Teknologi Genomik Tingkatkan Efisiensi Pengobatan Tuberkulosis Resistan Obat
Teknologi genomik dapat dimanfaatkan untuk pengobatan yang lebih baik bagi pasien tuberkulosis resistan obat. Diagnosis bisa lebih cepat dan tepat sehingga pengobatan menjadi lebih efisien.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Data hasil pengurutan genom dapat dimanfaatkan untuk peningkatan layanan pengobatan tuberkulosis resistan obat. Melalui data genomik, penegakan diagnosis serta manajemen klinis menjadi lebih baik. Penanganan serta biaya kesehatan pun menjadi lebih efisien.
Dokter spesialis paru di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Prof Dr Sulianti Saroso Pompini Agustina mengutarakan hal itu dalam seminar daring bertajuk ”Lebih Jauh tentang BGSi” yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan di Jakarta, Selasa (27/6/2023).
Menurut Pompini, keterlambatan diagnosis tuberkulosis resistan obat dapat menghambat penanganan pada pasien. Selain itu, pengobatan yang diberikan menjadi tidak efektif serta meningkatkan risiko penularan di masyarakat.
Berdasarkan data Global TB Report 2022, kasus tuberkulosis resistan obat di Indonesia diperkirakan mencapai 28.000 orang. Dari jumlah tersebut, kasus yang terdeteksi baru mencapai setengahnya. Sementara itu, pasien yang sudah memulai pengobatan hanya 8.000 pasien.
”Dengan pemeriksaan genomik, penegakan diagnosis pada pasien tuberkulosis resistan obat bisa lebih baik. Dengan begitu, manajemen klinis yang dihasilkan pun bisa lebih baik. Pemeriksaan genomik ini juga bisa menentukan jenis obat apa yang lebih tepat digunakan,” ujar Pompini.
Program BGSi
Oleh karena itu, program BGSi-TB atau Biomedical and Genome Science Initiative)-Tuberkulosis yang diinisiasi oleh Kementerian Kesehatan bisa mendukung upaya penanggulangan TB RO yang lebih baik di Indonesia.
Data hasil pemeriksaan sekuensing atau pengurutan genomik yang dihasilkan nantinya juga bisa dimanfaatkan untuk melihat pola resistensi yang terjadi di suatu wilayah.
”Data ini juga bisa menjadi bahan masukan bagi para pakar untuk menganalisis kondisi di masyarakat yang kemudian dapat digunakan sebagai dasar pembuatan kebijakan. Dengan data yang tepat, pengobatan bagi masyarakat juga menjadi lebih presisi,” kata Pompini.
Program BGSi-TB merupakan kolaborasi antara BGSi, RS Penyakit Infeksi Sulianti Saroso, RS Persahabatan, dan Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan. Dalam program ini, RS Penyakit Infeksi Sulianti Saroso ditunjuk sebagai hub atau penghubung dari jejaring laboratorium sekuensing terkait TBC di Indonesia.
Dengan pemeriksaan genomik, penegakan diagnosis pada pasien tuberkulosis resistan obat bisa lebih baik. Dengan begitu, manajemen klinis yang dihasilkan pun bisa lebih baik.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu dalam Pertemuan Koordinasi Nasional Laboratory Genomic Sequencing Network dan The Biomedical Genome Science Initiative (BGSI), Selasa (2/5/2023), mengatakan, pemerintah sedang menyusun dokumen peta jalan implementasi teknologi sekuensing untuk pemeriksaan tuberkulosis di Indonesia.
Dokumen tersebut akan digunakan sebagai acuan untuk pengambilan kebijakan pemanfaatan teknologi genomik dalam penanggulangan TBC secara nasional.
Co-Founder BGSi Ririn Ramadhany memaparkan, pemanfaatan teknologi genomik oleh BGSi tidak hanya terbatas untuk penanganan TBC.
Saat ini telah ditentukan prioritas penyakit yang akan dilakukan pendataan pemeriksaan genomik, yakni penyakit dengan tingkat kematian yang tinggi. Itu, antara lain, kanker, diabetes, penyakit langka, kardiovaskular, serta kesehatan ibu hamil, bayi baru lahir, dan kesehatan reproduktif.
”BGSi tidak sekadar mengumpulkan data untuk sekuensing saja. Namun, lebih jauh tujuannya untuk membantu pelayanan di rumah sakit yang lebih baik melalui pengobatan presisi,” ucapnya.
Ririn memastikan, keamanan data dari pasien akan terjamin. ”Apakah data ini mau dijual? Tentu tidak. Data ini akan digunakan untuk kebutuhan penelitian yang aksesnya akan memakai proposal yang memenuhi ethical clearance (kelayakan etik),” ujarnya.