JAKARTA, KOMPAS — Kesempatan mahasiswa dan dosen untuk belajar di luar kampus terus ditingkatkan, baik dengan dukungan pemerintah pusat maupun secara mandiri oleh perguruan tinggi. Antusiasme mahasiswa untuk belajar di luar kampus lewat program Kampus Merdeka, misalnya, terus meningkat.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim di acara Vokasifest X Festival Kampus Merdeka yang digelar Kemendikbudristek di Jakarta, Senin (11/12/2023), mengatakan, platform Kampus Merdeka merupakan tempat ”belanja” pengalaman di luar kampus. Sudah ada 1,2 juta mahasiswa dari lebih 1.000 perguruan tinggi yang terdaftar dengan 5.200 mitra industri. Selain itu, sekitar 900.000 mahasiswa telah merasakan belajar di luar kampus lewat program unggulan Kampus Merdeka.
Nadiem mengatakan, salah satu hasil positif dari Kampus Merdeka ialah waktu tunggu mendapatkan kerja yang lebih pendek, dari semula rata-rata 10 bulan menjadi tujuh bulan. Rata-rata gaji juga meningkat, yakni sekitar 2,2 kali lipat.
Presiden Joko Widodo yang hadir di acara tersebut mengatakan, butuh keberanian berinovasi dan menemukan cara baru yang lebih efektif untuk mengembangkan talenta-talenta muda Indonesia. Hal ini diperlukan di tengah perubahan dunia dan disrupsi teknologi yang berlangsung sangat cepat.
”Pendidikan tinggi dan pendidikan vokasi juga punya peran yang penting untuk mengajarkan iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi) yang relevan, yang bisa meningkatkan akses masyarakat untuk menikmati pendidikan yang lebih baik. Tadi disampaikan ada Kampus Merdeka, ada SMA PK (pusat keunggulan),” kata Presiden.
Membuka peluang
Duta Kampus Merdeka Universitas Mulawarman, Samarinda, Kalimantan Timur, Utari W Ardhana mengatakan, para mahasiswa, khususnya dari daerah, antusias untuk mencari pengalaman di luar kampus melalui program Kampus Merdeka.
”Apalagi untuk mahasiswa di daerah, kan, mau dong meningkatkan daya saing. Beruntung ada Kampus Merdeka yang memberikan kesempatan yang sama bagi mahasiswa untuk bisa ikut berbagai program magang dan lainnya. Kuncinya, asal mau terus mencari informasi dan berusaha, kesempatan selalu ada,” tutur Utari.
Mahasiswi sistem informasi semester 5 tersebut di awal tahun 2023 lolos studi independen data engineering di mitra Data Academy. ”Banyak dampak yang saya dapatkan dari ikut studi independen, dari mata kuliah yang enggak pernah diajari, dapat peluang, konsultasi dengan mentor, dan pengembangan ke depan. Saya semakin yakin dengan peningkatan kemampuan saya karena mendapat pengalaman langsung dari industri, tidak sekadar dari dosen,” kata Utari.
Sebagai Duta Kampus Merdeka, Utari menyemangati mahasiswa di kampusnya dan di perguruan tinggi lain. Dia menyebarkan informasi tentang Kampus Merdeka melalui media sosial. ”Saya juga bantu me-review CV teman-teman yang mau ikutan rekrutmen Kampus Merdeka. Saya melihat mahasiswa antusias. Apalagi ikut Kampus Merdeka bisa sampai tiga kali,” ujar Utari.
Kampus Merdeka betul-betul telah dirasakan manfaatnya sehingga perlu dilanjutkan untuk menyiapkan talenta unggul Indonesia.
Antusiasme mengikuti Kampus Merdeka lewat program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) juga ditunjukkan Wa Ode Putri Maharani Tumada, mahasiswa semester 3 Universitas Haluoleo di Kendari, Sulawesi Tenggara. Sejak September lalu, Putri berpindah tempat kuliah di Univesitas Al Azhar Indonesia di Jakarta. Mahasiswa ilmu komunikasi ini mendalami mata kuliah psikologi dan hubungan internasional.
”Saya memang berniat ikut PMM, ingin merasakan kuliah di kampus lain, terutama hidup di kota besar. Saya merasakan sendiri bagaimana perjuangan warga Jakarta dan sekitarnya menghadapi kemacetan setiap harinya, tetapi tetap semangat untuk bekerja,” kata Putri.
Di PMM, Putri belajar, bergaul, dan hidup bersama mahasiswa dari sejumlah daerah di Indonesia. Kesempatan ini menempa mereka terbiasa hidup dalam keberagaman. Mereka pun punya kesempatan untuk menampilkan kebudayaan daerah masing-masing dan berdialog.
Capaian
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kemendikbudristek Nizam mengatakan, Vokasifest X Festival Kampus Merdeka digelar untuk menunjukkan manfaat dan dampak hasil transformasi pendidikan tinggi akademi dan vokasi. ”Kampus Merdeka betul-betul telah dirasakan manfaatnya sehingga perlu dilanjutkan untuk menyiapkan talenta unggul Indonesia,” katanya.
Keberadaan Merdeka Belajar Kampus Merdeka, menurut Nadiem, sudah terlihat dampaknya dan diakui dunia. Salah satunya, terlihat dari peringkat Indonesia di Global Talent Competitiveness Index yang naik 14 peringkat, dari posisi 89 di tahun 2013-2018, menjadi posisi 75 di tahun 2019-2023.
”Indonesia adalah negara kedua yang peringkatnya melompat paling tinggi. Ini sungguh pencapaian yang luar biasa,” kata Nadiem.
Menurut Nadiem, muara Kampus Merdeka ialah untuk menyiapkan generasi hebat agar Indonesia melompat menjadi negara maju, lalu mendorong inovasi dengan mendorong kolaborasi perguruan tinggi dan industri sehingga menghasilkan inovasi yang tidak sekadar purwarupatetapi menjadi produk.
Contohnya, bus listrik Merah Putih kolaborasi PT INKA dan lima perguruan tinggi yang berhasil dimanfaatkan untuk kegiatan G20 tahun lalu. Kini, bus-bus Listrik Merah Putih tersebut dipakai sebagai angkutan umum di Surabaya dan Bandung.
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek Kiki Yuliati mengatakan, pendidikan vokasi harus berpusat pada kepentingan siswa dengan menghadirkan pembelajaran yang relevan. ”Jadi, harus dipastikan, pembelajaran dari kurikulum, cara belajar, hal yang dipelajari yang relevan untuk dihadapi siswa di masa depan. Pendidikan vokasi mendukung lulusan yang siap kerja, wirausaha, dan lanjut studi. Namun, di balik siap kerja, sebenarnya maknanya menyiapkan siswa untuk menghadapi masa depan,” papar Kiki.