Kebiasaan merokok dapat menurunkan fungsi berbagai organ tubuh, mulai dari jantung, paru-paru, hingga otak. Risiko kematian prematur pun meningkat. Namun, dampak tersebut bisa diturunkan dengan segera berhenti merokok.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·5 menit baca
Konsumsi tembakau, terutama rokok menjadi penyebab utama penyakit, kecacatan, dan kematian dari berbagai penyakit tidak menular. Merokok telah terbukti dapat meningkatkan risiko kanker, penyakit terkait pernapasan, gangguan dalam kehamilan, jantung, dan stroke.
Di Indonesia, merujuk pada Riset Kesehatan Nasional 2018, sebanyak 17,8 persen kematian disebabkan oleh merokok. Hal itu diperkuat dengan Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk regional Asia Tenggara yang menyebutkan, sebanyak 225.700 kasus kematian prematur terjadi dari para perokok di Indonesia. Kematian prematur yakni kematian yang terjadi sebelum kematian rata-rata. Adapun Indonesia memiliki angka harapan hidup pada usia 70 tahun.
Oleh karena itu, seharusnya tidak ada alasan untuk tidak segera berhenti merokok. Barangkali, berhenti merokok juga bisa menjadi resolusi tahun baru ini. Meski tidak mudah, berhenti merokok bukan hal mustahil. Berhenti merokok tidak hanya menyelamatkan diri sendiri, namun juga orang terdekat.
Berdasarkan studi dari European Society of Cardiology, merokok dapat berdampak buruk pada fungsi jantung. Namun, beberapa fungsi yang terdampak tersebut dapat dipulihkan ketika seseorang menghentikan kebiasaan merokok.
“Semakin banyak merokok, semakin berdampak buruk pada fungsi jantung. Namun, jantung dapat pulih pada tingkat tertentu dengan berhenti merokok. Jadi tidak ada kata terlambat untuk berhenti,” kata Eva Holt, peneliti dari RS Herlev dan Gentofte, Denmark.
Dalam penelitian yang diterbitkan di JAMA Network Open juga menunjukkan, merokok dapat menekan risiko kematian. Risiko kematian yang meningkat pada perokok bisa ditekan hingga 90 persen jika kebiasaan merokok dihentikan sebelum usia 45 tahun. Sementara jika kebiasaan merokok berhenti pada rentang usia 45-64 tahun, risiko kematian tersebut bisa ditekan sebesar 66 persen.
Jantung dapat pulih pada tingkat tertentu dengan berhenti merokok. Jadi tidak ada kata terlambat untuk berhenti,
Dalam laman Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan pun memaparkan manfaat dari berhenti merokok dalam jangka waktu tertentu. Ketika seseorang bisa berhenti merokok selama 20 menit, tekanan darah, denyut nadi, dan aliran darah tepi akan membaik.
Setelah satu sampai dua hari tidak merokok, nikotin mulai tereliminasi dari tubuh sehingga fungsi pengecap dan penciuman akan membaik. Sistem kardiovaskular pun akan meningkat. Jika berhasil tidak merokok selama dua sampai enam minggu, fungsi silia (rambut halus di rongga hidung) saluran napas dan fungsi paru akan membaik. Pada kondisi ini, napas pendek serta batuk-batuk akan berkurang.
Jika seseorang bisa berhenti merokok sampai satu tahun, risiko penyakit jantung koroner pun bisa diturunkan hingga setengahnya dibanding dengan tetap merokok. Risiko kanker paru juga bisa berkurang setengahnya jika bisa berhenti merokok setidaknya selama 10 tahun.
Data Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) AS menunjukkan, sebanyak 68 persen perokok dewasa menyatakan ingin berhenti merokok. Pada 2018, sebanyak 55,1 persen perokok dewasa pun mengatakan mereka telah berupaya untuk berhenti merokok dalam satu tahun terakhir. Namun, hanya sekitar 7,5 persen perokok dewasa yang berhasil berhenti merokok.
Merujuk pada data Global Youth Tobacco Survey (GYTS), 80 persen pelajar di Indonesia yang merokok ingin berhenti merokok sekarang juga. Sementara di tingkat global, WHO mencatat, setidaknya ada 780 juta orang yang ingin berhenti merokok.
Akses layanan terbatas
Akan tetapi, dari seluruh orang yang ingin berhenti merokok, hanya 30 persen yang memiliki akses pada layanan yang dapat membantu mengatasi candu rokok. Padahal, keinginan untuk berhenti merokok harus disertai dengan dukungan fasilitas yang memadai agar bisa berhasil berhenti merokok. Hanya tiga sampai lima persen orang yang berhasil berhenti rokok tanpa bantuan.
Umumnya, faktor yang membuat seseorang sulit berhenti merokok karena adiksi dari nikotin. Adiksi ini membuat rasa nyaman yang hilang sehingga menimbulkan keinginan untuk kembali merokok. Pada awalnya, orang yang sudah tercandu oleh rokok akan mengalami gejala putus nikotin, seperti rasa tidak nyaman, sulit konsentrasi, dan cenderung mudah marah.
Pemerintah Indonesia menargetkan setidaknya lima juta orang bisa berkomitmen untuk berhenti merokok. Dari data Kementerian Kesehatan, Indonesia saat ini menempati urutan ketiga dengan jumlah perokok terbanyak di dunia. Setidaknya, dua dari tiga laki-laki di Indonesia merupakan perokok.
Karena itu, upaya untuk mengendalikan tembakau harus menjadi perhatian serius bagi seluruh pihak di Indonesia. Komitmen dalam pengendalian rokok perlu diperkuat mulai dari hulu hingga hilir.
Ketua Umum Komisi Nasional Pengendalian Tembakau Hasbullah Thabrany dihubungi di Jakarta, Rabu (4/1/2022) mengatakan, upaya untuk mencegah konsumsi rokok di masyarakat juga perlu diikuti dengan dukungan dalam berhenti merokok. Layanan yang mendukung seseorang untuk berhenti merokok perlu diperluas.
“Klinik berhenti merokok di puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan lain itu belum cukup memadai. Padahal, layanan ini sangat membantu seseorang bisa berhenti merokok,” tuturnya.
Selain itu, kampanye besar-besaran untuk meningkatkan pemahaman masyarakat akan manfaat dari berhenti merokok perlu dilakukan. Pembatasan tempat merokok yang saat ini sudah diterapkan perlu diperkuat dengan pengawasan yang tegas.
Dalam studi yang diakses pada JAMA Internal Medicine, pendampingan dan perawatan terkait layanan berhenti merokok di rumah sakit lebih efektif membantu seseorang berhenti merokok dibandingkan hanya pendampingan berbasis telepon. Layanan pun setidaknya diberikan lebih dari tiga bulan. Perawatan yang didukung dengan dukungan layanan telepon semakin memperkuat upaya seseorang untuk berhenti merokok.
Salah satu rumah sakit yang kini menyediakan klinik berhenti merokok yaitu Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan. Layanan diberikan oleh tim dokter secara multidisiplin, seperti dokter umum, dokter spesialis paru, psikiater, dan dokter rehab medik. Program ini diberikan selama tiga bulan.
Dalam laman RS Persahabatan, program layanan henti rokok yang diberikan terdiri dari konseling terapi, farmakologi atau pengobatan, hipnoterapi, dan metode lain untuk mengatasi adiksi ataupun kemungkinan kembali merokok akibat nikotin.
Kementerian Kesehatan pun telah menyediakan layanan konseling berhenti merokok yang bisa diakses melalui telepon 08001776565. Klinik henti rokok juga bisa diakses di puskesmas.