini ditetapkan sebagai Kategori 5 telah meningkat dan akan terus membesar akibat perubahan iklim.