Gerakan Bersama Lebih Efektif Mengentaskan Tengkes
Tengkes merupakan masalah bersama. Untuk itu, upaya penanganannya tidak bisa dilakukan secara eksklusif oleh pemerintah.
Stunting atau tengkes merupakan masalah bersama. Itu sebabnya, penanganan tengkes akan lebih efektif dan lebih cepat dilakukan apabila dilakukan secara bersama-sama dengan melibatkan berbagai pihak di masyarakat. Pelibatan masyarakat tidak hanya melalui kelompok organisasi atau swasta, tetapi juga pelibatan secara individu.
Untuk itu, kesadaran masyarakat mengenai pentingnya pengentasan tengkes perlu ditingkatkan. Tengkes bukan persoalan sederhana. Tengkes bukan semata mengenai tubuh yang pendek, melainkan kekurangan gizi kronis yang bisa berdampak panjang pada pertumbuhan dan perkembangan seorang anak.
Anak yang sudah mengalami tengkes akan sulit diobati. Padahal, anak dengan tengkes bisa mengalami gagal tumbuh kembang yang berdampak pada penurunan kemampuan kognitif dan sistem kekebalan tubuh. Tengkes juga meningkatkan risiko penyakit tidak menular di kemudian hari, seperti diabetes dan penyakit kardiovaskular.
Pemerintah telah menjadikan upaya pengentasan tengkes sebagai prioritas nasional. Pada 2024, angka tengkes di Indonesia ditargetkan bisa turun menjadi 14 persen. Sementara berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, angka tengkes masih sebesar 21,6 persen.
Anak yang sudah mengalami tengkes akan sulit diobati. Padahal, anak dengan tengkes bisa mengalami gagal pada tumbuh kembang yang berdampak pada penurunan kemampuan kognitif dan sistem kekebalan tubuh.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam acara peluncuran Gerakan Anak Sehat: Bersama Cegah Stunting di Jakarta, Selasa (31/10/2023), mengatakan, mengentaskan tengkes di Indonesia berarti mendukung setiap anak untuk tumbuh sehat dan pintar. Dua hal tersebut amat penting sebagai kunci membentuk sumber daya manusia yang andal yang diperlukan untuk mencapai Indonesia sebagai negara maju pada 2045.
Menurut dia, penanganan tengkes perlu diakselerasi. Sebab, target untuk mencapai Indonesia Emas seperti yang selalu disampaikan Presiden Joko Widodo tidak lama lagi. Bonus demografi untuk mencapai Indonesia Emas akan dimulai pada 2030. Itu artinya hanya tersisa waktu sekitar tujuh tahun lagi.
”Apabila dalam tujuh tahun ke depan kita tidak bisa mencapai target, kemungkinan anak kita serta cucu kita tidak akan merasakan hidup sebagai bangsa di negara maju. Jadi, waktu itu sangat penting. Kita harus fokus pada SDM agar SDM kita bisa sehat dan pintar,” tuturnya.
Upaya pengentasan tengkes, ujar Budi, harus lebih difokuskan pada pencegahan. Anak yang sudah telanjur mengalami tengkes akan sulit diobati. Hal itu tidak jauh berbeda dengan penanganan kanker. Tengkes diibaratkan seperti kanker pada stadium akhir. Angka kesembuhan tengkes sangat kecil dengan biaya yang sangat besar.
Baca juga: Tangkis Tengkes dengan Tangkas
Karena itu, tengkes harus dicegah sejak dini, mulai dari persiapan kehamilan, masa kehamilan, usia bayi, sampai usia anak dua tahun. Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan telah memiliki 11 intervensi spesifik dalam penanganan tengkes.
Intervensi tersebut meliputi penapisan anemia pada remaja, konsumsi tablet tambah darah pada remaja putri, pemeriksaan kehamilan (ANC), konsumsi tablet tambah darah pada ibu hamil, dan pemberian makanan tambahan pada ibu hamil kurang energi kronik. Intervensi lainnya, pemantauan tumbuh kembang anak balita, pemberian ASI eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI kaya protein hewani, tatalaksana anak balita dengan masalah gizi, peningkatan cakupan imunisasi, serta edukasi remaja, ibu hamil, dan keluarga.
Pemantauan
Budi menyampaikan, pemantauan tumbuh kembang anak merupakan salah satu intervensi yang perlu diperkuat. Anak yang menunjukkan gejala penurunan tumbuh kembang harus cepat diintervensi agar tidak sampai menjadi tengkes. Pengukuran tinggi badan dan berat badan anak secara rutin setidaknya setiap bulan pun menjadi sangat penting.
”Jika ternyata tidak naik (berat dan tinggi), harus cepat dikirim ke puskesmas. Kalau ternyata ada penyakit infeksi langsung diobati. Kalau ternyata tidak ada penyakit, harus langsung diberi makanan tambahan yang isinya protein hewani, bukan biskuit, bukan kental manis. Protein hewani itu bisa telur, ikan, atau daging,” ujarnya.
