Sebanyak 10.000 Sampel Genom Masyarakat Indonesia Akan Diteliti
Pemerintah menargetkan 10.000 sampel genom masyarakat Indonesia diteliti untuk pengobatan presisi delapan penyakit.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah menargetkan sebanyak 10.000 sampel genom dari masyarakat Indonesia akan diteliti pada 2024. Penelitian tersebut dilakukan untuk mendukung pengobatan yang presisi pada delapan penyakit utama, yakni kanker, diabetes, penyakit menular, penyakit kardiovaskular, penyakit otak dan neurodegeneratif, penuaan, kesehatan ibu dan anak, serta penyakit terkait kelainan genetik.
Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan Azhar Jaya mengatakan, penelitian genom akan dilakukan untuk memetakan pola penyakit masyarakat Indonesia. Melalui pemetaan tersebut diharapkan intervensi pengobatan menjadi lebih presisi. Intervensi pun akan lebih efektif dan efisien karena obat yang diberikan lebih tepat.
”Kedokteran presisi merupakan masa depan di dunia kesehatan. Dengan kedokteran presisi, kita akan lebih banyak menghemat, baik dari sisi sumber daya maupun biaya, karena pengobatan bisa dilakukan secara tepat dan cepat,” ujarnya dalam acara Penandatanganan Nota Kesepahaman: Kerja Sama Kementerian Kesehatan RI dan Illumina Membangun Sistem Genomik Engine Pertama di Indonesia, Rabu (31/1/2024), di Jakarta.
Kedokteran presisi merupakan masa depan di dunia kesehatan. Dengan kedokteran presisi, kita akan lebih banyak menghemat, baik dari sisi sumber daya maupun biaya, karena pengobatan bisa dilakukan secara tepat dan cepat.
Dalam acara tersebut, terdapat tiga kerja sama utama yang disepakati Kementerian Kesehatan dan Illumina. Kerja sama tersebut meliputi pengembangan kapasitas dan pendidikan dalam pengobatan presisi untuk penapisan, diagnostik, dan terapi; pembangunan arsitektur sekuensing berteknologi tinggi dan kemampuan menghasilkan data genom sekuensing; serta eksplorasi penelitian dan kolaborasi klinis dalam pengawasan patogen untuk kesiapsiagaan pandemi dan kesehatan masyarakat.
Azhar menuturkan, penelitian genom di Indonesia telah berjalan dalam program BGSi atau Biomedical and Genome Science Initiative. Kerja sama dengan swasta, perusahaan rintisan, dan berbagai pihak lainnya dilakukan untuk mendukung jalannya program tersebut.
Sampel genom
Merujuk peta jalan yang disusun oleh Kementerian Kesehatan, pada 2024 ini ditargetkan sebanyak 10.000 sampel genom masyarakat di Indonesia bisa terkumpul dan diteliti melalui pengurutan genom secara menyeluruh (whole genome sequencing/WGS). Penelitian tersebut akan difokuskan untuk delapan persoalan kesehatan di Indonesia, yakni kanker, diabetes, penyakit menular infeksi, penyakit kardiovaskular, penyakit otak dan neurodegeneratif, penuaan, kesehatan ibu dan anak, serta penyakit terkait kelainan genetik.
”Setidaknya sudah ada enam hub yang ditunjuk dalam program genome sequencing ini. Semua hub tersebut sudah dilengkapi dengan alat untuk melakukan pengurutan genom. Targetnya, nanti setiap provinsi akan dilengkapi alat WGS,” kata Azhar.
Menurut dia, saat ini sekitar 50 persen provinsi di Indonesia sudah memiliki alat pengurutan genom. Setidaknya seluruh provinsi di Jawa dan Bali sudah memiliki alat tersebut. Alat pengurutan genom tersebut tersedia di laboratorium kesehatan masyarakat di setiap daerah. Dalam proses pemeriksaan, koordinasi akan dilakukan antara laboratorium, rumah sakit, dan fasilitas kesehatan lainnya sehingga data yang didapatkan pun akan terintegrasi dengan baik.
Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan Kunta Wibawa Dasa Nugraha menuturkan, kolaborasi dengan berbagai pihak amat penting dalam mengembangkan penelitian genom di Indonesia. Kerja sama yang terbentuk diharapkan tidak hanya sekadar mendorong adanya inovasi, tetapi juga menciptakan sumber daya manusia yang terampil di bidang genomik. Dengan begitu, keberlanjutan penelitian dan pengembangan data genom di Indonesia bisa dipastikan dan diterapkan secara luas.
”Kita perlu terus memperkuat kedokteran presisi berbasis genom di Indonesia, termasuk meningkatkan penapisan, diagnosis, dan terapi yang akhirnya bisa meningkatkan kualitas layanan kesehatan berbasis genom bagi masyarakat,” ujarnya.
Senior Vice President Asia Pacific Middle East and Africa (AMEA) Illumina Gretchen Weightman menyampaikan, data genom harus bisa dimanfaatkan banyak orang, bukan hanya untuk beberapa orang. Manusia memiliki informasi genom yang berbeda-beda. Informasi genom pada setiap populasi pun bisa berbeda.
Akan tetapi, sekitar 78 persen data genom dalam penelitian tentang risiko penyakit di seluruh dunia berasal dari populasi Eropa sehingga penggunaan datanya sebenarnya tidak terlalu relevan untuk digunakan di Indonesia. Itu sebabnya, penelitian genomik harus dilakukan secara luas pada penduduk di Indonesia.
”Genom dapat memberikan dampak yang signifikan untuk kesehatan masyarakat, mulai dari melawan dan mencegah pandemi hingga meningkatkan upaya diagnosis, pengobatan, dan pencegahan penyakit. Data genom juga dapat dimanfaatkan untuk mengidentifikasi penyakit baru hingga mengembangkan obat yang tepat,” ujar Weightman.