Pendidikan Vokasi Siapkan Talenta untuk Industri Kreatif
Pendidikan vokasi berpotensi mendukung penyiapan para talenta muda di bidang industri kreatif yang terus tumbuh.
JAKARTA, KOMPAS — Pendidikan vokasi di jenjang sekolah menengah kejuruan, perguruan tinggi vokasi, serta lembaga kursus dan pelatihan mendukung pengembangan industri kreatif di Indonesia. Ratusan ribu pelajar setiap tahun disiapkan menjadi talenta-talenta andal yang relevan dengan perkembangan industri kreatif lewat pendidikan vokasi sistem ganda.
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Kiki Yuliati, di Jakarta, Kamis (4/1/2023), mengatakan, Kemendikbudristek berkomitmen mendorong industri kreatif di berbagai bidang dengan melahirkan talenta-talenta di bidang tersebut. Hal ini, kata dia, sesuai arahan Presiden Joko Widodo. Setidaknya ada tiga jalur pendidikan vokasi yang telah disiapkan, yakni melalui level pendidikan menengah, pendidikan tinggi, serta kursus dan pelatihan.
Saat ini, ada lebih dari 3.329 dari 14.478 SMK di Indonesia yang menangani bidang industri kreatif. Jumlah siswa sekitar 339.279 siswa yang kini tengah belajar di bidang yang terkait dengan industri kreatif, seperti boga dan multimedia. Ada sekitar 13.432 lembaga kursus dan pelatihan (LKP) yang bergerak untuk mendukung industri kreatif serta sekitar 2.000 mahasiswa yang saat ini belajar untuk mendukung sektor industri kreatif di berbagai bidang.
Baca juga: Talenta Kreatif Diajak Kelola Potensi Ekonomi Digital
Para calon talenta vokasi bidang industri kreatif ini diberikan kesempatan untuk lebih mengeksplorasi industri kreatif melalui pendidikan vokasi sistem ganda. Hal ini terus ditekankan di satuan-satuan pendidikan vokasi guna terus beradaptasi dengan berbagai keilmuan di bidang kreatif, seperti produksi konten gim, komik, film, dan musik . Berbagai strategi telah disiapkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan vokasi bidang industri kreatif melalui Merdeka Belajar serta penyelenggaraan pendidikan vokasi berbasis dual system atau sistem ganda.
“Secara khusus, Kemendikbudristek juga dituntut untuk melahirkan lebih dari 10 juta talenta digital sampai 2024. Talenta-talenta digital tersebut nantinya dipersiapkan untuk mendukung industri kreatif, termasuk untuk memperkuat industri gim dan cyber security,” ujar Kiki.
Penyesuaian kurikulum
Kiki mengatakan, melalui kebijakan Merdeka Belajar, dilakukan penyesuaian kurikulum untuk memperkuat pendidikan vokasi di bidang industri kreatif. Berkolaborasi dengan industri, pembelajaran dilakukan dengan metode pembelajaran berbasis proyek atau project based learning (PBL) dan industri berbasis pembelajaran (teaching factory).
“Di pendidikan vokasi diperkuat pembelajaran-pembelajaran yang sangat kontekstual dengan mengerjakan PBL bersama industri. Kami juga mengundang praktisi untuk mengajar serta mendorong peningkatan kesempatan bagi mahasiswa vokasi untuk mendapatkan sertifikat kompetensi,” ujar Kiki.
Melalui skema teaching factory, saat ini banyak SMK ataupun politeknik di Indonesia yang memiliki fasilitas laboratorium sekelas rumah produksi. Fasilitas tersebut digunakan untuk menyelesaikan proyek-proyek seperti animasi bersama industri.
Transformasi kurikulum juga dilakukan dengan mengadopsi kurikulum vokasi sistem ganda, di mana model pendidikan vokasi ini memberikan porsi yang berimbang antara pendidikan di kelas dan praktik langsung di industri. Dengan demikian, diharapkan lulusan yang dihasilkan bisa tetap relevan dengan kebutuhan industri, dalam hal ini industri kreatif.
