Puncak perayaan Pekan Kebudayaan Nasional tahun 2023 resmi dibuka dan menjadi ajang pertemuan seniman dan budayawan lintas bidang maupun angkatan.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Puncak perayaan Pekan Kebudayaan Nasional tahun 2023 resmi dibuka dan menjadi ajang pertemuan seniman dan budayawan lintas bidang ataupun angkatan. Rangkaian kegiatan yang mulai diselenggarakan sejak Juli 2023 ini merupakan manifestasi nyata dari upaya merawat, memperkuat, dan memperkaya proses kebudayaan nasional.
Puncak perayaan Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) 2023 secara resmi dibuka Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Hilmar Farid di Galeri Nasional, Jakarta, Jumat (20/10/2023).
Hilmar menyampaikan, sejak PKN pertama kali diselenggarakan pada 2019, animo masyarakat terhadap penyelenggaraan PKN selalu tinggi. Namun, ia memandang tidak akan ada satu festival yang berskala nasional yang bisa menampung semua kekayaan Indonesia.
Memotong tumpeng di bagian puncak menyalahi filosofi tumpeng sebagai representasi hubungan manusia dengan Tuhan.
”Oleh karena itu, tugas kita mendatang adalah bagaimana Pekan Kebudayaan Nasional bisa diselenggarakan secara serentak di seluruh Indonesia. Ini merupakan tugas yang akan dilaksanakan oleh kepala dinas kebudayaan,” ujarnya saat memberikan sambutan.
Menurut Hilmar, PKN menjadi sebuah ajang pertemuan seniman dan budayawan lintas bidang maupun angkatan sekaligus merayakan keberhasilan kebudayaan. Seniman dan budayawan tersebut di antaranya bergerak di bidang perfilman hingga perupa.
Acara PKN 2023 mengusung tema”Merawat Bumi, Merawat Kebudayaan.” Puncak perayaan dilaksanakan pada 20-29 Oktober 2023 di Galeri Nasional Indonesia dan Museum Kebangkitan Nasional sebagai ruang tamu utama, juga tersebar di 40 titik wilayah ruang publik di Jakarta. Selain pameran, fase ini juga menggelar tur, perjamuan, konferensi, lokakarya, instalasi, dan gelar wicara.
PKN 2023 juga diselenggarakan sebagai sebuah proses dari kerja pelumbungan konsolidasi praktik baik kebudayaan melalui prinsip utama yaitu ”rawat, panen, dan bagi”. Rangkaian kegiatannya sudah berlangsung dari Juli 2023 di sejumlah daerah di Indonesia dan telah melalui delapan kuratorial kegiatan dari masing-masing Dewan Kurator PKN 2023.
Sekretaris Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek Fitra Arda mengatakan, PKN 2023 mencerminkan dedikasi dan komitmen terhadap perayaan, keberagaman, dialog, serta kolaborasi budaya. Filosofi dari PKN ini juga mengingatkan semua pihak terhadap nilai-nilai gotong royong, kerja sama, dan berbagi yang melekat di dalam kehidupan budaya Indonesia.
Tiga tahapan dalam lumbung yakni rawat, panen, dan bagi telah menjadi landasan utama dalam penyelenggaraan PKN tahun ini. Sejak Juli 2023 dimulai dengan merawat inisiatif warga di 223 lokasi se-Indonesia melalui 97 lokakarya, 55 pameran, 135 pertunjukan, 20 konferensi ilmiah, dan penerbitan buku.
”Ini adalah manifestasi nyata dari upaya kita merawat, memperkuat, dan memperkaya proses kebudayaan nasional. Sekarang kita berada di tahap panen dan bagi yang akan berlangsung di 40 titik. Kawasan lumbung menjadi spirit yang menggerakan PKN,” ucapnya.
Pengerukan tumpeng
Peresmian acara PKN 2023 dibuka dengan kegiatan pengerukan tumpeng kalimantan dan sulawesi. Namun, sebelumnya, Guru Besar Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Gadjah Mada (UGM) Murdijati Gardjito secara virtual menjelaskan filosofi dari tumpeng dan cara pengambilan yang benar bukan dipotong dari puncak, melainkan dikeruk dari dasar.
Murdjiati menjelaskan, memotong tumpeng di bagian puncak menyalahi filosofi tumpeng sebagai representasi hubungan manusia dengan Tuhan. Dengan kata lain, memotong tumpeng di bagian puncakjuga berarti memotong hubungan manusia dengan Tuhan. Memotong tumpeng dari puncak juga tidak akan membuat lauk yang berada di sekeliling bawah terambil.
Selain itu, tumpeng juga harus diambil oleh sejumlah orang secara berkeliling dan dinikmati hingga habis. Puncak tumpeng juga harus dijaga agar tidak sampai roboh atau dipastikan terambil dari dasarnya. Ini memiliki filosofi bahwa segala sesuatu yang menjadi hajat atau kehendak publik tersebut telah mendapat izin dari Yang Maha Kuasa.
”Di sekitar tumpeng ada lauk pauk yang terdiri atas seluruh biodiversitas atau apa yang hidup dan dihasilkan alam ini. Tumpeng menjadi simbol alam raya ciptaan Tuhan yang kita harus hormati dan dijaga kelestariannya,” katanya.