Tidak Perlu Iri Melihat Foto Liburan Orang Lain Saat Masih Harus Bekerja
Detoks medsos bisa menjadi solusi mengatasi stres saat melihat orang lain liburan, sedangkan kita tetap harus bekerja.
Oleh
STEPHANUS ARANDITIO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Melihat momen liburan orang lain di media sosial bisa mengganggu kondisi psikologis mereka yang tak bisa berlibur atau harus bekerja saat libur akhir tahun. Agar tetap produktif, detoks media sosial bisa menjadi salah satu solusi.
Berbagai foto kumpul keluarga saat Natal dan Tahun, menyantap makanan khas kampung halaman, atau sekedar foto hewan peliharaan kesayangannya mampu membuat mereka merasa sedih atau iri.
Media sosial seakan menjadi ”mesin pembanding” yang membuat orang membandingkan dirinya yang masih harus bekerja dengan orang lain yang sedang menikmati liburan.
Sekretaris Jenderal Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) Mulyanto mengatakan, seorang yang masih harus bekerja di saat teman-temannya berlibur tak perlu iri. Sebab, hal itu hanya masalah waktu. Dia bisa mengatur hari liburnya di lain waktu.
Dia menyarankan melakukan kontrol diri dan membatasi diri dengan media sosial agar tidak stres dan bisa fokus ke pekerjaan. Hal ini penting agar energi tidak dihabiskan pada perasaan negatif yang mengakibatkan depresi hingga malas bekerja.
”Harus pintar mengatur manajemen stres. Dia bisa istirahat dulu dari media sosial atau istilah populernya detoks medsos dulu,” kata Mulyanto saat dihubungi dari Jakarta, Senin (25/12/2023).
Menurut dia, justru orang yang bekerja di saat musim libur bisa mengalihkan liburnya pada hari biasa. Secara ekonomis, dia lebih diuntungkan karena tidak merasakan harga-harga kebutuhan di musim libur dan perjalanan lebih lengang.
Coba diubah paradigmanya bahwa dia masih bisa bekerja walau musim liburan, sementara masih banyak orang mencari kerja atau baru diputus kontrak.
Selain itu, kontrol diri juga bisa dengan membuat makna baru atas stres yang dialami sebagai hal positif. Hal ini membuat seseorang jadi pribadi lebih dewasa, tak mudah iri dengan kenikmatan hidup orang lain, dan fokus meningkatkan mutu hidup kita sendiri.
”Coba diubah paradigmanya bahwa dia bisa bekerja walau musim liburan, sedangkan masih banyak orang mencari kerja atau baru diputus kontrak,” kata psikolog lulusan Universitas Indonesia ini.
Sebuah studi yang dilakukan Facebook bersama peneliti dari Berlin’s Humboldt University dan Darmstadt’s Technical University, Jerman, tahun 2015 menunjukkan media sosial merupakan penyebab kecemburuan di jagat maya. Studi ini dilakukan dengan survei kepada 584 pengguna Facebook di Jerman.
Sebanyak 30 persen dari total subyek menyatakan Facebook merupakan penyebab utama mereka merasa iri hati dan 36 persen mengaku sering merasa sedih dan iri setelah memakai Facebook. Secara spesifik, melihat aktivitas liburan orang lain di media sosial menyumbang 50 persen perasaan iri.
Harus pintar mengatur manajemen stres. Dia bisa istirahat dulu dari media sosial atau istilah populernya detoks medsos dulu.
”Ini mengungkapkan peran besar platform media sosial dalam kehidupan emosional pengguna,” kata peneliti Peter Buxmann, dikutip dari laman resmi Berlin’s Humboldt University.
Liburan berkualitas
Mulyanto menambahkan, seorang yang berkesempatan berlibur, terlebih bisa berkumpul bersama keluarganya, seharusnya memanfaatkan momen dengan mengurangi penggunaan gawai.
Meski mengabadikan momen liburan termasuk hal menyenangkan, jauh lebih penting lagi untuk menikmati hal-hal di dunia nyata.
”Burn-out (kelelahan fisik dan mental) bisa terjadi kalau jenuh melakukan hal yang sama terus-menerus. Cukup berhenti dan nikmati,” kata Mulyanto.
Temuan lain dari Deka Insight pada 2019 menunjukkan, 93 persen dari 1.120 responden penelitian mereka di Indonesia menggunakan gawai untuk mengambil foto.
Sebanyak 63 persen dari jumlah total responden memakai gawai untuk merekam video dan 63 persen untuk media sosial. Hal ini berarti pengguna gawai di Indonesia lebih senang berbagi momen di media sosial.