Keberhasilan Korea Selatan dalam membangun industri kreatif tidak dilakukan dalam waktu singkat dan membutuhkan kolaborasi dan banyak faktor pendukung.
Berbicara dalam forum Merdeka Innovation Summit 2023, Director of Business Development YG Entertainment & Executive Director, Encast Co Ltd, Charlie Cho mengatakan, Indonesia juga memiliki kekuatan ekonomi kreatif yang cukup besar seperti Korea Selatan. Perlu kerja keras dan kemauan yang kuat dan kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan untuk mengembangkan potensi besar tersebut. Hal tersebut setidaknya seperti yang dilakukan Korea Selatan dalam membangun industri kreatif.
Menurut Charlie, keberhasilan Korea Selatan dalam membangun industri kreatif tidak dilakukan dalam waktu singkat dan membutuhkan kolaborasi dan banyak faktor pendukung. ”Negeri Ginseng” tersebut telah gencar mendorong kemajuan industri kreatif sejak dua puluhan tahun lalu.
Menjaga tradisi
Pada akhir tahun 2023, para talenta muda untuk menjaga tradisi bangsa didukung lewat program Temu Karya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Seni se-Indonesia di Taman Candra Wilwatikta, Pasuruan, Jawa Timur. Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek mengadakan kegiatan temu karya ini sebagai salah satu wadah bagi para siswa dan sekolah agar dapat berkolaborasi dan membangun jejaring.
Baca juga: Pendidikan Vokasi Dituntut Semakin Lincah
Temu Karya SMK seni se-Indonesia diikuti oleh SMK Negeri 12 Surabaya, SMK Negeri 1 Kasihan Yogyakarta, SMK Negeri 8 Surakarta, SMK Negeri 3 Sukawati, SMK Negeri 10 Bandung, SMK Negeri 2 Gowa, SMK Negeri 7 Padang, SMK Negeri 57 Jakarta, dan SMK Negeri 3 Banyumas. Kegiatan ini sebagai ajang pertukaran informasi dan wacana agar dapat bersaing di kancah internasional, ruang apresiasi seni, terdokumentasinya catatan tari dan musik, menstimulus pembuatan karya kreatif, memupuk toleransi antarbudaya, serta menarik minat generasi Z terhadap seni dan budaya dengan memanfaatkan perkembangan teknologi.
“Jika kita membicarakan kebudayaan, para pelajar dan sekolah menjadi aktor dan institusi yang sangat penting dalam pelestarian dan pemajuan kebudayaan. Untuk itu kita perlu memperbanyak ruang-ruang kolaborasi dan interaksi untuk menggali kreativitas dari nilai-nilai budaya dan tradisi untuk mereka. Apalagi SMK seni, yang core-nya adalah budaya itu sendiri,” ujar Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid.
Baca juga : Berguru Langsung dengan Seniman Jadi “Panggung Kreativitas” Siswa
Abing Santoso, Guru Seni Tari SMK Negeri 12 Surabaya, mengatakan, ada semangat generasi muda untuk melestarikan seni budaya melalui media sosial. “Media sosial menjadi salah satu ruang aktualisasi yang dekat dengan generasi muda saat ini, dan itu adalah ruang kita untuk melestarikan budaya di era digital ini. Karena itu kami menyisipkan kegiatan pembuatan konten seni berkolaborasi dengan para siswa,” tutur Abing yang juga aktif sebagai pembuat konten (content creator) budaya.
Reihan Ramadhana Putra, siswa jurusan seni musik SMK Negeri 7 Padang, mengatakan, dia melanjutkan ke SMK seni karena ingin melanjutkan tradisi. “Saya dari kecil memang suka menyanyi, kalau di Minang ada istilah badendang, dan saya mau mengembangkan tradisi karena kalau bukan kita siapa lagi,” ujar Reihan.