Perlunya Pemenuhan Kesehatan Mental Ibu demi Tumbuh Kembang Anak
Perhatian terhadap kesehatan anak dan ibu masih terbatas pada kesehatan fisik. Kondisi kesehatan mental ibu masih belum banyak mendapat perhatian.
Oleh
NASRUN KATINGKA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS – Kondisi kesehatan mental ibu perlu mendapat perhatian secara maksimal. Selama ini, perhatian pada ibu masih terbatas pada kesehatan fisik. Padahal, perhatian pada kesehatan ibu secara menyeluruh akan berdampak baik dalam pengasuhan anak.
”Perhatian kesehatan ibu dan anak masih fokus pada kesehatan fisik saja. Perhatian pada kesehatan mental belum sepenuhnya diperhatikan dengan merata,” kata Ketua komunitas Wanita Indonesia Keren (WIK) Maria Ekowati saat sosialisasi Model Promosi Kesehatan Jiwa Berbasis Posyandu dan Pendamping Keluarga di Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (22/7/2023).
Model promosi kesehatan jiwa di layanan kesehatan primer ini merupakan upaya intervensi kesehatan mental ibu dari WIK bekerja sama dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang diinisiasi sejak Juni 2023.
Maria mengungkapkan, kesehatan mental ibu saat kehamilan dan pascamelahirkan sangat berpengaruh dalam pengasuhan pada anak. Masalah ini perlu diintervensi dengan pendekatan di tingkat komunitas, yakni posyandu dan pendamping keluarga.
Selama ini, kata Maria, aspek kesehatan mental ibu di fasilitas kesehatan dasar dan para pendamping keluarga masih luput diperhatikan. Hal tersebut terlihat dari masih tingginya persentase ibu depresi saat masa kehamilan dan setelah melahirkan. Dia menyebut, dalam riset skala nasional WIK, ada 50-70 persen ibu di Indonesia yang mengalami gejala baby blues atau depresi setelah melahirkan.
Maria menjelaskan, kondisi baby blues ini dapat terjadi karena berbagai faktor, seperti faktor hormonal dan hubungan rumah tangga. Hal ini akan memengaruhi pola pengasuhan ibu kepada anaknya. ”Kesehatan mental ibu bisa berpengaruh pada kondisi saat menyusui anak,” ujarnya. Data Health Collaborative Center 2022 menunjukkan, 6 dari 10 ibu menyusui di Indonesia tidak bahagia.
Perhatian kesehatan ibu dan anak masih fokus pada kesehatan fisik saja. Perhatian pada kesehatan mental belum sepenuhnya diperhatikan dengan merata.
Pengasuhan anak
Bertepatan dengan perayaan Hari Anak Nasional 2023, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak I Gusti Ayu Bintang Darmawati mengungkapkan, perhatian pada mental ibu akan berimplikasi pada keluarga yang harmonis sehingga anak akan mendapatkan pengasuhan yang berkualitas.
Dia menyebut, intervensi seperti ini menjadi bentuk kepedulian semua pihak dalam memastikan anak mendapatkan haknya. Pemenuhan hak anak, lanjut Bintang, untuk memastikan generasi berkualitas Indonesia di masa depan.
”Kesehatan mental ibu harus menjadi tanggung jawab bersama. Posyandu dan pendamping di keluarga juga harus memastikan kesehatan mental ibu,” kata Bintang.
Salah satu daerah yang mulai memberikan perhatian pada kesehatan mental ibu ialah Kota Semarang. Model intervensi kesehatan mental tersebut mulai dilakukan di rumah penitipan yang diberi nama Rumah Penanganan Stunting Lintas Sektor bagi Baduta (Rumah Pelita). Di Rumah Pelita, selain anak, ibu juga mendapat pendampingan tentang mental dan edukasi pengasuhan anak.
Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu mengatakan, Rumah Pelita menjadi bagian intervensi pada kesehatan bayi dan ibu secara menyeluruh. Bukan saja perhatian pada keadaan fisik anak, mental ibu juga menjadi perhatian kader di Rumah Pelita.
Hal tersebut juga menjadi ikhtiar Kota Semarang dalam mempercepat penurunan angka stunting atau tengkes. Semarang menjadi salah satu daerah dengan penurunan stunting yang cukup berhasil. Prevalensi stunting turun dari 21,3 persen pada 2021 menjadi 10,4 persen pada 2022.