Perluas Intervensi Kesehatan Anak sejak Kehamilan Ibu
Ibu yang kekurangan gizi kemungkinan besar akan melahirkan anak yang akan mengulangi siklus kekurangan gizi tersebut pada generasi berikutnya. Maka, intervensi masalah gizi pada anak harus dimulai dari Ibu.
Oleh
AHMAD ARIF
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Anak-anak yang pertumbuhannya mulai terhambat sebelum berusia enam bulan lebih besar kemungkinannya untuk meninggal atau mengalami gangguan pertumbuhan parah pada saat mereka berusia 18 hingga 24 bulan. Riset terbaru merekomendasikan agar intervensi kesehatan masyarakat memperluas fokus mereka untuk mencakup anak-anak di bawah usia 6 bulan dan ibu hamil.
Dalam tiga makalah ilmiah yang diterbitkan di Nature pada Rabu (13/9/2023), para peneliti menawarkan pandangan komprehensif tentang bagaimana kenyataan buruk yang dialami jutaan anak di negara-negara Selatan, khususnya Asia.
Pada 2022, satu dari lima anak di seluruh dunia, hampir 150 juta, tidak mendapatkan cukup kalori untuk tumbuh normal dan lebih dari 45 juta anak menunjukkan tanda-tanda kurus atau berat badannya terlalu kecil dibandingkan dengan tinggi badan mereka. Lebih dari satu juta anak meninggal setiap tahunnya akibat wasting dan lebih dari 250.000 anak meninggal karena stunting atau tengkes.
Orang-orang yang mengalami tengkes dan wasting di masa kanak-kanak juga berisiko mengalami perkembangan kognitif yang lebih buruk, yang berarti dampak ekonomi yang lebih buruk ketika mereka dewasa.
Tengkes menunjukkan malnutrisi kronis, sedangkan wasting menandakan malnutrisi akut. Komunitas kesehatan global menggunakan kedua indikasi tersebut untuk memantau kemajuan dalam mengakhiri malnutrisi.
”Anak-anak yang pertumbuhannya mulai terhambat sebelum mereka berusia enam bulan lebih besar kemungkinannya untuk meninggal dan lebih besar kemungkinannya mengalami gangguan pertumbuhan yang parah pada saat mereka berusia 18 hingga 24 bulan,” kata penulis senior makalah tersebut, Benjamin Arnold, profesor di Francis I Proctor Foundation UCSF.
Menurut Arnold, terdapat rentang waktu yang sangat sempit untuk melakukan intervensi pada anak. ”Idealnya (intervensi) pada periode prenatal. Hal ini juga menunjukkan bahwa intervensi yang lebih luas diperlukan untuk meningkatkan gizi di kalangan wanita usia subur,” katanya.
Dipengaruhi musim
Analisis tersebut melibatkan lebih dari 100 peneliti internasional yang dipimpin oleh UC Berkeley. Mereka meneliti data hampir 84.000 anak di bawah dua tahun dari 33 penelitian besar yang dimulai antara tahun 1987 dan 2014. Penelitian tersebut berasal dari 15 negara di Asia Selatan, Subsahara Afrika, Amerika Latin, dan Eropa Timur.
Dampak malnutrisi terlihat di wilayah dengan sumber daya terbatas. Akan tetapi, beban ini paling parah terjadi di Asia Selatan, dengan 20 persen anak-anak mengalami tengkes saat lahir dan lebih dari 52 persen mengalami wasting pada ulang tahun kedua mereka, menurut perkiraan baru yang diberikan oleh penelitian ini.
Para peneliti mengamati perubahan musiman yang besar dalam wasting yang bertepatan dengan curah hujan, kemungkinan besar mencerminkan kerawanan pangan musiman di tempat-tempat di mana masyarakatnya bergantung pada tanaman sebagai sumber gizi utama mereka.
Anak-anak yang pertumbuhannya mulai terhambat sebelum mereka berusia enam bulan lebih besar kemungkinannya untuk meninggal dan lebih besar kemungkinannya mengalami gangguan pertumbuhan yang parah pada saat mereka berusia 18 hingga 24 bulan.
Pada kelompok di Asia Selatan, anak yang lahir pada Mei jauh lebih mungkin mengalami gizi buruk dibandingkan dengan anak yang lahir pada Januari. Hal ini terutama disebabkan oleh ketersediaan makanan musiman dan status gizi ibu selama kehamilan.
”Ketika seorang anak dilahirkan, mereka dapat mengalami perkembangan yang sangat berbeda dalam hal pertumbuhan,” kata Arnold.
Meskipun beberapa anak dapat mengejar kemajuan dalam kesehatan dan gizi mereka, gangguan pertumbuhan dini yang terungkap dalam penelitian ini menunjukkan bahwa intervensi kesehatan masyarakat harus memperluas fokus mereka untuk mencakup anak-anak di bawah usia 6 bulan dan ibu hamil.
Intervensi lebih awal
Saat ini, sebagian besar intervensi gizi pada anak dimulai setelah usia sekitar enam bulan yang sering kali mencakup suplementasi nutrisi dan program kesehatan masyarakat tidak ingin mengganggu pemberian air susu ibu (ASI).
“Temuan kami menunjukkan bahwa jika intervensi kesehatan tidak diberikan sebelum usia enam bulan, maka sudah terlambat untuk mencegah terhambatnya pertumbuhan bagi sekitar sepertiga anak-anak dalam populasi yang diwakili dalam penelitian ini dan sebanyak separuh anak-anak di Asia Selatan,” kata Jade Benjamin-Chung, penulis pertama makalah dalam seri ini dan asisten profesor di Stanford University.
Makalah ini juga menyoroti perlunya memberikan dukungan nutrisi dan kesehatan kepada perempuan sebelum konsepsi dan untuk melanjutkan dukungan tersebut selama dan setelah kehamilan. Dalam studi tersebut, para peneliti mengamati bahwa ibu yang kekurangan gizi kemungkinan besar akan melahirkan anak yang akan mengulangi siklus kekurangan gizi tersebut pada generasi berikutnya.
”Malnutrisi pada usia dini menimbulkan permasalahan yang dapat terjadi dari generasi ke generasi,” kata Andrew Mertens, dosen di UC Berkeley dan salah satu penulis pertama makalah tersebut. ”Intervensi segera sangat penting, tetapi kita juga memerlukan investasi berkelanjutan dalam pembangunan dan program kesehatan masyarakat serta gizi untuk memutus siklus ini. Dukungan selama 1.000 hari pertama kehidupan sangat berarti bagi individu dan masyarakat secara keseluruhan.”