RS Indonesia di Gaza Kritis, Tiga Sukarelawan Masih Bertahan
Tiga sukarelawan Indonesia masih bertahan di Rumah Sakit Indonesia di Gaza, Palestina, sekalipun serangan Israel membombardir kawasan ini.
Oleh
AHMAD ARIF
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tiga sukarelawan Indonesia masih bertahan di Rumah Sakit Indonesia di Gaza, Palestina, sekalipun serangan Israel membombardir kawasan itu. Di rumah sakit bantuan rakyat Indonesia ini juga dipastikan tidak ada bungker dan terowongan Hamas, sebagaimana dituduhkan oleh Israel.
”Saat ini, ada tiga sukarelawan Indonesia di Rumah Sakit Indonesia di Gaza. Ketiganya bukan dokter. Mohon doanya karena situasi di sana saat ini kritis, terutama setelah sekitar rumah sakit juga dihajar rudal Israel,” kata Ketua Presidium Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) Sarbini Abdul Murad dalam diskusi daring yang diselenggarakan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) pada Jumat (10/11/2023).
Sarbini telah berkomunikasi dengan sukarelawan Indonesia di Gaza. Saat ini, situasi di Gaza merupakan yang terburuk dibandingkan dengan periode sebelumnya. ”Saya hanya bisa berdoa. Mereka bukan hanya mewakili MER-C, tetapi juga mewakili misi kemanusiaan rakyat Indonesia. Mereka menyatakan akan melayani korban sampai di ujung kehidupan walaupun dengan semua keterbatasan,” katanya.
Pada Kamis malam kembali terjadi serangan rudal hingga 15 kali ke sekitar rumah sakit. ”Ini serangan yang kesekian kalinya. Rumah-rumah di sekitar rumah sakit hancur. Saat ini, Israel tidak menggunakan humanitarian law karena rumah sakit juga jadi sasaran serangan. Sebelumnya, RS Al-Ahli juga dihajar. Ini rumah sakit Kristen. Gereja tertua ketiga di dunia juga dihajar, termasuk Rumah Sakit Indonesia,” tutur Sarbini.
Menurut Sarbini, sebelum Israel melakukan pengeboman, mereka membangun narasi seolah ada bungker Hamas di Rumah Sakit Indonesia. ”Padahal, kami ikut bangun RS Indonesia dari A sampai Z, semua tukangnya orang kita. Memang, saat konstruksi menggunakan alat berat mereka. Tetapi, di desain gambar tidak ada terowongan dan bungker. Rumah sakit ini adalah sumbangan kemanusiaan rakyat Indonesia,” kata Sarbini yang turut membuka jalur bantuan Indonesia ke Gaza pada akhir tahun 2007.
Rumah Sakit Indonesia ini berada di Bait Lahiya, Kegubernuran Gaza Utara, Palestina, yang perencanaannya dilakukan sejak Januari 2009 dan proses pembangunan dimulai pada Mei 2011. ”Rumah Sakit Indonesia berada di dekat perbatasan Israel. Itu sengaja dibangun di sana karena pertempuran paling banyak di sana, tetapi minim rumah sakit. Akhirnya, sekarang jadi RS terbesar kedua di Gaza dan jadi andalan penduduk di sana,” kata Sarbini.
RS Indonesia ini kondisinya tidak layak lagi. Dari lantai 1 sampai 4 penuh korban karena rumah sakit yang aktif di sana tinggal dua.
Sebelumnya, lewat rekaman video, Direktur RS Indonesia di Gaza Atef al-Kahlout memohon Pemerintah Indonesia menekan semua pihak agar mendesak Israel menghentikan serangan ke Gaza. ”Menghentikan ancaman mereka (Israel) menyerang Rumah Sakit Indonesia,” ujarnya dalam video yang disiarkan pada Senin (6/11/2023).
Ia juga berharap Pemerintah Indonesia memberikan perlindungan penuh kepada seluruh pekerja, pasien, dan para pengungsi di RS. Kini, ada 5.000 orang berada di RS itu.
Kondisi kritis
Di samping itu, banyak pasien dilaporkan mengalami infeksi karena kekurangan obat-obatan. ”Kekhawatiran saya berikutnya akan terjadi wabah kolera karena fasilitas MCK (mandi, cuci, kakus) juga bermasalah. Obat saja susah,” ujar Sarbini.
Idrus Paturusi, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, yang pernah bertugas dalam sejumlah misi kemanusiaan Indonesia di luar negeri, mengatakan, saat ini banyak dokter Indonesia yang siap jadi sukarelawan ke Palestina. Meski demikian, situasi saat ini di Gaza jauh lebih berat dari misi-misi kemanusiaan sebelumnya.
”Kita sudah kirim obat-obatan melalui Palang Merah Indonesia cukup banyak, tetapi belum tentu bisa masuk. Situasi di Gaza sekarang sangat mengkhawatirkan, sudah lebih dari 10.000 orang meninggal,” katanya.