Air Kemasan dapat Mengandung Ratusan Ribu Nanoplastik
Hasil studi menunjukkan, air kemasan dapat mengandung nanoplastik, sebuah partikel yang lebih kecil dari mikroplastik.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Untuk pertama kali, tim peneliti berhasil menghitung dan mengidentifikasi partikel-partikel kecil nanoplastik dalam air kemasan. Mereka menemukan rata-rata 1 liter sampah plastik mengandung sekitar 240.000 pecahan nanoplastik atau 10 sampai 100 kali lebih besar dari perkiraan sebelumnya.
Laporan lengkap hasil studi yang dilakukan para peneliti dari Columbia Climate School, Amerika Serikat, ini dipublikasikan di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences, 8 Januari 2024. Studi ini menyoroti bahwa air kemasan bisa mengandung ratusan ribu fragmen nanoplastik atau partikel plastik terkecil dari setiap wadahnya.
Ahli kimia lingkungan di Lamont-Doherty Earth Observatory di Columbia University, Beizhan Yan, menyampaikan, sebelumnya belum ada informasi jelas terkait nanoplastik. Studi toksisitas jugabaru sekadarmemperkirakanberbagai hal terkait kandungan nanoplastik.
”Hasil studi ini membuka jendela informasi baru agar kita bisa melihat dunia yang belum pernah kita lihat sebelumnya,” ujar Yan yang terlibat dalam studi ini dikutip dari situs resmi Columbia Climate School, Rabu (17/1/2024).
Mikroplastik didefinisikan sebagai pecahan berukuran mulai dari 5 milimeter hingga 1 mikrometeratau 1 per 25.000 inci. Sementara Nanoplastik merupakan partikel plastik lebih kecil dari mikroplastik dengan ukuran di bawah 1 mikrometer. Sebagai perbandingan, rambut manusia berukuran sekitar 70 mikrometer.
Hasil studi ini membuka jendela informasi baru agar kita bisa melihat dunia yang belum pernah kita lihat sebelumnya.
Nanoplastik dapat melewati usus dan paru-paru langsung ke aliran darah dan bisa berpindah ke organ-organ dalam tubuh, termasuk jantung dan otak. Partikel plastik terkecil ini juga bisa menyerang sel-sel individual, dan melintasi plasenta ke tubuh bayi yang belum lahir.
Plastik dalam air kemasan menjadi isu publik setelah sebuah studi pada tahun 2018 mendeteksi rata-rata terdapat 325 partikel plastik per liter air. Penelitian selanjutnya memperkirakan partikel plastik dalam air kemasan berkali lipat lebih besar.
Kemudian, studi terbaru ini memakai teknik Mikroskop Hamburan Raman terstimulasi. Teknik ini melibatkan pemeriksaan sampel dengan dua laser simultan yang disetel untuk membuat molekul tertentu beresonansi.
Dengan menargetkan tujuh plastik berukuran umum, para peneliti kemudian menciptakan algoritma berbasis data untuk menafsirkan hasilnya.
Selanjutnya, mereka menguji tiga merek air kemasan populer yang dijual di Amerika Serikat dan menganalisis partikel plastik hingga berukuran 100 nanometer.
Hasilnya, peneliti menemukan sekitar 110.000 hingga 370.000 partikel dalam 1liter air, di mana 90 persen di antaranya merupakan nanoplastik dan sisanya merupakan mikroplastik.
Selain itu, peneliti menentukan tujuh jenis plastik yang teridentifikasi dan memetakan bentuknya. Informasi ini nantinya dapat bermanfaat dalam penelitian biomedis.
Jenis senyawa
Salah satu jenis senyawa kimia dalam plastik yang umum dijumpai ialah polietilen tereftalat atau PET. Temuan ini tak mengherankankarena banyak botol air kemasan terbuat dari bahan itu. Bahan ini termasuk dipakai untuk kemasan minuman soda, minuman olahraga, dan produk-produk seperti saus tomat serta mayones.
Peneliti memperkirakan senyawa ini dapat masuk ke dalam air sebagai serpihan yang terkelupas ketika botol diperas atau terkena panas. Sebuah riset terpisah menunjukkan, banyak partikel masuk ke dalam air ketika seseorang berulang kali membuka atau menutup botol hingga mengikis partikel-partikel kemasan plastik.
Meski demikian, jumlah PET masih kalah dibandingkan dengan poliamida. Senyawa ini kemungkinan berasal dari filter plastik yang digunakan untuk memurnikan air sebelum dibotolkan.
Plastik umum lainnya yang ditemukan para peneliti, antara lain, ialah polistiren, polivinil klorida, dan polimetil metakrilat. Semua jenis tersebut digunakan dalam berbagai proses industri.
Penulis utama studi ini, Naixin Qian, mengutarakan, banyak peneliti mengembangkan metode untuk melihat partikel nano. Namun, mereka kerap tidak bisa mengidentifikasi temuannya tersebut.
Sama seperti penelitian sebelumnya yang dapat memberikan perkiraan massal massa nano. Namun, sebagian besar tidak dapat mengidentifikasi mana yang merupakan plastik atau benda lainnya.
Ahli biofisika Columbia University, Wei Min, menambahkan, terdapat banyak sekali dunia nanoplastik yang perlu dipelajari.Dari segi massa, nanoplastik memang jauh lebih kecil dibandingkan dengan mikroplastik. Akan tetapi, nanoplastik memiliki jumlah yang sangat banyak.
”Hal terpenting adalah jumlahnya. Sebab, semakin kecil ukurannya, semakin mudah pulapartikel ini masuk ke dalam tubuh kita,” kata Min yang juga terlibat dalam studi ini.