Ayah Bermain dengan Anak, Ibu Pun ”Me Time”
Hari Ayah yang diperingati setiap 12 November jadi pengingat bahwa pengasuhan anak butuh keterlibatan ayah.
Peran ayah dalam pengasuhan tidak kalah penting dari sosok ibu. Para ayah punya cara yang berbeda untuk menunjukkan cintanya pada sang buah hati.
Menyambut Hari Ayah yang diperingati setiap 12 November, pada Sabtu (11/11/2023), para ayah bersama istri masing-masing membawa anak-anaknya hadir di Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta. Untuk merayakan spesialnya peran ayah dalam pengasuhan anak, Keluarga Kita menggelar acara Main Sama Bapak+Me Time Ibu.
Para ayah yang hadir tidak langsung disibukkan dengan kegiatan bermain bersama anak-anak mereka. Justru, acara Main Bersama Bapak dimulai dengan menggiring para bapak untuk duduk lesehan di dalam ruangan yang terpisah dari anak dan ibu. Sekitar satu jam para bapak diajak berdiskusi tentang tantangan menjadi ayah para generasi Alfa yang dipandu Sogi Indra Dhuaja dan Rahmat Hidayat dari AyahASI Indonesia. Sementara itu, para ibu menemani anak bermain aneka permainan di halaman terbuka.
Baca juga : Optimalkan Peran Ayah dalam Pola Asuh Anak
Figur publikyang juga ayah empat anak, Ricky Harun, mengaku keinginannya sederhana saja, bisa menjadi ayah yang baik, yang bermanfaat, dan menjadi teladan buat anak-anaknya. Sebagai seorang ayah, Ricky juga mengkhawatirkan masa depan anak-anaknya dan kondisi keuangan/finansialnya.
”Menghadapi anak-anak sekarang, saya merasa ada beda. Anak ditanya tadi di sekolah belajar apa, jawabnya lupa. Lalu, saya kasih nasihat agar anak-anak mau bercerita supaya saya tahu apa yang mereka alami,” ujar Ricky.
Ricky sendiri tumbuh besar bersama seorang ibu yang sibuk dan sering pergi ke luar kota untuk urusan pekerjaan. Sebagai anak, dirinya mencoba memahami kesibukan ibunya.
Ketika memiliki anak, Ricky pun sempat mengalami hari-hari di mana dia lebih banyak di luar rumah, tidak bersama anak-anak. Namun, dia menyadari kehadiran sosok ayah dibutuhkan anak-anaknya.
Itu sebabnya, di tengah kesibukannya sekarang, Ricky tetap menyediakan waktu untuk anak-anaknya. ”Saat akhir pekan, saya justru sibuk mengantar les keempat anak. Setelah itu, anak bebas berkegiatan, seperti nonton, tapi diatur dan ditemani,” cerita Ricky.
Baca juga : ”Sharenting” Mengubah Pola Pengasuhan Anak
Dimas, ayah dua anak yang tinggal di Tangerang Selatan, Banten, menyatakan, karena pergi pagi dan pulang malam untuk bekerja, ia merasa kekurangan waktu bersama anak-anaknya. Bahkan, di akhir pekan pun terkadang ada pekerjaan yang mengharuskannya tetap ke kantor.
”Rasanya sulit untuk menyeimbangkan waktu. Saat libur mau istirahat, tapi anak-anak menunutut perhatian, mau main bersama. Belum lagi istri yang juga mau ngobrol dan didengarkan. Saya butuh mendapat tips bagaimana membangun ikatan atau bonding dengan anak tanpa merasa capek,” kata Dimas.
Pendiri Keluarga Kita Najelaa Shihab Najeela mengatakan, yang khawatir soal anak bukan hanya ibu. Bahkan, bapak lebih tinggi rasa khawatirnya dibandingkan ibu, tetapi dengan aspek berbeda. Bapak mengkhawatirkan sosialisasi anak, apakah jadi korban perundunganhingga bakal jadi pemimpin atau tidak. Termasuk khawatir tentang aspek finansial.
Para bapak diajak membahas topik ”Jadi Bapak Gen Alpha”, mendiskusikan tantangan serta hal-hal yang perlu dipahami oleh para bapak dari generasi Alfa (anak yang lahir tahun 2013 ke atas), sedangkan para orangtuanya adalah generasi X dan milenial yang punya pengalaman dan karakteristik berbeda dengan generasi ini.
Pertanyaan pemantik utama dalam diskusi itu ialah bapak seperti apa yang dibutuhkan oleh generasi baru ini. ”Bapak istimewa karena punya cara yang berbeda untuk menunjukkan cintanya. Bapak adalah pendidik yang unik peran, kekhawatiran, dan prioritasnya. Bapak dari gen Alpha, khususnya, perlu menjadi panutan positif bagi anak-anaknya, terutama karena tantangan dunia digital dan masalah di masa depan sangat kompleks. Pengasuh utama bukan saja yang ada keluarga inti, tapi juga paman, kakek, kakak, atau tetangga yang peduli pada anak kita, karena pengasuhan urusan bersama,” papar Najelaa.
