Konsumsi Rokok Global Menurun, Indonesia Justru Meningkat
Indonesia mengalami tren peningkatan penggunaan tembakau ketika secara global terjadi penurunan.
Oleh
AHMAD ARIF
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tren konsumsi rokok secara global terus menurun. Data tahun 2022 menunjukkan sekitar 1 dari 5 orang dewasa di seluruh dunia mengonsumsi tembakau dibandingkan dengan 1 dari 3 orang pada tahun 2000.
Meski demikian, Indonesia masih mengalami tren peningkatan penggunaan tembakau, terutama karena bertambahnya perokok baru di kalangan anak dan remaja.
Penurunan konsumsi tembakau secara global ini disampaikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam laporan terbarunya yang dikeluarkan pada Selasa (16/1/2023). Laporan itu menunjukkan 150 negara berhasil mengurangi penggunaan tembakau.
Brasil dan Belanda menunjukkan penurunan konsumsi tembakau paling tinggi melalui peraturan, pajak tinggi, dan langkah pengendalian tembakau lainnya. Brasil mengalami penurunan 35 persen sejak tahun 2010 dan Belanda hampir mencapai target 30 persen.
Meskipun konsumsi rokok terus menurun selama bertahun-tahun, dunia dinilai tak akan mampu mencapai pengurangan relatif penggunaan tembakau sebesar 25 persen pada tahun 2025. Diperkirakan hanya 56 negara secara global yang akan mencapai tujuan ini.
Laporan juga menunjukkan sebagian negara tidak mengalami perubahan dalam konsumsi tembakau. Bahkan, enam negara mengalami peningkatan penggunaan tembakau, yakni Kongo, Mesir, Indonesia, Jordania, Oman, dan Republik Moldova.
”Kemajuan yang baik telah dicapai dalam pengendalian tembakau beberapa tahun terakhir, tetapi kita tidak boleh berpuas diri. Saya terkejut dengan betapa besarnya upaya industri tembakau untuk mengejar keuntungan dengan mengorbankan banyak nyawa,” kata Direktur Promosi Departemen Kesehatan WHO Ruediger Krech.
Menurut Krech, industri tembakau saat ini masih terus berupaya memanipulasi kebijakan kesehatan dan menjual produk-produk mematikan mereka. Industri rokok juga terus berupaya menarik perokok baru.
Situasi di Indonesia
Menurut laporan WHO, prevalensi konsumsi tembakau penduduk Indonesia di atas 15 tahun pada tahun 2022 mencapai 36,5 persen. Ini berarti 1 dari 3 orang dewasa di Indonesia merokok.
Adapun data Badan Pusat Statitik (BPS) juga menunjukkan, prevalensi merokok penduduk berusia di atas 15 tahun di Indonesia pada tahun 2021 sebesar 28,96 persen, pada tahun 2022 sebesar 28,26 persen, dan tahun 2023 sebesar 28,62 persen.
Masih menurut data BPS, provinsi dengan presentase perokok paling banyak pada tahun 2023 adalah Lampung yang mencapai 34,08 persen, disusul Nusa Tenggara Barat sebesar 32,79 persen, dan Jawa Barat sebesar 32,78 persen.
Menyasar anak dan remaja
Sebelumnya, laporan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada Hari Tanpa Tembakau (HTT) Sedunia 2023 juga menunjukkan, jumlah perokok di Indonesia meningkat pada periode 2013 hingga 2019, terutama pada usia anak dan remaja, yaitu lebih dari 2 persen.
Kemajuan yang baik telah dicapai dalam pengendalian tembakau beberapa tahun terakhir, tetapi kita tidak boleh berpuas diri.
Peningkatan perokok usia anak dan remaja di antaranya karena gencarnya promosi industri rokok yang menyasar usia muda.
Laporan Vital Strategies pada tahun 2023 menemukan bahwa industri rokok berusaha melawan kemerosotan tingkat konsumsi rokok secara global dan berbagai regulasi dengan berinvestasi dalam perangkat pemasaran digital tercanggih, seperti metaverse, siniar, dan karya seni non-fungible tokens (NFT).
Berbagai media baru tersebut sejauh ini belum teregulasi dan didominasi oleh audiens muda. Laporan ini memaparkan bukti-bukti tentang bagaimana perusahaan rokok mengeksploitasi berbagai platform digital, termasuk media sosial di Indonesia.
Laporan ini juga menyoroti kian maraknya penggunaan platform media digital, antara lain media sosial, siaran video, siniar, dan aplikasi ponsel untuk promosi rokok. Contohnya, seorang pemengaruh Indonesia dengan 42.000 lebih pengikut memajang produk rokok elektronik.
Survei di berbagai negara secara konsisten juga menunjukkan anak-anak berusia 13-15 tahun di sebagian besar negara menggunakan produk tembakau dan nikotin.
Untuk melindungi generasi mendatang dan memastikan penggunaan tembakau menurun, WHO akan mendedikasikan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tahun ini untuk melindungi anak-anak dari campur tangan industri tembakau.