Jangan Ala Kadarnya Beri Protein Hewani pada Bayi
Dalam makanan pendamping ASI, sumber pangan protein hewani jangan diberikan hanya ala kadarnya. Pastikan porsinya cukup.
Ketika anak berusia enam bulan, pemberian makanan pendamping air susu ibu atau MPASI menjadi sangat penting. Kebutuhan nutrisi anak tidak lagi cukup didapatkan hanya dari ASI. Sebab, kandungan nutrisi pada ASI akan menurun setelah anak berusia enam bulan.
Saat anak berusia 6-8 bulan, kandungan gizi pada ASI akan menurun sekitar 30 persen. Kandungan gizi tersebut akan semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia bayi. Begitu bayi berusia 9-11 bulan, kandungan gizi ASI berkurang 50 persen dan pada usia 12 bulan ke atas, zat gizi pada ASI, terutama protein dan lemak, berkurang 70 persen.
Karena itu, komposisi makanan pada makanan pendamping ASI setidaknya bisa mendekati kandungan gizi pada ASI. Dalam ASI, komposisi protein hewani lebih banyak dibandingkan dengan kandungan lainnya.
Protein hewani ini pula yang memiliki kandungan asam amino esensial. Asam amino esensial penting untuk merangsang protein mTORC1 pada tubuh yang berfungsi untuk mendukung pertumbuhan tulang, otot rangka, sistem darah, dan perkembangan organ.
”Protein yang berasal dari sumber hewani memiliki asam amino esensial yang lengkap dibandingkan dengan protein nabati. Ini juga akan berdampak pada pertumbuhan tinggi badan anak. Selain itu, protein hewani juga lebih mudah dicerna dan diserap dalam usus,” tutur anggota Satuan Tugas Stunting Ikatan Dokter Anak Indonesia, Mesty Ariotedjo, dalam seminar web yang diadakan Kementerian Kesehatan, Rabu (24/1/2024).
Protein hewani bisa didapatkan dari berbagai sumber pangan, seperti telur, susu, daging sapi, ikan, makanan laut, daging ayam, dan daging unggas lain seperti bebek. Makanan yang mengandung protein hewani tersebut perlu dipastikan dikonsumsi setiap hari oleh anak sebagai bagian dalam MPASI.
Kecukupan gizi
Secara terpisah, anggota staf Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Konsultan Nutrisi Anak dan Penyakit Metabolik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Nur Aisiyah Widjaja, dalam seminar web yang diadakan Asosiasi Dinas Kesehatan Pusat menuturkan, selain memastikan adanya kandungan protein hewani pada makanan pendamping ASI, porsi asupan protein hewani juga harus diperhatikan. Protein hewani yang dikonsumsi harus mencukupi kebutuhan harian anak.
Setiap usia membutuhkan asupan protein hewani yang berbeda-beda. Pada usia 6-11 bulan, kebutuhan protein hewani sekitar 15 gram. Sementara pada usia 1-2 tahun membutuhkan 20 gram protein dan usia 3-5 tahun membutuhkan 25 gram protein.
Orangtua diharapkan tidak sekadar menambahkan sumber pangan yang mengandung protein hewani pada menu makan anak, tetapi juga harus memastikan setiap porsi makanan anak mengandung protein hewani yang cukup.
Itu sebabnya, orangtua diharapkan tidak sekadar menambahkan sumber pangan yang mengandung protein hewani pada menu makan anak, tetapi juga harus memastikan setiap porsi makanan anak mengandung protein hewani yang cukup. Kreativitas orangtua pun diperlukan untuk memberikan sumber protein yang bervariasi pada anak.
Pada satu butir telur mengandung sekitar 6 gram protein. Pada susu UHT mengandung 4 gram protein. Sementara pada satu potong dada ayam mengandung sekitar 13 gram protein, satu potong daging sapi mengandung 13 gram protein, dan satu ekor lele ukuran sedang mengandung sekitar 11 gram protein.
Baca juga: Protein Hewani Sangat Dianjurkan sebagai Makanan Pendamping ASI
Nur mencontohkan, pada anak usia 6-11 bulan bisa diberikan satu butir telur dan satu ekor ikan lele dalam sehari atau satu pasang hati ayam dan satu butir telur sehari. Sementara pada anak usia 1-2 tahun bisa diberikan satu butir telur dan 50 gram daging sapi. Pada anak usia 3-5 tahun bisa diberikan dua ekor ikan lele dan satu kotak susu UHT.
