Temulawak Dimanfaatkan sebagai Terapi Pendamping Pasien TBC
Kandungan ”curcumin” pada temulawak memiliki efek hepatoprotektif untuk membantu pencegahan kerusakan hati akibat konsumsi obat pada pasien TBC. Untuk itu, temulawak dapat menjadi terapi pendamping pada pasien TBC.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
REGINA RUKMORINI
Temulawak kering produksi warga Desa Karangrejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
JAKARTA, KOMPAS — Obat yang dikonsumsi oleh pasien tuberkulosis dapat memberikan efek samping berupa gangguan pada fungsi hati. Pemberian temulawak patut dipertimbangkan sebagai terapi pendamping dengan fungsi hepatoprotektor atau pelindung organ hati dari kerusakan akibat konsumsi obat.
Dokter spesialis paru dari Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan, Fanny Fachrucha, menyampaikan, tiga dari empat kombinasi obat yang dikonsumsi pasien tuberkulosis memiliki efek samping pada gangguan fungsi hati, yakni Isoniazid, Rifampicin, dan Pyrazinamide. Risiko tersebut semakin besar karena obat tersebut harus diminum secara rutin minimal selama enam bulan.
”Sekitar 10-20 persen pasien tuberkulosis mengalami efek samping hepatotoksik (gangguan fungsi hati akibat konsumsi obat). Pemberian hepatoprotektor seperti curcumin yang terkandung pada temulawak dapat dipertimbangkan sebagai terapi pendamping,” katanya dalam acara bincang-bincang yang diadakan Soho di tengah rangkaian acara peringatan Hari Kesehatan Nasional 2023 di Jakarta, Kamis (9/11/2023).
Fanny menyebutkan, kandungan curcumin pada temulawak sekitar 2,6-13,6 persen. Kandungan curcumin tersebut yang memiliki efek hepatoprotektor yang dapat membantu mencegah kerusakan hati, baik kerusakan dini maupun lanjut.
DEONISIA ARLINTA
Manfaat temulawak yang dipresentasikan dokter spesialis paru dari RS Umum Pusat Persahabatan, Fanny Fachrucha, dalam acara bincang-bincang yang diadakan Soho di Jakarta, Kamis (9/11/2023).
Itu sebabnya, pemberian suplemen yang mengandung curcumin biasanya akan diberikan pada pasien tuberkulosis, terutama pada pasien berisiko seperti pasien lanjut usia dan pasien dengan komorbid gangguan fungsi hati. Pemberian suplemen bisa dihentikan setelah terapi tuberkulosis selesai diberikan.
”Konsumsi suplemen ini bisa dilanjutkan sesuai dengan anjuran dokter. Curcumin memiliki manfaat lain, seperti antioksidan, antiinflamator, antikanker, antibakteri, dan meningkatkan daya tahan tubuh,” ujar Fanny.
Curcumin memiliki manfaat lain, seperti antioksidan, antiinflamator, antikanker, antibakteri, dan meningkatkan daya tahan tubuh.
Ia menambahkan, kandungan curcumin memiliki bioavailabilitas atau laju penyerapan pada tubuh yang rendah, hanya sekitar 1 persen. Hal itu disebabkan curcuminoid termetabolisme dengan cepat di hati serta daya serap yang cepat di dinding usus.
Karena itu, suplemen curcumin umumnya akan dipadukan dengan ekstrak lada hitam (Piper nigrum). Piperine yang terkandung dalam lada hitam dapat meningkatkan bioavailabilitas curcumin hingga 2.000 persen.
Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia Inggrid Tania menyampaikan, temulawak merupakan tanaman obat asli Indonesia yang memiliki berbagai manfaat kesehatan. Temulawak dengan nama latin Curcuma xanthorrhiza bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan pencernaan, meningkatkan kekebalan tubuh, memperbaiki nafsu makan, dan memelihara fungsi hati.
KOMPAS/PETRUS RADITYA MAHENDRA YASA
Potongan temulawak yang dalam proses pengeringan sebagai salah satu bagian tanaman herbal di Tembalang, Kota Semarang, Jawa Tengah, Selasa (4/8/2020). Berbagai jenis empon-empon, antara lain temulawak, temugiring, jahe, dan kunyit, dalam dua bulan ini menjadi komoditas yang banyak diburu oleh produsen pengolahan industri herbal.
Pada masa pandemi Covid-19, temulawak menjadi salah satu bahan herbal yang direkomendasikan untuk meningkatkan daya tahan tubuh untuk melawan penularan virus korona baru. Penggunaan temulawak secara empiris telah digunakan secara turun-temurun untuk mengatasi berbagai keluhan kesehatan.
”Temulawak juga dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki nafsu makan anak. Kandungan pada temulawak dapat melancarkan proses pencernaan dan penyerapan lemak di usus sehingga berperan signifikan untuk membantu mengatasi nafsu makan anak,” kata Inggrid.
Ia menuturkan, temulawak bersifat kolerektik yang mampu mempercepat sekresi atau pelepasan empedu. Hal itu dapat mengoptimalkan kerja enzim pencernaan serta mempercepat pengosongan lambung. Pelepasan berbagai hormon sebagai efek konsumsi temulawak juga dapat meregulasi peningkatan nafsu makan.
Vice President Research and Development Regulatory and Medical Affairs Soho Global Health Raphael Aswin Susilowidodo mengatakan, besarnya manfaat temulawak bagi kesehatan turut mendorong industri untuk meneliti dan mengembangan produk berbasis temulawak. Pengembangan pun dilakukan sejak dari proses penanaman.
”Riset telah kita lakukan dan kembangkan untuk memastikan temulawak yang ditanam memenuhi standar yang dibutuhkan. Produk yang baik tentu sangat dipengaruhi dari bahan baku yang baik dan terstandar,” katanya.
TOTOK WIJAYANTO
Warga pengurus kelompok wanita tani Teratai RW 005, Sunter Agung, Tanjung Priok, Jakarta Utara, mengolah hasil tanaman empon-empon untuk dijadikan serbuk minuman, Minggu (7/2/2021). Kelompok wanita tani tersebut mengelola lahan seluas sekitar 400 meter persegi untuk ditanami berbagai jenis sayuran.
Secara terpisah, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam pembukaan Pameran Inovasi dan Teknologi Kesehatan dalam Transformasi Kesehatan menuturkan, temulawak akan semakin dikembangkan sebagai tanaman obat unggulan asli Indonesia. Penelitian diharapkan bisa semakin dikembangkan untuk menghasilkan produk berbahan dasar temulawak.
”Syukur-syukur (temulawak) bisa seperti ginseng. Butuh banyak penelitian agar manfaat temulawak bisa dikaji. Butuh bantuan industri farmasi juga untuk promosi dan paketkan (temulawak) ini sebagai obat yang bagus,” tuturnya.