Merujuk Petunjuk Teknis Pemberian Makanan Tambahan Berbahan Pangan Lokal untuk Balita dan Ibu Hamil yang diterbitkan tahun 2023, makanan tambahan untuk anak balita dengan gizi kurang diberikan selama 4-8 minggu. Sementara pada anak balita dengan berat badan kurang dan berat badan tidak naik diberi makanan tambahan selama 2-4 minggu. Pemberian makanan tambahan dilakukan dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat dan penggunaan bahan lokal.
Baca juga: Gotong Royong Percepat Penurunan Tengkes
Makanan tambahan tersebut bukan pengganti makanan utama sehingga setiap anak tetap dipastikan mendapatkan asupan makanan utama yang adekuat. Makanan tambahan ini diberikan setiap hari dengan komposisi sedikitnya satu kali makanan lengkap dalam seminggu dan sisanya kudapan. Makanan ini kaya akan sumber protein hewani yang diharapkan bersumber dari dua macam sumber protein berbeda, seperti telur dan ikan, telur dan ayam, atau telur dan daging.
Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Maria Endang Sumiwi mengatakan, penguatan telah dilakukan untuk mendukung pemantauan tumbuh kembang yang lebih baik pada anak-anak di Indonesia. Setiap puskesmas telah dilengkapi dengan alat ultrasonografi (USG) yang dapat dimanfaatkan untuk memantau tumbuh kembang janin sejak dalam kandungan. Saat ini sudah ada 8.800 puskesmas dari 10.000 puskesmas di Indonesia yang memiliki alat USG.
Selain itu, setiap posyandu juga dilengkapi dengan alat antropometri terstandar untuk mengukur berat badan dan tinggi badan anak. Setidaknya, sudah ada 260.000 posyandu dari 300.000 posyandu yang memiliki alat antropometri tersebut. Ditargetkan seluruh puskesmas dan posyandu sudah dilengkapi dengan alat tersebut pada akhir tahun.
”USG ini penting untuk memonitor janin tumbuh dengan baik. Setidaknya sudah ada lebih dari 1,5 juta ibu hamil yang diperiksa dengan USG dan sudah didapatkan ibu hamil yang dirujuk lebih dini karena besar janin lebih kecil dibandingkan usia kehamilan. Kondisi itu bisa berpotensi menjadi stunting,” ujar Endang.
Ia menyebutkan, jumlah anak di Indonesia yang tidak mengalami kenaikan berat badan dibandingkan bulan sebelumnya mencapai 4,2 juta anak. Sebanyak 1 juta anak dilaporkan mengalami berat badan kurang dari berat badan yang seharusnya. Tidak hanya itu, sebanyak 522.000 anak mengalami gizi kurang, 71.000 anak mengalami gizi buruk, dan 991.000 anak mengalami stunting berdasarkan pencatatan posyandu setiap bulan.
Gerakan
Endang menuturkan, upaya pengentasan tengkes akan bisa dipercepat apabila dilakukan bersama oleh setiap lapisan masyarakat. Gerakan bersama pun diharapkan bisa semakin luas dijalankan oleh setiap masyarakat untuk mendukung penanganan tengkes di Indonesia.
Setidaknya ada tiga cara yang bisa dilakukan masyarakat. Cara tersebut melalui kontribusi dari industri atau perusahaan langsung menyentuh pada setiap posyandu. Kemudian, kontribusi dari organisasi atau kelompok masyarakat yang juga langsung melakukan intervensi di posyandu. Cara ketiga dilakukan oleh setiap individu melalui dukungan atau sumbangan di media penggalangan dana (crowdfunding) yang terpercaya.
Baca juga: Waspadai "Stunting" di Perkotaan
”Kontribusi dari industri sudah dilakukan, misalnya oleh Apindo, sementara dari kelompok masyarakat dilakukan oleh Oase, dan dari individu juga bisa dilakukan melalui BenihBaik,” katanya.
Budi menambahkan, gerakan bersama dinilai jauh lebih efektif untuk menyelesaikan persoalan di masyarakat dibandingkan dengan program yang hanya dijalankan pemerintah. Keberhasilan dalam pelaksanaan vaksinasi Covid-19 menjadi bukti bahwa lewat gerakan masyarakat bisa mempercepat penanganan masalah kesehatan.
”Stunting juga harus diselesaikan bersama melalui gerakan bersama. Gerakan ini bukan program. Jadi tidak bisa dilakukan secara eksklusif oleh pemerintah, tetapi harus inklusif yang melibatkan semua pihak. Jika jadi gerakan pasti ini (stunting) akan berhasil. Kita harap semakin banyak masyarakat yang ikut dalam gerakan ini,” tuturnya.