Berisiko Tertelan, Jauhkan Koin dan Baterai dari Jangkauan Anak
Rasa ingin tahu yang tinggi sering kali membuat anak ingin memasukkan suatu benda ke dalam mulut.
Kasus anak-anak yang tidak sengaja menelan benda asing cukup tinggi. Terkadang benda yang bagi orang dewasa dianggap remeh itu justru berbahaya bagi anak. Rasa penasaran yang tinggi sering kali membuat anak ingin menyentuh atau bahkan merasakan benda tersebut.
Ketika anak mencoba memasukkan benda asing tersebut ke dalam mulut, tidak jarang juga membuat benda tersebut tidak sengaja tertelan. Berbagai dampak bahaya bisa terjadi, mulai dari tersangkut di kerongkongan sampai mengakibatkan infeksi dan perdarahan.
Salah satu kasus yang cukup sering dilaporkan adalah anak yang tidak sengaja menelan uang koin. ”Jenis uang koin yang paling sering tertelan adalah koin Rp 500 berwarna kuning atau uang koin Rp 1.000 yang baru. Beratnya yang ringan membuat koin ini mudah tertelan. Sangat berbahaya jika kondisi ini tidak segera diketahui oleh orangtua,” ujar anggota Unit Kerja Koordinasi Gastrohepatologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Ariani Dewi Widodo, dalam seminar media IDAI yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis (9/11/2023).
Baca juga: Perluas Intervensi Kesehatan Anak sejak Kehamilan Ibu
Kasus tertelannya benda asing pada anak umumnya terjadi secara tidak sengaja. Sebagian besar kasus terjadi pada anak di bawah usia lima tahun. Data American of Poison Control Centers pada 2019 melaporkan setidaknya ada 94.051 kasus ingesti atau proses penelanan benda asing. Dari jumlah itu, 67.186 kasus terjadi pada anak usia di bawah lima tahun.
”Dari kasus anak yang paling rentan terjadi pada anak usia 0-3 tahun, spesifiknya di atas usia enam bulan. Itu karena anak di bawah enam bulan belum mengerti meski ada kejadian anak di bawah enam bulan yang menelan benda asing,” tuturnya.
Pada sejumlah kasus, anak yang tidak sengaja menelan benda asing akan menunjukkan gejala, baik langsung maupun tidak langsung. Gejala itu seperti sulit menelan (disfagia), sakit saat menelan (odinofagia), nyeri dada retrosternal, suara meninggi ketika menarik dan mengembuskan napas (stridor), air liur yang keluar dengan sendirinya (hipersalivasi), nyeri dada atau perut, mengi, dan sesak napas (dispnea).
Ketika gejala-gejala tersebut muncul, orangtua harus segera membawa anak ke fasilitas kesehatan. Orangtua pun harus tetap langsung membawa anak ke fasilitas kesehatan ketika anak menelan benda asing sekalipun tidak menunjukkan gejala.
Tindakan awal yang salah dalam penanganan justru bisa semakin membahayakan anak. Khusus pada kasus tersedak, ketika ada benda asing tersangkut di kerongkongan, tindakan heimlich maneuver atau tekanan paksa pada perut bisa dilakukan untuk mengeluarkan benda yang tersangkut. Orangtua diharapkan bisa memiliki kemampuan melakukan tindakan tersebut agar anak bisa segera ditangani.
Pastikan juga bagian rumah yang mudah dijangkau anak harus dibersihkan, termasuk sela-sela di bawah lemari atau kasur.
Namun, pada kasus benda asing berbentuk cairan, sebaiknya tidak dilakukan intervensi apa pun. Respons yang paling berbahaya, tetapi sering kali tidak diketahui oleh orangtua adalah membuat anak memuntahkan kembali cairan, seperti sabun atau cairan asam sulfat (aki), yang tidak sengaja tertelan.
”Ketika cairan berbahaya itu tertelan, itu sudah terjadi kontak dengan organ tubuh yang menyebabkan kerusakan pada organ tersebut. Jika dipaksa untuk dimuntahkan, itu berarti cairan tadi kembali berkontak dengan organ yang dilewati. Risiko kerusakan yang terjadi bisa lebih berat,” kata Ariani.
Karena itu, ia menuturkan, ketika orangtua tahu anaknya menelan benda asing, terutama dalam bentuk cair, harus segera bawa ke rumah sakit. Fasilitas kesehatan memiliki kemampuan untuk bisa menetralkan cairan tersebut tanpa merusak jaringan pada tubuh.
