Pendidikan Vokasi yang Terintegrasi dengan Industri Ditingkatkan
Kunci pendidikan vokasi yang terintegrasi dengan industri terus ditingkatkan dalam kuantitas ataupun kualitasnya.
JAKARTA, KOMPAS — Pendidikan vokasi yang terintegrasi dengan industri perlu diperkuat agar mampu menyiapkan keterampilan dan masa depan talenta yang lebih terbuka, relevan, dan inovatif. Budaya industri dalam pendidikan vokasi membuat para siswa lebih siap memasuki dunia kerja.
Pendidikan vokasi di jenjang sekolah menengah kejuruan (SMK) ataupun pendidikan tinggi vokasi menyiapkan talenta-talenta masa depan Indonesia di berbagai bidang, mulai dari bidang teknologi, industri manufaktur, musik, animasi, kuliner, hingga seni dan budaya.
Melalui kebijakan Merdeka Belajar, kolaborasi pendidikan vokasi dengan industri tidak boleh lagi hanya berhenti di penandatanganan nota kesepahaman (MoU). Hal itu mesti dilanjutkan dengan implementasi nyata kurikulum, praktisi pengajar, serta kolaborasi produksi atau usaha.
Baca juga: Angin Segar bagi Pendidikan Vokasi
Direktur SMK Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Wardani Sugiyanto, Minggu (14/1/2024), mengutarakan, kolaborasi SMK dengan industri diwujudkan melalui program SMK Pusat Keunggulan.
Selain itu, pemerintah mendorong agar SMK menerapkan Merdeka Belajar yang memberikan kemerdekaan bagi guru menyajikan materi sesuai kemampuan ataupun bakat anak. Guru juga memakai pembelajaran berdiferensiasi yang menghasilkan produk dari proyek-proyek yang dilakukan siswa.
Penguatan budaya industri di SMK, lanjut Wardani, juga dilakukan dengan mendorong SMK negeri mendirikan badan layanan umum daerah (BLUD) di satuan pendidikan.
Pada 2023, lebih dari 300 SMK negeri mendirikan BLUD dan sedang berproses. Sementara itu, SMK swasta diharapkan mendirikan CV atau perseroan terbatas (PT) untuk menyalurkan produk-produk siswa.
Selain itu, SMK-SMK didorong untuk berkolaborasi dengan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk memasarkan hasil karya siswa. Kolaborasi ini pun mulai mengoptimalkan penggunaan teknologi sederhana.
Produk teaching factory (tefa) didukung untuk memperkaya program Bangga Buatan Indonesia yang digunakan Kemendikbudristek berkolaborasi dengan Sistem Pengadaan Aplikasi Sekolah (SIPLah) agar dapat digunakan oleh jenjang pendidikan lainnya.
”Jika sekolah bermitra dengan UMKM, diharapkan akan terjalin kerja sama. Produk-produk teaching factory bisa dipasarkan, ide-ide UMKM bisa ditangkap tefa di sekolah sehingga produk-produk bisa dijual bersama,” kata Wardani.
Dampak tercepat
Mendikburistek Nadiem Anwar Makarim menuturkan, pendidikan vokasi memiliki dampak tercepat membangun sumber daya manusia (SDM) unggul. Anak-anak muda yang lulus dari pendidikan vokasi langsung terjun ke lapangan kerja sehingga dampaknya dapat segera dirasakan.
Baca juga: SMK Pusat Keunggulan Dorong Kerja Sama SMK dengan Industri
Dalam beberapa tahun terakhir, lanjut Nadiem, Kemendikburistek terus melakukan transformasi sistem pendidikan, termasuk pendidikan vokasi, agar lebih terbuka dan inovatif guna menyiapkan generasi unggul dan inovatif.
Sistem pendidikan yang lebih terbuka juga dilakukan agar pendidikan menjadi lebih terintegrasi dan multidisiplin serta menghadirkan lingkungan yang aman dan nyaman.
Jika sekolah bermitra dengan UMKM, diharapkan akan terjalin kerja sama. Produk-produk teaching factory bisa dipasarkan, ide-ide UMKM bisa ditangkap tefa di sekolah sehingga produk-produk bisa dijual bersama.
