Tumbuh kembang seorang anak sangat dipengaruhi oleh pola asuh yang diberikan orangtua yaitu ibu dan ayah. Hal ini perlu dioptimalkan karena pendidikan pertama anak berawal dari keluarga.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
Kompas/Bahana Patria Gupta
Ilustrasi: Seorang ayah mendampingi anaknya belajar. Pola asuh yang diberikan oleh anak menjadi tanggung jawab orangtua, baik ibu maupun ayah.
JAKARTA, KOMPAS — Proses tumbuh kembang seorang anak sangat dipengaruhi oleh pola asuh yang diberikan orangtua. Artinya, pola asuh ini tidak hanya bergantung pada peran ibu, tetapi juga peran dari ayah. Sayangnya, ayah biasanya kurang terlibat dalam proses tumbuh kembang seorang anak.
Pimpinan Pusat Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) Khofifah Indar Parawansa, yang juga Gubernur Jawa Timur, mengatakan, tugas orangtua dalam mengasuh anak akan berat jika hanya didominasi oleh ibu. Untuk itu, tugas tersebut harus menjadi tanggung jawab bersama antara ibu dan ayah.
”Generasi yang tangguh, kuat dalam iman, sosial, ekonomi, dan pendidikan perlu disiapkan dengan baik oleh orangtua. Orangtua ini bukan hanya ibu, melainkan juga ayah. Hal ini perlu dioptimalkan karena pendidikan pertama anak berawal dari keluarga,” katanya saat terhubung dalam webinar yang diselenggarakan di Jakarta, Selasa (11/8/2020).
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Beberapa anak di wilayah RT 001 RW 010 Kampung Gang Kelor, Kelurahan Menteng, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat, mengikuti pembelajaran sekolah dengan jaringan internet berpemancar nirkabel (Wi-Fi) gratis, Senin (10/8/2020).
Menurut Khofifah, kesadaran orangtua yang menjadi pendidik pertama dan utama bagi anak perlu ditingkatkan. Untuk itu, pengetahuan, sikap, dan keterampilan orangtua dalam melakukan perawatan, perlindungan, pengasuhan, dan pendidikan juga perlu dioptimalkan.
Keluarga yang tangguh cenderung menghasilkan anak yang tangguh pula di masa depan. Dengan begitu, sumber daya manusia di Indonesia akan lebih produktif dan berkualitas. Itu juga yang diperlukan untuk mewujudkan generasi emas pada 2045.
Mengutip data Indeks Pembangunan Manusia secara global, Indonesia berada di peringkat nomor enam di Asia Tenggara. Meski demikian, pertumbuhannya lebih lambat dari China dan Thailand dalam 20 tahun terakhir. Selain itu, daya saing bangsa Indonesia juga kurang baik dengan peringkat ke-50 secara global dan peringkat ke-4 di Asia Tenggara.
Dokter spesialis tumbuh kembang anak, Tubagus Rachmat Sentika, mengatakan, kualitas anak di masa depan sangat dipengaruhi pemenuhan nutrisi dan stimulasi di usia awal kelahiran, khususnya pada 1.000 hari pertama kelahiran. Kapasitas fungsi otak seseorang akan optimal terbentuk sampai usia enam tahun. Setidaknya sampai usia dua tahun, perkembangan otak akan mencapai 80 persen dan meningkat hingga 95 persen sampai usia enam tahun.
”Seribu hari pertama kelahiran adalah periode emas untuk memberikan nutrisi dan stimulasi bagi anak. Itu bisa diberikan dengan ASI eksklusif, makanan pendamping ASI, imunisasi, serta stimulasi tumbuh kembang anak. Untuk itu, pemantauan tumbuh kembang anak juga harus dilakukan secara rutin sesuai periode usianya,” katanya.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Petugas di posyandu wilayah RW 010, Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Jawa Barat, menunjukkan catatan pertumbuhan anak di Kartu Menuju Sehat (KMS), Kamis (6/8/2020).
Asisten Deputi Kesehatan Gizi, Kesehatan Ibu dan Anak, dan Konseling Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan periode 2010-2019, Meida Octariana, mengatakan, penyiapan generasi masa depan akan lebih optimal jika dimulai dari calon ibu. Sebelum memutuskan untuk memiliki anak, calon ibu harus dipastikan tidak mengalami kekurangan gizi.
Ibu yang kurang gizi biasanya rentan memiliki anak dengan persoalan gizi. Selain itu ia juga berisiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah atau bahkan mengalami perdarahan.
”Data di Indonesia saat ini, jumlah wanita hamil yang mengalami anemia hampir mencapai 40 persen. Ini akan menjadi persoalan karena berisiko melahirkan anak dengan persoalan gizi, seperti stunting,” katanya.
Generasi Milenial
Khofifah menambahkan, generasi milenial menjadi generasi penentu masa depan bangsa. Generasi yang lahir pada periode 1980 sampai 2000 ini merupakan ibu ataupun calon ibu yang akan melahirkan anak yang diharapkan menjadi generasi emas pada 2045.
Pada masa pandemi saat ini, peran ibu milenial menjadi semakin besar. Setidaknya, para ibu perlu lebih melek pada teknologi sehingga paham dan bisa membimbing serta memonitor anak-anak dalam penggunaan gawai. Ibu juga sebaiknya bisa mengimplementasikan pola asuh yang arif, positif, efektif, dan transformatif.
”Ibu juga dituntut untuk lebih bisa meningkatkan kedekatan emosional pada anak di masa pandemi. Waktu yang dimiliki saat ini lebih banyak di rumah sehingga bonding (kelekatan ibu dan anak) bisa semakin baik,” katanya.