Pameran ”Selimut Nusantara” memperkenalkan peradaban Indonesia masa lalu yang menyatu dengan kehidupan modern masa kini.
Oleh
ALOYSIUS BUDI KURNIAWAN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Untuk pertama kali, Indonesia tampil sebagai negara Asia yang berpameran di Museum Louvre di Paris, Perancis, pada 28 November 2023 hingga 3 Januari 2024. Dalam kesempatan ini, Indonesia melalui desainer Edward Hutabarat menyuguhkan pameran bertajuk ”Selimut Nusantara”.
Pameran yang didukung Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi ini menampilkan beberapa macam wastra Nusantara, antara lain tenun ikat dari Sumba dan Timor (Nusa Tenggara Timur), Bali, dan Sumbawa (Nusa Tenggara Barat), juga ulos dan songket (Sumatera).
Edward mengungkapkan, pameran ini bukan sekadar peragaan busana, tetapi upaya untuk memperkenalkan peradaban Indonesia masa lalu yang bisa menyatu dengan kehidupan modern masa kini melalui ”Selimut Nusantara”. ”Masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Merauke menggunakan selimut atau kain. Keistimewaannya, selimut Indonesia bukan sembarang selimut. Fungsinya bukan hanya sebagai penutup tubuh, tetapi juga untuk melengkapi sebuah seremoni,” ucap Edward yang biasa dipanggil Edo, Kamis (30/11/2023), saat dihubungi dari Jakarta.
Menurut Edo, selimut Nusantara dicipta untuk melengkapi berbagai seremoni, mulai dari kelahiran, perkawinan, hingga kematian. Karena itu, selimut atau kain-kain Nusantara tersebut tidak diciptakan begitu saja, tetapi melalui sejumlah tahapan dan aturan.
Setiap hari ada 40.000-an pengunjung di Carrousel Du Louvre.
Yang istimewa lagi, selimut Nusantara dibuat 100 persen dari bahan alami, mulai dari alat tenunnya, benangnya, pewarnaannya. Jadi, bagaimana membuat sesuatu yang klasik itu bisa masuk ke dunia modern? Ada empat poin yang harus kita tekankan, yaitu identitas, kreativitas, kualitas, dan kesederhanaan. Inilah yang saya bawa ke Paris. Inilah modernitas, baik dari sisi klasik maupun kontemporer,” kata Edo.
Perjalanan panjang
Karya-karya Edo yang dipamerkan di Museum Louvre merupakan hasil perjalanan panjangnya berkeliling ke Indonesia selama 24 tahun. Wajah ”Selimut Nusantara” ia tampilkan dalam bentuk foto, film, peragaan busana, dan buku.
”Setiap hari ada 40.000-an pengunjung di Carrousel Du Louvre (bagian di bawah bangunan piramida kaca terbalik Museum Louvre) yang menyebut nama Indonesia di sini. Foto-foto yang saya tampilkan ada yang diambil 15 tahun lalu, juga film-filmnya hasil editing dari 20 tahun-an perjalanan karya saya,” kata Edo dari Paris.
Di Paris, Edo membawa puluhan kain khas Nusantara serta 11 anggota tim pameran. Dari aneka macam wastra yang ditampilkan, 10 persen di antaranya merupakan barang antik dan 90 persen lainnya replika yang ia buat sejak 20 tahun lalu. ”Ini bukan pameran barang antik, tetapi saya berupaya menampilkan masa lalu untuk bisa dipakai pada masa kini, bagaimana masa lalu menginspirasi masa kini,” ujarnya.
Pameran ini mencoba memperkenalkan peradaban Indonesia masa lalu sekaligus masa kini. Menurut Edo, peradaban itu sangat dirindukan oleh orang Eropa karena di situ ada konsep tentang keberlanjutan, ekosistem, ekologi, warna alam, juga tradisi dan kualitas.
Direktur Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek, Hilmar Farid mengatakan, pameran ini menjadi salah satu upaya pengembangan warisan budaya Indonesia, sekaligus diplomasi budaya. ”Kita bangga, kebudayaan Indonesia ditampilkan berkelas di salah satu museum seni terbesar di dunia,” ujarnya.
Saat pembukaan pameran, Selasa (28/11/2023), Franka Makarim, Ketua Bidang 1 OASE KIM, mengungkapkan, apa yang ditampilkan Edo di Paris tersebut baru sebagian kecil dari keragaman karya budaya Indonesia. Masih ada begitu banyak kekayaan budaya lainnya yang luar biasa.
Pameran ”Selimut Nusantara” di Museum Louvre, Paris, dibuka untuk umum mulai 28 November 2023 hingga 3 Januari 2024. Indonesia merupakan negara di Asia yang pertama kali berkesempatan menggelar pameran di museum seni terbesar di dunia ini.