Berguru Langsung dengan Seniman Jadi “Panggung Kreativitas” Siswa
Oleh
Aloysius Budi Kurniawan
·4 menit baca
MANADO, KOMPAS — Pameran seni rupa dan pementasan aneka macam pertunjukan seni dari 26 Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama memuncaki perhelatan Gerakan Seniman Masuk Sekolah di Kota Manado, Sulawesi Utara, Senin (17/12/2018). Gerakan Seniman Masuk Sekolah yang digelar secara nasional di 28 provinsi bisa menjadi panggung kreativitas bagi anak-anak sekolah.
Gerakan Seniman Masuk Sekolah atau GSMS digelar secara nasional sejak bulan Agustus hingga November 2018 dengan melibatkan 1.320 seniman, 1.320 sekolah dan 26.400 siswa. Program tahunan ini digelar Direktorat Kesenian, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai upaya untuk membantu dan memfasilitasi keterbatasan sekolah dalam menghadirkan guru-guru seni budaya yang kompeten di tingkat SD, SMP, SMA/SMK.
Di Kota Manado, puncak GSMS diisi dengan pameran seni rupa dan pementasan aneka macam pertunjukan, mulai dari tari, menyanyi, teater, sastra, hingga musik. Sebanyak 26 sekolah, 26 seniman, dan ratusan siswa terpilih untuk menampilkan karya-karya pembelajaran seni mereka di Aula Balai Kota Manado.
Penampilan pertama dibuka dengan tarian perang Kabasaran oleh anak-anak SD yang mengiringi kedatangan Sekretaris Daerah Kota Manado Micler Lakat. Berikutnya, secara berurutan setiap sekolah menampilkan pertunjukan masing-masing sesuai dengan hasil pengajaran seniman-seniman yang mendampingi mereka di sekolah selama lima bulan terakhir.
Tema jelas
Karena didampingi khusus oleh seniman, penampilan siswa dalam pentas menjadi lebih kreatif dan memiliki tema-tema kuat yang hendak diangkat. Penampilan tari SMP Negeri 3 Manado di bawah bimbingan seniman Cordry Lawendatu misalnya tampil dengan sangat ekspresif membawakan tari kreasi baru “Torang Semua Basudara”. Penampilan kelompok tari SMP Negeri 3 Manado yang telah berkali-kali menjuarai lomba seni tari tingkat nasional ini semakin matang.
Kreativitas juga tampak dari penampilan musik siswa SMP Negeri 7 Manado yang dibimbing seniman musik Antonius Dendeng memadukan permainan gitar, cajon, dan pianika lengkap dengan nyanyian. SMP Negeri 7 Manado menampilkan lagu-lagu yang tidak asing di telinga masyarakat Sulawesi Utara, seperti lagu Sipatokaan namun dengan aransemen unik karya Antonius Dendeng.
Selain tari, musik, dan nyanyian, anak-anak juga menampilkan pertunjukan teater seperti yang disuguhkan SMP Negeri 1 Manado. Seniman yang mendampingi SMP ini, Jenry Koraag mengajak anak-anak untuk mengangkat tema seputar pemaknaan Pancasila dari kacamata anak-anak remaja zaman sekarang. Tak tanggung-tanggung, pementasan teater mereka gelar lengkap dengan properti panggung.
Kepala Bidang Pembinaan Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Manado Lenny Tumober mengatakan, sejak bulan Agustus hingga November 2018 para seniman telah membagikan ilmu-ilmu mereka kepada anak-anak SD dan SMP di Kota Manado dalam 26 kali pertemuan. “Hasil pendidikan ekstrakurikuler tersebut akhirnya ditampilkan dalam pameran dan pementasan seni ini,” ucapnya.
Selain pertunjukan dari 26 SD dan SMP, di Aula Balai Kota Manado juga dipajang sejumlah karya seni rupa hasil kreasi para siswa yang mengikuti program GSMS. Karya-karya lukisan, drawing, dan seni media baru turut dipamerkan di sisi kanan dan kiri tempat pentas.
Selama tahun 2018, Direktorat Kesenian Ditjen Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mentargetkan ada 26.400 siswa SD, SMP, dan SMP/SMK yang bisa didampingi sebanyak 1.320 seniman dalam program GSMS. Sejak digelar pertama kali tahun 2016 lalu, jumlah seniman, sekolah, dan siswa yang terlibat dalam program GSMS terus-menerus meningkat.
“Tahun 2016 lalu, baru tujuh provinsi yang ikut dalam gerakan ini dengan melibatkan 35 seniman, 35 sekolah dan 1400 siswa. Berikutnya, tahun 2017 meningkat menjadi 26 provinsi dengan 1.320 seniman, 1.320 sekolah, dan 26.400 siswa. Target GSMS tahun 2018 ini sama dengan 2017, yaitu melibatkan 1.320 seniman, 1.320 sekolah dan 26.400 siswa. Namun, jumlah provinsi tempat penyelenggaraannya bertambah menjadi 28 provinsi,” kata Direktur Kesenian, Ditjen Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Restu Gunawan.
Tahun depan, tempat penyelenggaraan GSMS masih tetap di 28 provinsi. Akan tetapi, jumlah seniman, sekolah, dan siswa yang terlibat di dalamnya lebih banyak, yaitu 1.344 seniman, 1.344 sekolah, serta 26.880 siswa.
Program GSMS digelar menyikapi semakin sulitnya sekolah-sekolah menyediakan guru-guru seni yang kompeten. Dengan belajar seni bersama para seniman secara langsung, diharapkan tumbuhbudaya sekolah yang sehat, menyenangkan, mengasyikkan, mencerdaskan, dan menguatkan. Prinsipnya, tujuan program GSMS bukan untuk mengarahkan siswa menjadi seniman, melainkan melatih karakter anak-anak agar lebih percaya diri, kreatif, dan bisa bekerja sama.