Eliminasi Kanker Serviks Ditargetkan Tercapai pada 2030
Lebih dari 70 persen kasus kanker di Indonesia ditemukan pada stadium lanjut. Padahal, kanker serviks dapat dicegah dan dideteksi sejak dini.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah menargetkan kanker serviks di Indonesia tereliminasi pada 2030. Untuk mencapai itu, setidaknya 90 persen anak perempuan dan laki-laki telah mendapatkan vaksinasi HPV sebelum usia 15 tahun, 75 persen perempuan usia 30-69 tahun telah ditapis dengan tes DNA HPV, dan 90 persen perempuan dengan lesi kanker serviks mendapatkan terapi.
Demikian disampaikan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam acara peluncuran Rencana Aksi Nasional (RAN) Eliminasi Kanker Leher Rahim di Jakarta, Sabtu (16/12/2023). RAN eliminasi kanker leher rahim tersebut merupakan acuan untuk mengimplementasikan strategi operasional dan kegiatan yang komprehensif untuk mencapai eliminasi kanker leher rahim atau kanker serviks pada 2030.
Budi menyampaikan, upaya eliminasi kanker serviks menjadi prioritas pemerintah karena kasus kesakitan dan kematian yang disebabkan oleh penyakit tersebut cukup tinggi di Indonesia. Pada 2020 tercatat ada 36.633 kasus baru kanker serviks di Indonesia dengan lebih dari separuhnya atau sekitar 21.000 kasus meninggal.
”Jumlah kasus kanker serviks yang dilaporkan ini bisa lebih rendah dari kenyataannya. Kasus yang sebenarnya terjadi bisa tiga kali lipat dari yang dilaporkan. Artinya, bisa jadi ada 100.000 kasus lebih kanker serviks setiap tahun di Indonesia. Kematian pun masih tinggi karena kasus yang terdeteksi sudah pada stadium lanjut, stadium tiga dan empat,” katanya.
Lebih dari 70 persen kasus kanker di Indonesia ditemukan pada stadium lanjut. Padahal, kanker serviks dapat dicegah dan dideteksi sejak dini. Terapi pun bisa diberikan secara optimal jika penanganan diberikan pada stadium awal.
Jumlah kasus kanker serviks yang dilaporkan ini bisa lebih rendah dari kenyataannya. Kasus yang sebenarnya terjadi bisa tiga kali lipat dari yang dilaporkan. Artinya, bisa jadi ada 100.000 kasus lebih kanker serviks setiap tahun di Indonesia.
Untuk itulah, Budi menuturkan, pencanangan RAN eliminasi kanker serviks dapat memperkuat upaya penanganan kanker serviks di masyarakat. Pada 2030, eliminasi kanker serviks ditargetkan bisa tercapai. Hal tersebut sejalan dengan target yang juga ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Strategi
Setidaknya ada tiga strategi utama yang akan dilakukan untuk mencapai eliminasi kanker serviks. Strategi tersebut melalui imunisasi, deteksi dini dengan penapisan di fasilitas kesehatan, dan terapi bagi perempuan dengan lesi prakanker dan kanker serviks.
Terkait imunisasi, pada 2030, ditargetkan 90 persen anak perempuan dan laki-laki berusia di bawah 15 tahun telah mendapatkan imunisasi HPV. Imunisasi HPV bagi remaja putri usia sekolah dasar kelas V dan VI telah dijalankan secara nasional pada 2023.
Sementara vaksinasi pada remaja laki-laki, menurut rencana, akan dijalankan mulai 2028. Remaja laki-laki menjadi sasaran imunisasi karena infeksi virus HPV juga bisa terjadi pada laki-laki. Selain sebagai penyebab kanker serviks, virus HPV juga bisa menyebabkan penyakit lain, seperti kutil kelamin, kanker anal, kanker vagina, kanker orofaring, kanker penis, dan kanker vulva.
Budi menambahkan, pemerintah telah berupaya memastikan vaksin HPV tersedia secara berkelanjutan bagi masyarakat dengan mendorong adanya produksi vaksin di dalam negeri. Vaksin HPV saat ini sudah bisa diproduksi di dalam negeri oleh PT Bio Farma (Persero) dengan produk NusaGard.
Pada upaya deteksi dini, pemerintah akan menargetkan setidaknya 75 persen perempuan usia 30-69 tahun mendapatkan penapisan kanker serviks melalui pemeriksaan DNA HPV setidaknya dua kali. Selama ini, upaya penapisan kanker serviks dilakukan melalui pemeriksaan pap smear dan tes IVA. Namun, kedua pemeriksaan tersebut dinilai kurang efektif karena cara pengambilan sampelnya yang kurang nyaman bagi perempuan. Pemeriksaan dengan pap smear harus dilakukan dengan mengambil sampel pada bagian vagina.
”Tes dengan DNA HPV lebih mudah karena berbasis pemeriksaan PCR. Kita akan gunakan laboratorium PCR yang sudah banyak tersebar di Indonesia. Reagen yang dibutuhkan juga akan diupayakan bisa dibuat di dalam negeri,” ucap Budi.
Pada 2023, pemeriksaan DNA HPV untuk penapisan kanker serviks telah diuji coba di 16 provinsi, termasuk DKI Jakarta. Pada 2024, pemeriksaan HPV berbasis DNA menurut rencana akan dijalankan secara nasional.
Pada intervensi terkait terapi, ditargetkan 90 persen perempuan yang diketahui positif HPV bisa ditangani, baik pada perempuan yang ditemukan dengan lesi prakanker maupun kanker serviks.
Terapi akan tersedia mulai dari terapi dasar di puskesmas hingga terapi lanjutan di rumah sakit. Kementerian Kesehatan telah berencana mendistribusikan alat termal ablasi untuk terapi prakanker di seluruh puskesmas di Indonesia.
Sementara pada kondisi kanker yang harus ditangani di rumah sakit, pemerintah akan segera melengkapi seluruh rumah sakit di 514 kabupaten/kota dengan layanan bedah onkologi. Alat radioterapi juga akan dilengkapi setidaknya di setiap provinsi di Indonesia.
”Kita telah mendapat persetujuan pinjaman dari Bank Dunia sekitar 4 miliar dollar AS. Itu akan kita gunakan untuk melengkapi rumah sakit di setiap provinsi, di 38 provinsi, dengan alat radioterapi,” tutur Budi.
Imunisasi
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu menyampaikan, imunisasi HPV saat ini sudah diterapkan pada anak usia sekolah dasar kelas V dan VI secara nasional. Dari target 90 persen cakupan imunisasi, capaian imunisasi tersebut saat ini baru sekitar 40 persen.
”Cakupan yang terbilang rendah itu terjadi karena program imunisasi yang terkadang bertabrakan dengan liburan sekolah. Selain itu, karena tahun ini baru pertama kali dilakukan secara nasional, baru menyentuh anak kelas V. Diharapkan tahun depan bisa lebih baik dengan sekaligus mencakup anak yang berada di luar sekolah formal,” katanya.
Anak perempuan yang berada di sekolah nonformal atau tidak bersekolah bisa mendapatkan vaksin HPV di posyandu, puskesmas, dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Vaksinasi juga bisa dilakukan di rumah singgah, yayasan atau panti asuhan, dan panti sosial.