Nadiem menjelaskan, salah satu kunci pendidikan vokasi adalah pembelajar yang terintegrasi dengan industri untuk meningkatkan kualitas lulusan. Pada 2023, lebih dari 35 persen anak SMK di Indonesia masuk SMK Pusat Keunggulan. Jumlah tersebut hanya diraih dalam kurun tiga tahun.
Nadiem berjanji program SMK Pusat Keunggulan akan terus ditingkatkan. Targetnya, pada tahun ini separuh dari siswa di Indonesia dapat merasakan dampak SMK Pusat Keunggulan dalam mengembangkan talenta mereka dan meningkatkan daya saing Indonesia.
Sementara itu, untuk merayakan hasil kolaborasi dan meningkatkan kerja sama SMK dengan industri, Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi Bidang Mesin dan Teknik Industri (BBPPMPV BMTI) di Cimahi, Jawa Barat, menggelar Gebyar Karya Vokasi BBPPMPV BMTI Tahun 2023 akhir tahun lalu.
Pelaksana Tugas Kepala BBPPMPV BMTI Supriyono menyampaikan, BBPPMPV BMTI berkomitmen memberikan fasilitas penyelarasan industri melalui pelatihan program peningkatan kemampuan (upskilling) dan penguatan kemampuan (reskilling) guru vokasi ataupun bentuk kerja sama lainnya.
”Terhitung sejak tahun 2023, terdapat 242 industri yang bekerja sama dengan BMTI dan SMK dengan melakukan pemadanan industri. Angka tersebut meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai 168 industri,” ujar Supriyono menambahkan.
Salah satu industri yang berkontribusi besar terhadap pelatihan guru vokasi adalah PT Pindad, Bandung. PT Pindad berhasil meraih peringkat pertama sebagai industri dengan kontribusi terbanyak pada program pemagangan pelatihan guru dan kepala sekolah.
Senior Officer Pengelola Pembelajaran dan Sertifikasi PT Pindad Muhammad Zulfikar menyampaikan, industri yang bergerak di manufaktur tersebut telah bekerja sama dengan BMTI sejak tahun 2019.
”Kami membantu dalam melaksanakan pemagangan dan pelatihan guru serta kepala sekolah bidang teknik logistik, pengelasan, kelistrikan, dan pemesinan,” kata Zulfikar.
Pasar kerja Jepang
Di tingkat pendidikan tinggi vokasi, komitmen pengembangan dunia pendidikan vokasi salah satunya dilakukan IPB University melalui kerja sama dengan Chuo Joho Institute of Information Technology (CJI).
Kerja sama sesuai dengan MoU tersebut mencakup, antara lain, implementasi joint program pendidikan vokasi yang inovatif, disebut sebagai program 3+2. Program kerja sama tersebut dirancang untuk memastikan lulusan langsung dapat memasuki pasar kerja Jepang.
Baca juga: Sulut Minta Bantuan Jepang untuk Serap Lulusan SMK
Kerja sama tersebut, kata Presiden CJI Hiroshi Okamoto, memungkinkan CJI menyediakan pendidikan bahasa Jepang dan vokasi bagi warga Indonesia asal IPB University dan akan membantu cita-cita global mereka.
Adapun CJI telah mendidik lebih dari 1.000 mahasiswa di bidang teknologi informasi, kecerdasan buatan, bisnis, dan bahasa Jepang, dengan tingkat penyerapan alumni dalam berbagai industri mencapai dari 95 persen.
Pada 2024, program akan memasuki fase implementasi dengan menerima enam mahasiswa dari Sekolah Vokasi IPB University. Mereka akan diarahkan untuk bekerja di sektor, seperti perhotelan dan sumber daya manusia. Mahasiswa ini akan berasal dari program studi Ekowisata, Pertanian, dan Akuntansi.
Menurut Rektor IPB University Arif Satria, manfaat kerja sama dengan CJI ini strategis bagi kedua pihak. Hal ini merupakan upaya IPB University mengukuhkan komitmen membangun ekosistem pendidikan, program riset, dan pengabdian masyarakat demi meningkatkan resiliensi dan mencapai keberlanjutan.