Benda asing
Terdapat berbagai macam benda asing yang bisa tertelan oleh anak, baik benda asing berbentuk padat maupun benda asing berbentuk cair. Jenis benda padat yang sering tertelan oleh anak, antara lain, baterai, koin, magnet, dan benda tajam, seperti kaca dan tulang ikan. Sementara jenis benda cair yang juga sering tertelan, antara lain, cairan sabun, cairan asam sulfat (seperti air aki), minyak tanah, dan soda api.
Baca juga: Perlunya Pemenuhan Kesehatan Mental Ibu demi Tumbuh Kembang Anak
Setiap benda asing yang tertelan dan masuk ke dalam tubuh memiliki bahaya yang berbeda-beda. Penanganannya pun berbeda tergantung pada ukuran benda asing dan letak benda asing yang masuk ke dalam tubuh.
Pada tahap awal, dokter atau tenaga kesehatan akan melakukan penilaian untuk mengetahui kondisi anak. Sejumlah pertanyaan akan dilontarkan dari dokter untuk mengetahui sifat dari benda yang tertelan, jumlah, kapan waktu benda tersebut tertelan, serta penyebab benda asing tersebut tertelan. Setelah itu dilakukan pemeriksaan fisik.
Ariani menyebutkan, baterai menjadi salah satu benda asing yang cukup banyak dilaporkan tidak sengaja tertelan oleh anak. Kasus morbiditas atau kesakitan serta mortalitas atau kematian terkait kasus yang tidak sengaja menelan baterai semakin banyak dilaporkan seiring semakin banyaknya penggunaan baterai dengan diameter kecil dan baterai berbahan litium.
”Risiko cedera akibat tidak sengaja menelan baterai lebih besar hampir tiga kali lipat pada baterai baru dibandingkan dengan baterai yang sudah habis. Cedera masih bisa terjadi meski baterai sudah tidak ada di tubuh,” katanya.
Dari berbagai benda asing yang masuk ke dalam tubuh, sebagian besar yang masuk dalam saluran pencernaan bisa dikeluarkan secara spontan. Namun, 10-20 persen kasus memerlukan pengangkatan endoskopi dengan memasukkan alat khusus ke dalam organ tubuh. Jika pengangkatan endoskopi tidak berhasil, pembedahan pun harus dilakukan. Risiko kematian pun bisa terjadi akibat kasus menelan benda asing tersebut.
Pencegahan
Itu sebabnya, kewaspadaan akan risiko anak menelan benda asing harus ditingkatkan. Langkah yang paling efektif dilakukan adalah mencegah anak bisa menjangkau benda-benda asing yang berbahaya.
Membersihkan rumah secara berkala sangat penting untuk dilakukan. Pastikan juga bagian rumah yang mudah dijangkau anak harus dibersihkan, termasuk sela-sela di bawah lemari atau kasur.
Bagian tersebut sering tidak diperhatikan oleh orangtua karena berada di bagian bawah. Namun, pada bagian tersebut yang justru paling mudah dijangkau oleh anak, terutama pada anak bawah satu tahun yang masih berjalan merangkak.
Benda-benda berukuran kecil dan berbahaya juga harus disimpan di tempat yang aman. Jika perlu simpan benda tersebut di tempat yang tertutup dan terkunci.
”Cairan berbahaya jangan ditempatkan di botol air mineral atau botol air minum. Sering kali kesalahan terjadi dengan tidak sengaja meminum benda cair berbahaya tersebut. Tidak hanya pada anak, ini juga bisa berbahaya bagi orang dewasa,” tutur Ariani.
Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia Piprim Basarah Yanuarso menuturkan, kesadaran orangtua mengenai bahaya anak yang menelan benda asing sangat diperlukan. Orangtua perlu tahu apa saja yang harus dilakukan ketika anak menelan benda asing. Selain itu, mencegah agar jangan sampai anak menelan benda asing juga jauh lebih penting.
Baca juga: Pengasuhan yang Tepat Memaksimalkan Potensi Anak
Risiko bisa terjadi kapan pun. Rasa ingin tahu anak yang tinggi perlu juga disertai dengan kewaspadaan yang tinggi dari orangtua dan orang yang terdekat dengan anak. Langkah untuk menjauhkan anak dari jangkauan benda asing berbahaya merupakan hal yang terbaik untuk mencegah risiko bahaya dari menelan benda asing.