Indonesia-Jerman Terus Tingkatkan Kerja Sama di Sektor Energi
Kerja sama antara Indonesia dan Jerman di sektor energi telah berjalan selama lebih dari tiga dekade.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Selama puluhan tahun, Pemerintah Indonesia dan Jerman telah menjalin kerja sama khususnya di sektor energi. Kerja sama ini terus diperkuat dan ditingkatkan melalui fasilitas dialog, pendanaan, hingga penyediaan para ahli.
EnergyHub Team LeadDeutsche Gesellschaft fur Internationale Zusammenarbeit (GIZ) Indonesia Gitafajar Septyani mengemukakan, kerja sama antara Indonesia dan Jerman di sektor energi telah berjalan selama lebih dari tiga dekade. Kerja sama ini terus berlanjut untuk membangun komitmen global dalam perubahan iklim.
”Pelaksanaan kerja sama ini bertujuan untuk mencapai target nasional penurunan emisi dan mendukung promosi penggunaan energi terbarukan bersama pemerintah daerah. Germany-Indonesia Energy Cooperation Hub (EnergyHub) mulai dikembangkan tahun ini untuk memperkuat kerja sama kedua negara di sektor energi,” ujarnya dalam pembukaan acara Pekan Energi Berkelanjutan Indonesia (ISEW) Ke-2 di Jakarta, Selasa (10/10/2023).
Germany-Indonesia EnergyHub yang mulai dikembangkan tahun 2023 ini memiliki tiga mandat utama. Pertama, memperkuat kerja sama melalui fasilitas dialog antara kedua negara. Kedua, menjadi representasi kerja sama yang lebih baik antara Indonesia dengan Jerman salah satunya melalui mekanisme Just Energy Transition Partnership (JETP).
Sementara mandat ketiga dari program ini adalah untuk menyediakan para ahli atau teknisi yang diperlukan untuk kerja sama lebih lanjut. Dari ketiga mandat tersebut antinya Indonesia dan Jerman akan bersama-sama mengembangkan sejumlah kegiatan yang disesuaikan dengan visi misi yang telah ditentukan Indonesia ke depan.
Menurut Gita, berbagai capaian telah tercatat dalam kerja sama Indonesia-Jerman selama tiga dekade. Beberapa di antaranya adalah memberikan akses elektrifikasi yang setara, melakukan inovasi sistem energi terbarukan yang terdesentralisasi, serta meluncurkan terobosan di berbagai wilayah seperti Sulawesi, Nusa Tenggara Timur, dan Bangka Belitung.
Selain itu, diselenggarakan juga Pekan Energi Berkelanjutan Indonesia (ISEW) Ke-2 di Jakarta pada 10-13 Oktober 2023 dengan tema ”Bersatu Menuju Sistem Energi Dekarbonisasi”. Acara ini diselenggarakan oleh GIZ dan perusahaan Jerman lainnya bersama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).
Salah satu fokus dari JETP adalah mengurangi kapasitas pembangkit listrik dari tenaga fosil untuk memberikan ruang yang besar kepada energi terbarukan.
ISEW adalah forum pemangku kepentingan seperti pemerintah, profesional, swasta, akademisi, dan pihak lain yang berfokus pada isu energi berkelanjutan. ISEW 2023 berfokus pada beberapa bidang, antara lain, mempercepat pemanfaatan energi terbarukan, dekarbonisasi sektor ketenagalistrikan, mempromosikan efisiensi dan konservasi energi, serta mengembangkan transisi energi yang adil dan merata.
Deputi Bidang Sarana dan Prasana Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Ervan Maksum menyampaikan, ISEW mendukung transformasi digital di bidang energi dengan menyediakan platform untuk perusahaan rintisan teknologi hijau.
”ISEW 2023 diharapkan dapat menjadi platform untuk menjembatani arah perencanaan pembangunan, komitmen, dan target Indonesia terkait perubahan iklim di sektor energi. Para pemangku kepentingan diharapkan mengidentifikasi tantangan dan solusi dalam transisi energi,” katanya.
Wakil Kepala Sekretariat JETP Paul Butarbutar mengatakan, salah satu fokus dari JETP adalah mengurangi kapasitas pembangkit listrik dari tenaga fosil untuk memberikan ruang yang besar kepada energi terbarukan. Di sisi lain, penting juga meningkatkan investasi untuk sektor energi terbarukan yang dapat dikirim (dispatchable) dan variabel energi terbarukan.
”Kita mendorong investasi di energi terbarukan seperti produksi solar module. Ada dua pabrik yang rencananya akan beroperasi di Indonesia pada kuartal ketiga dan keempat tahun depan,” ucapnya.
Menurut Paul, berbagai investasi yang berfokus pada sektor energi ini setidaknya membutuhkan pendanaan hingga 95 miliar dollar AS sampai tahun 2030. Pendanaan ini termasuk untuk proyek transmisi, pensiun dini PLTU batubara, hingga pengembangan energi terbarukan seperti pembangkit listrik tenaga air, bayu, dan panas bumi.
”Transisi energi membutuhkan proses politik. Dalam dokumen investasi yang sedang disiapkan, kita juga menyoroti pentingnya just transition. Oleh karena itu, kita membangun semacam kerangka kerja yang bisa mengimbangi pembangunan termasuk melihat ke aspek ekonomi dan lingkungan,” tambahnya.