Untuk menjadi negara maju, Indonesia membutuhkan sumber daya manusia dengan kemampuan digital yang kompeten.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Pemenuhan sembilan juta orang talenta digital tahun 2030 untuk memajukan perekonomian digital Indonesia terus dipercepat. Mereka diharapkan dapat memperkuat sumber daya manusia Indonesia dalam riset dan pengembangan inovasi teknologi digital.
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko di acara Indonesia Digital Talent Day 2023: Lejitkan Potensi Talenta Digital Menuju Indonesia 2045 yang digelar Huawei Indonesia di Universitas Tarumanagera Jakarta, Rabu (20/12/2023), mengatakan, setiap tahun Indonesia butuh 600.000 orang sumber daya manusia (SDM) dengan kompetensi digital. Perguruan tinggi hanya menghasilkan sekitar 200.000 lulusan per tahun.
”Jadi, perlu kolaborasi besar dengan dunia usaha dan industri. Kami menyambut baik kerjasama bersama Huawei Indonesia untuk menghasilkan lebih dari 100.000 SDM. Pencapaiannya dilaporkan satu tahun lebih cepat dari target semula. Tentunya ini kabar baik. Huawei Indonesia tetap berkomitmen untuk mendukung peningkatan SDM digital Indonesia,” ujar Moeldoko.
Moeldoko memaparkan, sesuai Visi Indonesia 2045, Presiden Joko Widodo memberikan lima arahan untuk menuju transformasi ekonomi Indonesia. Kelima hal tersebut adalah penyiapan SDM, pembangunan infrastruktur, reformasi birokrasi, penyederhanaan regulasi, dan transformasi ekonomi.
Setiap tahun, ada sekitar 2,5 juta angkatan kerja baru. Jika investasi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi tidak sungguh-sungguh dilakukan, Indonesia akan menemui kesulitan. Salah satu upaya yang bisa ditempuh adalah menyiapkan SDM digital berkualitas.
Pemenuhan SDM digital menjadi hal penting. Moeldoko berharap pemuda Indonesia disiapkan untuk mampu adaptif terhadap perubahan, mampu membangun kecepatan di segala lini, berani mengambil risiko, siap menghadapi kompleksitas akibat globalisasi, dan siap merespon kejutan-kejutan akibat kemajuan teknologi baru.
Indonesia tidak bisa lagi mengandalkan sumber daya alam dan upah buruh murah supaya tidak terperangkap sebagai negara ekonomi menengah.
Sementara itu, CEO Huawei Indonesia Guo Hailong menyampaikan, pertumbuhan ekonomi digital Indonesia harus ditopang SDM yang kuat. Sebagai bentuk dukungan, di tahun 2020 Huawei Indonesia menandatangani program kerja sama dengan Kantor Sekretariat Presiden untuk berkontribusi menghadirkan SDM digital.
Huawei Indonesia bermitra dengan 102 universitas melatih lebih dari 27.000 mahasiswa. Peluang magang ataupun peningkatan kemampuan digital juga disediakan. Program peningkatan kapasitas ini akan terus dilakukan tahun depan. ”Kami melaporkan, penyiapan talenta digital sudah melampaui target, yakni sekitar 102.000 orang. Kami ingin membagi kebahagiaan ini dan merayakan momen ini bersama-sama,” kata Guo.
Tidak produktif
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kementerian Pendidikan, Kabudayaan, Riset, dan teknologi Nizam mengatakan, 213 juta penduduk Indonesia merupakan pengguna internet yang 167 juta orang di antaranya adalah pengguna aktif media sosial. Masyarakat Indonesia rata-rata terhubung di internet 7 jam 42 menit setiap harinya, di mana sekitar 1 jam 15 menit bermain gim, 3 jam 15 menit bermedia sosial, dan 2 jam menonton hiburan.
”Sepertiga dari waktu masyarakat Indonesia terhubung internet setiap harinya. Ini bukan angka yang kecil dan memengaruhi produktivitas negara. Kalau separuh dari waktu yang terhubung ke internet dihabiskan untuk kegiatan produktif, tentunya bisa menggerakkan ekonomi digital yang menjadi cita-cita bersama,” papar Nizam.
Menurut Nizam, pengembangan SDM dengan kemampuan digital diperlukan agar Indonesia tidak hanya menjadi konsumen digital yang ”rakus”. Ke depan, SDM digital akan berperan sebagai pencipta produktif yang mendorong perekonomian sehingga masyarakat tidak hanya lagi sekadar konsumen. ”Memang, kini banyak muncul kreator konten untuk memonetisasi ekonomi. Banyak selebgram dan ini diapresiasi. Tapi kita perlu lebih jauh untuk menguasai teknologi, baik sofware maupun hardware,” katanya.
Nizam berharap Huawei bisa berkolaborasi lebih lanjut, tidak sekadar memberikan pelatihan tetapi juga melakukan riset dan pengembangan di Indonesia.
Saat ini, Indonesia membutuhkan akselerasi penguatan SDM digital karena jika mengandalkan lulusan perguruan tinggi tidak akan cukup. Dari sekitar 4.000 perguruan tinggi yang ada sekarang, hanya 1.018 perguruan tinggi yang memiliki program studi teknologi informasi dengan jumlah mahasiswa mencapai 860.000 orang. Setiap tahun, sekitar 200.000 lulusan program sarjana dan diploma dihasilkan.
Salah satu upaya percepatan penguatan SDM digital adalah program mikro kredensial sebagai bagian dari Kampus Merdeka. Program ini memungkinkan mahasiswa berbagai latar belakang keilmuan untuk belajar tentang data science, mahadata, kecerdasan buatan, hingga komputasi awan. Saat ini, 300.000 peserta program Kampus Merdeka menempuh pendidikan terkait kemampuan digital. Mereka belajar langsung di perusahaan digital, kementerian/lembaga pemerintah, dan industri di bidang pengembangan sistem informasi digital.
”Dua hal yang diperlukan untuk bertransformasi dari negara ekonomi menengah ke maju, yakni talenta dan inovasi. Indonesia tidak bisa lagi mengandalkan sumber daya alam dan upah buruh murah supaya tidak terperangkap sebagai negara ekonomi menengah. Karena itu, sangat penting riset dan pengembangan yang menghasilkan inovasi dilakukan lewat kolaborasi perguruan tinggi dan industri,” tutur Nizam,