”Bagaimana dengan tempe ataupun sayur dan buah? Sumber pangan itu boleh diberikan pada anak, tetapi jangan sebagai sumber utama. Sumber makanan itu cukup diberikan untuk dikenalkan kepada anak karena kandungannya tidak adekuat untuk mendukung stimulasi anak,” tuturnya.
Sesuai rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), pemberian makanan pendamping ASI pada anak perlu dilakukan secara bertahap. Pada awal pemberian MPASI di usia 6 bulan, makanan pendamping ASI bisa diberikan dua kali sehari. Pemberiannya bisa dua sampai tiga sendok makan dalam sekali makan. Mulai MPASI dengan makanan yang dihaluskan terlebih dahulu dengan tekstur seperti bubur kental (pure).
Pada tahap awal, bayi masih pada kondisi beradaptasi sehingga orangtua harus sabar untuk memberikan dorongan pada bayi untuk makan. Sebaiknya, bayi tidak dipaksa untuk menghabiskan makanannya. Pastikan pula ASI tetap diberikan.
Baca juga: Pencegahan Tengkes Tidak Selalu Mahal
Pada tahap selanjutnya, pada usia 6-9 bulan, frekuensi makan bisa lebih sering, yakni 2-3 kali makan dalam sehari dengan 1-2 kali makanan selingan. Jumlah MPASI juga bertambah menjadi sekitar setengah mangkuk berukuran 250 ml. Tekstur pada makanan bisa berupa bubur kental atau makanan yang dilumatkan hingga halus (mashed).
Untuk bayi usia 9-12 bulan, frekuensi makan akan bertambah menjadi 3-4 kali makan dengan 1-2 kali selingan setiap hari. Jumlah kalori per hari sekitar 300 kilokalori. Tekstur pada makanan juga tidak sehalus di usia sebelumnya. Tekstur MPASI pada usia 9-12 bulan bisa dalam bentuk cincangan halus (minced), cincang kasar (chopped), atau makanan yang bisa dipegang anak (finger food).
Pada usia 12-24 bulan, jumlah energi yang dibutuhkan dalam MPASI menjadi 550 kilokalori per hari. Jika sebelumnya dalam sekali makan diberikan setengah mangkuk berukuran 250 ml, pada usia ini bisa diberikan menjadi tiga perempat mangkuk berukuran 250 ml sekali makan. Frekuensi makan dapat diberikan 3-4 kali dengan 1-2 kali selingan setiap hari. Tekstur makanan pun cukup dihaluskan atau dicincang seperlunya dengan menu makan yang sama seperti yang dikonsumsi oleh keluarga.
Sulit makan
Bagaimana jika anak sulit makan? Ketika memberikan MPASI, kreativitas serta kesabaran orangtua sangat diperlukan. Anak sebaiknya tidak dipaksa untuk makan, tetapi jangan sampai asupan nutrisi anak menjadi kurang. IDAI telah memberikan beberapa tips untuk orangtua dengan anak yang sulit makan.
Baca juga: Isi Piringku Bukan Isi Piringmu
Orangtua bisa selalu menawarkan jenis-jenis makanan baru pada anak. Hindari asumsi bahwa anak tidak akan suka dengan jenis makanan tertentu. Terkadang, makanan baru membutuhkan bujukan 10-15 kali untuk dapat diterima dan dimakan dengan baik oleh anak. Ketika memberikan makanan baru, orangtua bisa menawarkannya bersama dengan makanan yang sudah disukai anak. Orangtua juga dapat memberikan contoh untuk memakan makanan jenis baru tersebut.
Tawarkan pula jenis makanan yang dapat digenggam oleh anak (finger food) yang sehat sehingga anak bisa belajar makan secara mandiri. Sulit makan dan menolak makanan merupakan hal yang wajar pada anak. Penolakan pada makanan menjadi salah satu bentuk anak mengekspresikan dirinya.
Makanan pendamping ASI dengan asupan nutrisi yang cukup dan seimbang sangat penting bagi anak usia dini untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Asupan nutrisi, terutama protein hewani, perlu dipastikan selalu ada di setiap menu makan anak dengan porsi yang cukup. Selain itu, pemberian ASI perlu diupayakan untuk terus diberikan setidaknya hingga anak usia dua tahun. Dengan begitu, tumbuh kembang anak diharapkan bisa optimal, tengkes atau stunting pun bisa dicegah.