Para periset didorong untuk meneliti kekayaan bahasa di Indonesia. Saat ini ada 718 bahasa daerah, kondisinya semakin mundur.
Oleh
STEPHANUS ARANDITIO
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Konferensi Dwitahunan Bahasa dan Sastra Internasional atau BCLL 2023 yang digelar oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional mendorong para periset untuk melakukan penelitian pada permasalahan bahasa daerah yang semakin terancam punah. Dari riset itu nantinya akan disusun strategi atau solusi revitalisasi bahasa agar kekayaan bahasa tetap terjaga.
Kepala Organisasi Riset Arkeologi, Bahasa, dan Sastra (OR Arbastra), BRIN, Herry Jogaswara, mengatakan, pihaknya sudah berkomitmen untuk berperan sebagai penyuplai rekomendasi kebijakan pembangunan, sebagai lembaga yang melakukan riset, dan lembaga yang memberikan fasilitasi pendanaan riset. Termasuk jika peneliti tersebut membutuhkan kolaborasi dengan peneliti asing.
”Ke depannya riset bahasa dan sastra kita akan sangat kuat. Peneliti kami tersebar di 34 kota, ini kekuatan. Saya ingin ada peneliti di Maluku yang menjadi rujukan riset bahasa di Maluku, begitu pula di Kalimantan, dan sebagainya,” kata Herry, Jumat (3/11/2023).
Dalam konferensi tiga hari ini, para periset bahasa dan sastra membahas berbagai temuan, terobosan, dan ilmu pengetahuan dari berbagai penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan, serta invensi dan inovasi penyelenggaraan riset tentang keragaman budaya peradaban Nusantara sebagai jati diri bangsa. Konferensi ini menyajikan 255 artikel dari 451 abstraksi yang mencakup berbagai tema, meliputi bahasa dan sastra, manuskrip, literasi, dan tradisi lisan; bahasa dan gerakan literasi; serta sejarah keagamaan.
Kepala Pusat Riset Bahasa, Sastra, dan Komunitas (PR BSK) OR Arbastra, BRIN, Ade Mulyanah berharap para periset bisa berkompetisi secara sehat demi kemajuan bahasa dan sastra Indonesia.
Hasil diseminasi riset dari BRIN dan mitra ini akan dipublikasikan di jurnal internasional jika sudah layak publikasi dan juga dimasukkan ke jurnal nasional melalui jurnal Sinta 1-6 agar bisa dibaca masyarakat Indonesia. ”Risetnya harus bisa memberikan manfaat bagi masyarakat, periset lain, dosen, serta pegiat literasi yang memiliki minat di bidang bahasa dan sastra,” kata Ade.
Menurut Kepala BRIN Laksana Tri Handoko, selain sumber daya alam, kekayaan bangsa Indonesia lainnya adalah kebudayaannya yang di dalamnya terdapat bahasa, sastra, arkeologi, dan sebagainya. Oleh karena itu, bahasa dan sastra bisa diinovasikan ke dalam budaya populer saat ini. Misalnya dengan memasukkan bahasa Indonesia yang baik dan benar ke dalam sistem gim daring, termasuk mengaplikasikan karakter dan kebudayaan lokal di dalamnya.
”Mereka ambil kakinya, mukanya, untuk dijadikan karakter-karakter baru. Dari koleksi digital artefak-artefak, diambil gambar pedangnya. Berikutnya, koleksi suara dari bahasa-bahasa kita dengan menciptakan suara memakai AI untuk mereproduksi, merekayasa suara, misalnya untuk zaman dahulu,” kata Handoko saat membuka BCLL 2023, Rabu (1/11/2023).
Ketua Asosiasi Pengajar dan Pegiat Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (APPBIPA), Liliana Muliastuti, menambahkan, APPBIPA terus memperjuangkan program penginternasionalan bahasa Indonesia sejak 2009. Menurut dia, Indonesia bisa melakukan hal yang sama seperti Korea Selatan yang menjadikan bahasa mereka mendunia melalui gelombang budaya Korea (Korean Wave atau Hallyu).
Namun, Hallyu 1.0 yang muncul tahun 1997 dan berlangsung sampai 2007 adalah suatu gelombang budaya yang dibangun bertahun-tahun melalui pemikiran dan riset yang matang, serta dukungan penuh oleh pemerintahnya, juga produk karakteristiknya drama TV dan film. Teknologi penunjangnya gim daring. Wilayah pasarnya terutama Asia Timur, yakni China, Hong Kong, Taiwan, dan Jepang. Adapun konsumen utamanya berada di rentang usia 30 tahun sampai 40-an tahun.
Hallyu 2.0 dimulai sekitar 2008 dan masih berlangsung hingga hari ini, dengan kekuatan yang tampak masih belum surut. Produk karakteristiknya terutama adalah K-pop, animasi, video games, hingga webtoon. Lalu produk Korea lainnya mengikuti, seperti industri otomotif dan elektronik.
”Harapannya, bahasa Indonesia dapat menjadi salah satu bahasa resmi yang menjadi pengantar dalam sidang-sidang internasional di PBB,” kata Liliana.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mencatat kondisi 718 bahasa daerah di Indonesia yang tercatat saat ini memprihatinkan. penutur sejati berguguran sehingga tidak ada proses pewarisan ke generasi berikutnya, sementara masyarakatnya sudah tidak lagi tertarik.
Badan Bahasa melakukan revitalisasi sebanyak 38 bahasa daerah yang berasal dari 12 provinsi, mulai dari Sumatera Utara, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara, dan Papua.
Revitalisasi bahasa ini melibatkan 1.491 komunitas atau pegiat dengan melibatkan keluarga para maestro dan pegiat perlindungan bahasa. Selain itu, melibatkan pula 1.563.720 siswa dari 15.236 sekolah, 29.370 guru, 17.955 kepala sekolah, dan 1.175 pengawas.