Kuantitas atau kualitas
Terkait keterbatasan waktu orangtua yang bekerja, kualitas pengasuhan sering kali dinilai lebih penting daripada kuantitas. Menurut Ella, kualitas juga sebenarnya butuh kuantitas waktu, cukup atau tidak sampai di level maksimal yang bisa ayah atau ibu berikan pada anak.
”Perlu untuk punya kuantitas waktu yang cukup dan komitmen. Yang penting ada rutinitas dengan anak, konsisten menunjukkan ke anak bahwa mereka sebagai prioritas,” ujar Ella.
Baca juga : Para Ibu yang Tetap Dapat Berperan Besar
Najelaa menuturkan, jika ayah konsisten memberikan waktu untuk anak, bisa 10 menit bahkan sampai satu jam, anak merasakan kehadiran ayah. ”Lalu, bapak-bapak juga jangan lupa komitmen waktu dengan istri. Jika untuk anak bapak masih bisa memberikan energinya, istri juga butuh dukungan supaya bisa memiliki energi kembali,” tuturnya.
Setelah para bapak mendapatkan pencerahan tentang peran seorang ayah, kegiatan dilanjutkan dengan tur museum. Selain itu, mengelilingi instalasi Pameran Foto Main Sama Bapak yang menghadirkan 30 foto pilihan yang dikurasi dan seleksi oleh komunitas Rabu Motret.
Terdapat 1.391 foto yang masuk ke panitia. Pameran foto ini bertujuan menggugah keluarga di Indonesia untuk semakin menguatkan interaksi dalam keluarga dengan menyaksikan visualisasi dalam foto-foto yang bermakna.
Main Sama Bapak berlangsung 60-90 menit yang terdiri dari 2-3 permainan sambil diiringi lagu-lagu anak sepanjang masa. Semua permainan memiliki tujuan untuk menstimulasi anak sesuai tumbuh kembangnya. Setiap peserta Main Sama Bapak mendapatkan playkit yang berisi alat dan bahan permainan.
Sementara itu, sesi Me Time Ibu berlangsung dalam durasi yang sama, harapannya bapak dan anak dapat bermain bebas tanpa keberadaan ibu. Untuk sesi Me TimeIbu, setiap peserta mendapatkan ”Jurnal Ibu” untuk menuliskan refleksi atas apa yang dirasakan.
Bapak-bapak juga jangan lupa komitmen waktu dengan istri. Jika untuk anak bapak masih bisa memberikan energinya, istri juga butuh dukungan supaya bisa memiliki energi kembali.
Berbarengan dengan Main Sama Bapak, juga berlangsung Me Time Ibu, yaitu sebuah sesi yang mewadahi ”curhat” sesama ibu. Tujuannya, memudahkan ibu menemukan solusi atas tantangan harian di rumah.
Me Time Ibu adalah kegiatan yang dijalankan oleh Rangkul (Relawan Keluarga Kita), yang peran utamanya adalah menggerakkan orangtua untuk saling belajar dari satu sama lain. ”Rangkul mengajak para ibu untuk jadi sumber belajar sesama ibu yang terbukti sangat efektif untuk mengubah perilaku,” tutur Manajer Program Rangkul Siti Nur Andini.
Pada sesi Me Time Ibu ini yang dibahas adalah seputar kebutuhan ibu, seperti manajemen emosi diri, bagaimana mengatasi kelelahan, dan isu-isu harian yang dialami oleh ibu. ”Lumayan banget bisa tarik napas sebentar, bapaknya anak-anak juga happy bisa main sama anak,” kata salah seorang peserta, Lia.
Baca juga : Figur Ibu sebagai Simbol Pemersatu Keluarga
Direktur Keluarga Kita Yulia Indriati menjelaskan, Main Sama Bapak merupakan kegiatan yang diinisiasi Keluarga Kita sejak November 2022. Ide awalnya untuk meningkatkan keterlibatan bapak dalam pengasuhan agar anak tumbuh dan berkembang dengan optimal.
”Sebenarnya, kesadaran dan keinginan bapak untuk lebih turun tangan dalam pengasuhan sudah semakin baik. Peran komunitas dan organisasi pendidikan, seperti AyahASI dan juga Bapak2ID, tentu sangat membantu dalam mengampanyekan ini. Meskipun demikian, aktivitas offline yang lebih menonjolkan dan melibatkan bapak masih perlu diperbanyak,” papar Yulia.