Kesehatan mental perlu dijaga layaknya kesehatan fisik. Untuk itu, literasi kesehatan mental kepada masyarakat perlu semakin diperkuat.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Menjaga kesehatan mental tak hanya membantu seseorang untuk terus menjalani hidup dengan baik, tetapi juga untuk tetap produktif, berkembang, serta berfungsi dengan optimal di lingkungan terkecil hingga di kelompok masyarakat. Karena itu, kesehatan mental perlu dijaga seperti halnya kesehatan fisik.
Isu kesehatan mental yang merupakan kondisi kesejahteraan yang berkaitan dengan psikologis, emosional, dan sosial seseorang kini kian menjadi perhatian publik. Kenyataannya, gangguan kesehatan mental tidak hanya berpotensi dialami oleh generasi Z. Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2019, secara global 1 dari 8 orang di dunia mengalami masalah kesehatan mental dan hal ini dialami oleh rentang usia dari remaja hingga dewasa.
Medical Manager Halodoc Monica C Dewi, Jumat (13/10/2023), mengatakan, menjaga kesehatan mental sama pentingnya dengan menjaga kesehatan fisik. Gangguan kesehatan mental memiliki gejala-gejala awal yang perlu sama-sama sadari dan tindak lanjuti untuk deteksi dini.
Gejala ataupun gangguan kesehatan mental dapat terjadi di berbagai kalangan dengan beberapa faktor, misalnya yang umum dialami seperti perasaan tertekan, cemas, hingga tegang yang membuat seseorang menjadi stres dan menuntut tubuh mereka untuk melakukan penyesuaian. Ketika gejala tersebut mulai mengganggu produktivitas, maka sebaiknya segera melakukan konsultasi kepada tenaga medis profesional, seperti psikolog atau psikiater, guna mendapatkan penanganan yang tepat.
”Konsultasi dengan ahli juga diperlukan agar seseorang terhindar dari self-diagnose yang dapat membahayakan diri,” kata Monica.
Di Halodoc, yang merupakan ekosistem layanan kesehatan digital, konsultasi kesehatan mental menjadi salah satu layanan yang paling sering dimanfaatkan oleh pengguna. Kalangan remaja rata-rata mengalami stres dan kecemasan berlebih yang dipicu oleh pola asuh orangtua yang keras dan pernah mengalami perundungan (bullying).
Adapun kelompok dewasa muda mengalami depresi, rasa cemas, dan diikuti dengan serangan panik serta sulit tidur. Gejala-gejala ini cenderung banyak dialami oleh wanita dibandingkan pria dan perasaan stres yang muncul karena berbagai masalah seperti karier dan keuangan.
Sementara itu, orangtua, terutama para ibu, berisiko mengalami postpartum depression dan merasa bingung atau resah mengenai tumbuh kembang anak mereka. Orangtua juga biasanya dapat mengalami stres karena tuntutan socio-economic.
Monica menjelaskan, masyarakat dapat mulai menerapkan tujuh langkah sederhana untuk meningkatkan kualitas kesehatan mental, yakni melakukan olahraga secara teratur; mengonsumsi makanan sehat; mengatakan positif pada diri sendiri dan tuliskan hal-hal yang patut disyukuri; dan istirahat dan tidur tepat waktu. Selain itu, tentukan prioritas dan fokus terhadap satu hal pada satu waktu; belajar terbuka terhadap orang lain; serta melakukan deteksi dini dan skrining konseling.
Edukasi gejala kesehatan mental dan pentingnya deteksi dini menjadi penting dilakukan. Sebab, diagnosis dan penanganan secara dini oleh ahlinya, seperti psikolog atau psikiater, dapat membantu pengguna mengatasi permasalahannya dengan cepat sehingga mereka dapat terhindar dari risiko gangguan kesehatan mental yang serius dan berbahaya. ”Kesehatan mental merupakan elemen penting untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang sehat,” kata Monica,
Literasi kesehatan mental
Secara terpisah, dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Jiwa Sedunia pada 10 Oktober 2023, Center for Public Mental Health (CPMH) Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada terus berupaya meningkatkan kesadaran dan literasi kesehatan mental masyarakat Indonesia. Adanya literasi kesehatan mental dapat membantu individu, keluarga, sekolah, hingga tempat kerja untuk peduli pada masalah kesehatan mental. Hal ini untuk mendukung langkah besar membangun sistem kesehatan jiwa di negara.
”Sekadar memberi empati dan mendengarkan orang yang butuh, sudah meringankan dan menyelamatkan jiwa. Apalagi, salah satu dampak pandemi covid-19 adanya peningkatan percobaan bunuh diri secara random meski belum melakukan penghitungan sistemik. Fenomena percobaan bunuh diri makin marak. Hal ini bisa dicegah dengan kepedulian,” kata Kepala CPMH UGM Diana Setiyawati.
Dalam rangka mendukung literasi kesehatan jiwa/mental, CPMH UGM meluncurkan kursus daring gratis (MOOC) terkait Literasi Kesehatan Mental dan Pertolongan Pertama Psikologi dan MOOC tentang Ketahanan Keluarga. Penyelenggaraan kegiatan ini bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan dan Pusat Inovasi dan Kebijakan Akademik UGM.
Selain menggelar kursus daring, digelar pula lomba infografis kesehatan mental. Pendaftaran dibuka mulai 2 Oktober sampai 31 Oktober 2023. Melalui lomba ini, masyarakat diharapkan dapat belajar dan mengekspresikan kreativitas sekaligus berpartisipasi aktif dalam upaya peningkatan literasi kesehatan masyarakat.