Penelitian terbaru menunjukkan, merokok terbukti bisa mengecilkan volume otak.
Oleh
AHMAD ARIF
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Merokok terbukti secara ilmiah bisa mengecilkan volume otak. Sebaliknya, berhenti merokok dapat mencegah hilangnya jaringan otak lebih lanjut sekalipun tidak bisa mengembalikan otak ke ukuran aslinya.
Riset dampak merokok terhadap volume otak ini dilakukan para peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Washington di St Louis. Hasil riset diterbitkan dalam Biological Psychiatry: Global Open Science edisi Januari 2024 yang sudah bisa diakses daring pada Rabu (13/12/2023).
Hasil studi tersebut membantu menjelaskan mengapa perokok berisiko tinggi mengalami penurunan kognitif terkait usia dan penyakit alzheimer.
”Sampai saat ini, para ilmuwan mengabaikan dampak merokok terhadap otak, sebagian karena kita fokus pada semua dampak buruk merokok terhadap paru-paru dan jantung. Ketika kita mulai mengamati otak lebih dekat, menjadi jelas bahwa merokok juga berdampak buruk bagi otak Anda,” kata penulis senior riset itu, Laura J Bierut, dari Universitas Washington, dalam keterangan tertulis.
Para ilmuwan telah lama mengetahui bahwa merokok dan volume otak yang lebih kecil saling berkaitan, tetapi mereka tidak pernah yakin pemicunya. Belum lagi ada faktor ketiga yang perlu dipertimbangkan, yaitu genetika.
Baik ukuran otak maupun perilaku merokok dapat diwariskan. Sekitar setengah dari risiko seseorang untuk merokok disebabkan oleh gennya.
Untuk menguraikan hubungan antara gen, otak, dan perilaku, Bierut dan penulis pertama, Yoonhoo Chang, menganalisis data yang diambil dari UK Biobank, basis data biomedis untuk umum yang berisi informasi genetik, kesehatan, dan perilaku pada setengah juta orang, sebagian besar keturunan Eropa.
Bergantung tingkat konsumsi
Lebih dari 40.000 peserta Biobank di Inggris menjalani pencitraan otak yang dapat digunakan untuk menentukan volume otak. Secara total, tim menganalisis data volume otak, riwayat merokok, dan risiko genetik merokok pada 32.094 orang yang tidak teridentifikasi.
Setiap faktor terbukti saling berhubungan, antara riwayat merokok dan volume otak; risiko genetik untuk merokok dan riwayat merokok; serta risiko genetik untuk merokok dan volume otak. Lebih lanjut, hubungan antara merokok dan volume otak bergantung pada dosis. Semakin banyak bungkus rokok yang diisap seseorang setiap hari, semakin kecil volume otak perokok tersebut.
Ada satu hal yang dapat Anda ubah untuk menghentikan penuaan otak dan meningkatkan risiko demensia, yaitu berhenti merokok.
Ketika ketiga faktor tersebut dipertimbangkan bersama-sama, hubungan antara risiko genetik untuk merokok dan volume otak menghilang, sementara hubungan antara setiap faktor tersebut dan perilaku merokok tetap ada. Dengan menggunakan pendekatan statistik yang dikenal sebagai analisis mediasi, para peneliti menentukan urutan kejadian: kecenderungan genetik menyebabkan kebiasaan merokok, yang menyebabkan penurunan volume otak.
”Penurunan volume otak sejalan dengan peningkatan penuaan. Hal ini penting seiring bertambahnya usia populasi kita karena penuaan dan merokok merupakan faktor risiko demensia,” kata Bierut.
Kerusakan permanen
Riset ini menunjukkan, penyusutan volume otak di kalangan perokok tidak dapat diubah. Dengan menganalisis data orang-orang yang berhenti merokok bertahun-tahun sebelumnya, para peneliti menemukan bahwa otak mereka tetap lebih kecil secara permanen dibandingkan orang-orang yang tidak pernah merokok.
”Anda tidak dapat memperbaiki kerusakan yang telah terjadi, tetapi Anda dapat menghindari kerusakan lebih lanjut,” kata Chang.
Menurut Chang, merokok adalah faktor risiko yang dapat dimodifikasi. ”Ada satu hal yang dapat Anda ubah untuk menghentikan penuaan otak dan meningkatkan risiko demensia, yaitu berhenti merokok,” katanya.